• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. Tujuan Kelompok

1. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok pada khususnya dan anggota masyarakat sekitar pada umumnya

2. Menyerap tenaga kerja di wilayah kelompok

3. Meningkatkan skala kepemilikan dan produksi ternak

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota untuk memanfaatkan sisa usaha pertanian secara umum untuk menunjang usaha ternak kambing

30 atau sebaliknya, memanfaatkan limbah peternakan untuk menunjang usaha budidaya pertanian lainnya.

5. Membantu usaha pelestarian lingkungan hidup yaitu dengan mereklamasi lahan galian C dengan pemanfaatan kotoran sebagai pupuk dan penanaman hijauan makanan ternak dan tanaman buah naga.

Peran Kelompok

Program Kerja Kelompok Tani Simpay Tampomas

Kelompok peternak kambing Simpay Tampomas memiliki rencana kerja yang disiapkan untuk mendukung pengembangan usaha ternak kambing. Rencana kerja kelompok ini dibagi menjadi tiga, yaitu rencana kerja jangka pendek, rencana kerja jangka menengah, dan rencana kerja jangka panjang. Program kerja yang dibentuk tahun 2010 di kelompok tani Simpay Tampomas yaitu ;

1. Pembuatan rumah kompos sebanyak satu unit

2. Pembuatan air permukaan untuk peternakan dan kebun rumput 3. Pembuatan dan rehabilitasi kandang ternak

4. Pemindahan sekertariat dan saung pertemuan kelompok 5. Perluasan kandang kawasan

6. Penambahan perluasan 20 hektar kebun HMT 7. Perluasan kebun buah naga seluas 25 hektar

8. Penambahan 450 ekor bibit ternak kambing PEPenambahan 450 ekor bibit ternak kambing PE

9. Regenerasi kepengurusan kelompok 10.Pengelolaan pemasaran konsentrat

Pembuatan rencana kerja dibuat melalui beberapa proses, yaitu mengumpulkan pengurus dan anggota kelompok dalam suatu pertemuan, menampung pendapat dan saran masukan dari pengurus dan semua anggota, pendapat dan saran dimusyawarahkan untuk diambil kesepakatan bersama, serta hasil kesepakatan musyawarah kelompok menjadi keputusan yang mengikat dan harus dilaksanakan.

31

Analisis Efektifitas Kelembagaan

Menurut Slamet (2004) suatu kelompok dinilai efektif jika memenuhi hal-hal berikut (1) kebutuhan akan dukungan dan berkawan, (2) suatu sarana mengembangkan serta memantapkan harga diri dan identitasnya, (3) sarana ketika suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab, (4) sarana memperkuat perasaan aman dan tentram.

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kinerja kelembagaan menurut para responden dinilai cukup efektif. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1, yaitu nilai keefektifan lembaga yang mencapai 390, hasil ini menunjukkan penilaian kelembagaan masuk kedalam kategori cukup efektif. Hasil ini menunjukkan kinerja dari kelompok tani Simpay Tampomas dinilai cukup efektif dalam peranannya membantu pelaksanaan budidaya ternak kambing para anggotanya. Hal ini diakui oleh sebagian peternak dalam beberapa aspek diantaranya lebih mudah memperoleh bantuan, pemasaran kambing, informasi dengan pembinaan rutin dari dinas yang diinisiasi oleh kelompok, kemudahan dalam syarat awal masuk kelompok dan pada intinya terdapat peningkatan pendapatan dari peternak ketika telah bergabung dengan kelompok.

Pinjaman dan Bantuan Permodalan Ternak

Bantuan yang datang dari dinas maupun pemerintah yang masuk melalui kelompok kemudian langsung disalurkan kepada anggota kelompok secara merata dan yang dianggap mampu untuk mengelola bantuan tersebut, hal ini dibuktikan dengan syarat penerima bantuan yang pertama-tama harus sungguh-sungguh untuk merawat ternaknya dengan baik, kemudian tersedianya kandang kosong untuk peletakkan kambing bantuan. Bantuan dari kelompok atau dinas peternakan dominannya diberikan dalam bentuk ternak. Bantuan yang didapat dari pemerintah maupun Dinas Peternakan tidak selamanya mulus jalannya hingga sampai ke tangan peternak, hal ini disebabkan bantuan modal semisal uang yang sampai ke kelompok tani Simpay Tampomas mendapatkan tantangan dari birokrasi kota Sumedang, dari 100% kelompok hanya mendapatkan 60%, sementara 40% lainnya mendapat pungli (Pungutan Liar) dari pihak-pihak yang merasa mempunyai kepentingan dalam penyaluran bantuan. Menurut keterangan pengurus kelompok pungutan liar itu berasal dari camat dan koramil (30%), sedangkan dari dinas peternakan sendiri di

32 dapat potongan (10%), jadi total nya adalah 40%. Kelompok tani Simpay Tampomas juga seringkali mendapat pinjaman modal dari Bank BJB dalam hal ini yang membantu memberikan kredit lunak kepada kelompok tani Simpay Tampomas, namun pada praktiknya Bank Jabar lebih cenderung untuk memberi kucuran kredit kepada nasabah yang pasti-pasti saja seperti pegawai negeri sipil (PNS), karena sektor pertanian pada umumnya dianggap kurang memiliki prospek dan cenderung lamban dalam pengembalian dana pinjaman (Sastraatmadja, 2008).

Kendala lain dalam penyaluran pinjaman terjadi ditingkat peternak, hal ini karena pinjaman yang diberikan Bank BJB hanya dapat dinikmati oleh peternak yang hanya memiliki asset dalam beternak dalam jumlah tertentu, sehingga peternak yang hanya memiliki kambing dalam jumlah sedikit tidak dapat memperoleh pinjaman karena dikhawatirkan akan sulit dalam pengembaliannya. Menurut Soekartawi (1994), skala usahatani kecil umumnya terdiri atas petani-petani kecil yang dicirikan oleh lemahnya modal, terbelakang dari sisi teknologi, dan individual hingga sukar berkembang, namun menunjukkan stabilitas tinggi dan dalam jumlah yang relatif besar. Sumber permodalan yang didapat kelompok ternak Simpay Tampomas disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Sumber Modal yang Dihimpun Anggota Kelompok Selama Bulan Agustus 2010-Juli 2011.

Sumber : Kelompok Tani Simpay Tampomas (2010)

Dana yang diperoleh kelompok kemudian dialokasikan untuk pengembangan usaha pengurus maupun anggota kelompok diantaranya pembelian bibit ternak, perluasan kebun HMT, pembuatan sumur resapan, dan rehabilitasi kandang. Rincian penggunaan dana permodalan untuk kelompok disajikan dalam Tabel 11.

Sumber Modal Jumlah

Rp %

Kredit Bank 190.000.000 75,1 Kredit Koperasi 25.000.000 9,9 Bantuan Pinjaman PUAP 28.000.000 11,1 Bantuan Pinjaman PKBL 10.000.000 3,9 Jumlah Keseluruhan 253.000.000 100

33 Tabel 11. Alokasi Penggunaan Modal yang Dihimpun Kelompok Selama Bulan

Agustus 2010-Juli 2011.

Uraian Penggunaan Jumlah

Rp % Pembelian bibit ternak

175.000.000 69,2 kambing PE (175 ekor)

Perluasan HMT 43.000.000 17,0 Pembuatan sumur resapan (dua unit) 20.000.000 7,9 Rehabilitasi Kandang 15.000.000 5,9 Jumlah Keseluruhan 253.000.000 100

Sumber : Kelompok Tani Simpay Tampomas (2010) Pemasaran Produk Ternak

Pemasaran yang dilakukan dari peternak terdiri atas dua macam komoditi, pertama adalah ternak kambing dan kedua adalah susu. Bergabungnya peternak dengan kelompok memudahkan dalam penjualan ternak kambing, terlebih saat hari raya kurban peternak akan mudah mendapatkan konsumen. Bandar kambing dari Jakarta secara rutin datang ke kelompok ini untuk membeli ternak kambing. Nama Simpay Tampomas cukup dikenal masyarakat, karena prestasinya yaitu setelah memperoleh penghargaan ketahanan pangan dari pemerintah pada tahun 2010. Pada Pemasaran hasil produksi dari kelompok tani Simpay Tampomas, peran lembaga pemasaran dan saluran pemasaran tidak berfungsi maksimal. Sejalan dengan pernyataan Elizabeth (2007), bahwa lemahnya kinerja kelembagaan penyuluh di perdesaan menyebabkan harga umumnya diperoleh dari sesama petani, pedagang, pasar, dan dari media massa. Kendala yang dialami peternak di kelompok tani Simpay Tampomas adalah keterbatasan informasi yang diperoleh mengenai harga ternak terbaru yang akan dijual, sehingga seringkali harga yang ditawarkan peternak ke konsumen atau ke tengkulak terlampau rendah. Soekartawi (2002) menambahkan bahwa peran lembaga pemasaran sangat bergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan serta saluran pemasaran fungsinya sangat penting khususnya dalam melihat tingkat harga di masing-masing lembaga pemasaran.

Peternak di kelompok tani Simpay Tampomas sebagian telah memulai usahanya sebelum bergabung dengan kelompok, hal yang mereka rasakan setelah

34 bergabung dengan kelompok adalah terdapat peningkatan pendapatan, hal ini dikarenakan faktor-faktor pendukung seperti mudah dalam pemasaran, pembinaan, dan bantuan dari dinas peternakan maupun pemerintah.

Partisipasi Anggota Kelompok

Partisipasi anggota kelompok tani Simpay Tampomas salah satunya dibuktikan dengan turut berperan aktifnya peternak dalam upaya meningkatkan atau memajukan kelompok. Salah satu wujudnya adalah aktif dalam berbagai kegiatan kelompok seperti kerja bakti, dan mengikuti rapat yang diadakan kelompok. Rapat yang dilakukan kelompok tani Simpay Tampomas diantaranya ada rapat rutin, yaitu rapat yang secara berkelanjutan diadakan oleh kelompok, biasanya diadakan satu bulan sekali yakni minggu kedua tepatnya pada hari Selasa. Selain itu terdapat rapat insidental yakni rapat yang hanya diadakan ketika ada kegiatan mendadak, seperti kedatangan kunjungan ke kelompok baik dari dinas peternakan, bank dan swasta, serta tamu-tamu lain. Konsekuensi untuk ketidakhadiran dalam rapat kelompok sangat rendah, yakni bagi yang tidak mengikuti rapat tidak ada ketegasan sanksi yang berlaku, hal ini dikarenakan bahwa pengurus mengetahui bahwa waktu yang dialokasikan peternak untuk hadir dalam kelompok sangat sedikit. Peternak lebih memilih untuk mengurusi ternaknya daripada harus datang di rapat kelompok, namun beberapa diantaranya juga masih aktif dalam beberapa pertemuan rapat dengan alasan ingin menjalin silaturahmi dengan berkumpul bersama rekan-rekan.

Hal ini perlu diperbaiki dengan pembentukan tim manajemen dalam kelompok, yaitu sebuah tim yang dikhususkan untuk membantu pengembangan kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Syahyuti (2007) bahwa perlu disediakan waktu yang cukup untuk mengembangkan kelembagaan. Meningkatnya partisipasi anggota kelompok akan meningkatkan kedinamisan kelompok. Kedinamisan tersebut akan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anggota untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, sehingga tujuan bersama dapat dicapai. Sebuah kelompok tani yang dinamis ditandai oleh selalu adanya kegiatan ataupun interaksi (Hermanto dan Swastika, 2011).

35

Penyediaan Sapronak dan Hijauan Makanan Ternak

Kelompok tani Simpay Tampomas memiliki rumah kompos dan gudang peralatan yang sengaja dibangun untuk kepentingan kelompok. Rumah kompos berfungsi sebagai tempat pembuatan kompos, bahan baku utamanya adalah feses kambing yang kemudian dicampur dengan berbagai bahan lain yaitu rumput sisa pakan dan serbuk gergaji, namun saat ini rumah kompos belum berfungsi lagi, hal ini disebabkan karena biaya operasional yang cukup tinggi untuk mengaktifkan mesin pemotong rumput (chopper), serta belum adanya tenaga kerja yang digunakan untuk membuat kompos menjadi faktor penghambat beroperasinya rumah kompos. Pupuk kompos ini sangat berguna bagi masyarakat yang notabene nya memiliki tanaman palawija, tanaman perkebunan seperti (kopi, vanila, cengkeh,dsb) dan buah-buahan seperti buah naga, nanas, salak, dan tanaman lainnya. Tanaman utama bagi peternak adalah buah naga yang ada hampir disetiap kandang peternakannya. Pengadaan hijauan di kelompok ini tidak didistribusikan langsung oleh kelompok, namun peternak mencari sendiri rumput maupun legum yang terdapat di lahan milik Perhutani yang sebelumnya telah di sewa oleh kelompok selama jangka waktu satu tahun. Peternak biasanya mengangkut rumput dari gunung Tampomas dengan menggunakan motor, mobil bak terbuka maupun dengan berjalan kaki dengan cara dipanggul.

Pembinaan Kelompok Ternak Simpay Tampomas

Gambar 4. Suasana Rapat Kelompok Tani Simpay Tampomas

Pembinaan di kelompok tani Simpay Tampomas dilakukan secara rutin yaitu satu bulan sekali yang datang dari dinas peternakan Kabupaten Sumedang. Materi

36 yang disampaikan pada saat pembinaan bermacam-macam diantaranya dinamika kelompok, penguatan kelembagaan, rencana kerja dan evaluasi kegiatan. Pemberdayaan kelembagaan juga dapat terkait erat dengan perlunya pemikiran tentang reorientasi pengembangan kelembagaan itu sendiri sebagai pendukung sistem pengembangan masyarakat pertanian di masa yang akan datang (Elizabeth, 2007).

Gabungan Kelompok Tani Tampomas Mekar

Gapoktan merupakan gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan, sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya, maka dari itu untuk meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha kearah komersial. Tujuan dari dibentuknnya Gapoktan adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas (Syahyuti, 2007). Kelompok tani Simpay Tampomas merupakan salah satu anggota dari Gapoktan yang ada di Desa Cibeureum yaitu Tampomas Mekar. Gapoktan ini memiliki tujuh anggota yang masing-masing kelompok memiliki 15 orang anggota. Kelompok tani yang tergabung ini diantaranya Simpay Tampomas I (Kambing Perah), Kelompok Nane (Kelompok hamparan padi), Simpay Tampomas II (Hamparan padi), Cipta Mukti (Hamparan padi), Kelompok Intan (Kelompok wanita tani) yaitu kelompok yang mencari nilai tambah dari hasil pertanian, Mina Warga Saluya (Sayuran) dan Kelompok Permata (Sayuran).

Sejarah berdirinya Gapoktan ini yaitu pada tahun 2004 terdapat program prima tani yang di inisiasi oleh BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian), dengan adanya program tersebut, maka dibentuklah Gapoktan Tampomas Mekar di desa Cibeureum Wetan yang berfungsi untuk menyetukan berbagai macam kelompok tani yang sudah ada sebelum terbentuknya Gapoktan Tampomas Mekar. Tujuan lain Gapoktan ini adalah agar ada sharing informasi dari setiap kelompok, namun sangat disayangkan bahwa kelompok tani yang bergerak dibidang peternakan khususya kambing perah hanya kelompok tani Simpay Tampomas, sehingga sharing informasi yang didapat kelompok tani Simpay Tampomas terhadap kelompok lain yang sejenis lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok yang bergerak

37 dibidang hamparan padi dan sayuran. Fasilitas yang didapatkan kelompok tani Simpay Tampomas dengan bergabungnya kedalam Gapoktan Tampomas Mekar adalah setiap kelompok mendapat bantuan pinjaman PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) yang di fasilitasi oleh Gapoktan.

Hasil Analisis Korelasi

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini di análisis menggunakan korelasi rank spearman untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Tabel 12. Korelasi Antara Pendapatan, Pengalaman Usaha, Pengalaman Organisasi, dan Skala Usaha Ternak Kelompok Tani Simpay Tampomas.

Korelasi Rank Spearman

Pengalaman Usaha

Pengalaman

Organisasi Skala Usaha Pendapatan

Pengalaman Usaha 1 Pengalaman

Organisasi 0,968** 1

Skala Usaha -0,295 -0,279 1

Pendapatan -0,137 -0,151 0,722** 1

Keterangan : (**) Nilai Korelasi signifikan pada taraf 0,01 (dwi arah) Korelasi antara Pendapatan dengan Skala Usaha ternak

Hasil yang diperoleh dari korelasi antara pendapatan dengan skala kepemilikan ternak atau skala usaha yang ditunjukkan pada Tabel 12 menunjukkan terjadi korelasi yang kuat antara pendapatan dengan skala usaha. Hubungan ini terlihat dari nilai korelasi yang mencapai 0,722. Nilai korelasi yang lebih besar dari nilai sebaran normal (0,5) menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel pendapatan dengan skala kepemilikan ternak atau skala usaha. Korelasi antara keduanya ditandai dengan adanya tanda positif yang berarti bahwa ada hubungan searah antara pendapatan dengan kepemilikan ternak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skala kepemilikan ternak, maka pendapatan yang diperoleh akan semakin tinggi. Rata-rata kepemilikan ternak di kelompok tani Simpay Tampomas untuk tujuan produksi daging adalah 0,918 satuan ternak, sedangkan untuk tujuan produksi daging dan susu adalah 4,3 satuan ternak.

38 Jumlah kepemilikan akan mempengaruhi pendapatan dikarenakan semakin banyak pendapatan yang akan diperoleh dari hasil penjualan ternak kambing ataupun jumlah susu kambing yang diproduksinya. Skala usaha di kelompok tani ternak Simpay Tampomas di nilai dari populasi ternak, produktifitas susu yang dihasilkan dan jumlah aset yang dimiliki oleh peternak tersebut. Menurut Soekartawi (1994), skala usaha kecil dan besar sama-sama memiliki kontribusi dalam pembangunan pertanian Indonesia.

Korelasi antara Pendapatan dengan Pengalaman Organisasi

Peningkatan pendapatan petani merupakan kunci utama menuju peningkatan kesejahteraan petani. Peningkatan pendapatan ditempuh antara lain melalui peningkatan produktivitas usaha tani disertai dengan peningkatan akses petani ke pasar input dan output yang efisien (Zakaria, 2009). Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa korelasi antara pendapatan dengan pengalaman organisasi memiliki nilai korelasi –0,151, hal ini menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang sangat lemah antara kedua variabel tersebut dikarenakan nilai korelasinya lebih kecil dari sebaran normal (0,5). Korelasi antara keduanya ditandai dengan tanda negatif yang berarti bahwa terdapat hubungan yang berlawanan arah antara pendapatan dengan pengalaman organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama peternak tergabung dalam organisasi, maka tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan dari peternak.

Faktor pendidikan cukup berpengaruh dalam penerimaan informasi tentang cara budidaya yang baik dan pengembangan usaha ternak kambing. Peternak di kelompok tani ini 58,8% mengenyam pendidikan hanya sampai sekolah rakyat (SR), sedangkan tamatan SMP (11,8%), dan tamat SMA (29,4%). Hal ini akan berpengaruh terhadap mindset dalam usaha ternak kambing dari sebagian besar peternak yang ada di kelompok tani Simpay Tampomas. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat lemah ini disebabkan oleh partisipasi peternak dalam kehadiran rapat. Jadwal rapat dilaksanakan setelah anggota kelompok selesai memelihara ternak mereka. Hal ini yang menyebabkan kondisi fisik yang sudah tidak dalam kondisi bugar dalam mengikuti rapat, walaupun sebagian besar peternak selalu hadir dalam rapat dengan frekuensi kehadiran (9-12) kali dalam satu tahun 58,8%,

39 frekuensi kehadiran (5-8) kali dalam satu tahun 29,4%, sedangkan untuk jumlah kehadiran (0-4) kali dalam satu tahun 11,8%.

Korelasi antara Pendapatan dengan Pengalaman Usaha

Berdasarkan hasil pada Tabel 12, dapat dikatakan bahwa terjadi hubungan yang sangat lemah antara pendapatan dengan pengalaman usaha. Hubungan yang lemah antara keduanya terlihat dari nilai korelasi antara variabel pendapatan dengan skala usaha sebesar -0,137. Nilai korelasi yang lebih kecil dari sebaran normal (0,5) menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara keduanya. Korelasi yang negatif antara kedua variabel tersebut menyatakan bahwa terjadi hubungan yang berlawanan arah antar pendapatan dan pengalaman usaha. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama peternak memulai usaha dalam beternak, maka tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan dari peternak tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan usaha yang dilakukan peternak masih terbilang konvensional, sehingga perkembangan ilmu-ilmu terkini terkait peternakan tidak mereka aplikasikan dalam usaha peternakannya, sehingga dapat mengakibatkan perkembangan usaha mereka cenderung tidak terjadi peningkatan yang signifikan atau statis dari segi pendapatan. Pengalaman usaha dari peternak Simpay Tampomas rata-rata 10 tahun, banyak diantara anggota kelompok yang telah bergabung dengan kelompok saat kelompok ini baru dibentuk dan beberapa diantaranya masih aktif hingga sekarang.

Korelasi antara Pengalaman Usaha dengan Skala Usaha

Peternak di kelompok tani Simpay Tampomas telah memulai usaha ternaknya sejak tahun 1998. Ternak yang dipelihara tidak hanya kambing perah, tapi juga ayam (broiler dan kampung), domba dan sapi potong. Setelah bergabung dalam kelompok, mereka hanya berfokus pada pemeliharaan ternak kambing saja baik itu kambing perah maupun kambing dengan tujuan produksi daging. Hasil dari korelasi antara pengalaman usaha dengan skala usaha yang ditunjukkan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai korelasi nya adalah -0,295. Nilai korelasi yang lebih kecil dari sebaran normal (0,5) menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara keduanya. Korelasi yang negatif antara kedua variabel tersebut menyatakan bahwa terjadi hubungan yang berlawanan arah antara skala usaha dan pengalaman usaha.

Hasil ini juga menunjukkan bahwa korelasi antara pengalaman usaha dan skala usaha sangat lemah yang berarti bahwa semakin lama pengalaman usaha

40 peternak tersebut, maka tidak diikuti dengan bertambahnya jumlah ternak yang dipelihara, kemungkinan karena usaha budidaya yang dilakukan peternak dari awal, bukan hanya ternak kambing, tapi juga dikombinasi dengan ternak ayam, domba dan sapi. Pengalaman usaha juga tidak berpengaruh terhadap skala usaha karena budidaya yang dilakukan peternak Simpay Tampomas sebagian besar masih konvensional, yang ditandai dengan pemeberian pakan masih secara tradisional yang terdiri atas rumput dan legume,tanpa penggunaan konsentrat atau feed suplement untuk memacu pertumbuhan kambing. Faktor pengendalian penyakit yang masih minim dan usia sebagian peternak sebagian diantaranya (47%) sudah tidak termasuk kedalam kategori usia produktif lagi yaitu diatas 65 tahun.

Korelasi antara Pengalaman Usaha dengan Pengalaman Organisasi

Rata-rata anggota kelompok Simpay Tampomas telah bergabung di kelompok selama 10 tahun. Peternak bergabung dalam kelompok bukan atas dasar recruitment dari kelompok kepada peternak, namun atas dasar kesadaran untuk membangun kelompok tani ini dengan tujuan mereklamasi lahan. Hasil yang didapat menunjukkan nilai korelasi 0,968. Nilai korelasi yang lebih besar dari nilai sebaran normal (0,5) menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel pengalaman organisasi dengan pengalaman usaha. Korelasi antara keduanya ditandai dengan tingkat kesalahan adalah 0,001 yang menunjukkan tingkat kesalahan data yang sangat rendah. Hasil ini menunjukkan semakin lama anggota berkecimpung dalam usaha beternak kambing keterlibatan anggota dalam kelompok akan bertahan lama. Banyak diantara anggota kelompok tani ternak Simpay Tampomas yang langsung memulai usaha ternak kambing setelah bergabung dalam kelompok. Hal ini ditandai dengan nilai korelasi yang positif antara pengalaman usaha dengan pengalaman organisasi. Sebagian besar peternak kambing di kelompok tani Simpay Tampomas menilai perlu adanya kelompok tani untuk pengembangan usaha ternak kambing nya, dikarenakan akan mudah dalam akses pengembangan usaha, seperti pemasaran produk ternak, pengadaan sarana produksi ternak, serta pembinaan atau pelatihan yang datang dari dinas.

Korelasi antara Skala Usaha dengan Pengalaman Organisasi

Pengalaman organisasi merupakan lama seseorang ketika bergabung secara resmi dan teradministrasi dengan kelompok. Menurut Padmowiharjo (2004)

41 pengalaman baik yang menyenangkan maupun mengecewakan berpengaruh pada proses belajar seseorang. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tidak terjadi hubungan antara pengalaman organisasi dengan skala usaha. Nilai korelasi yang ditunjukkan adalah -0,279. Nilai korelasi yang lebih kecil dari sebaran normal (0,5) menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara keduanya. Korelasi yang negatif antara kedua variabel tersebut menyatakan bahwa terjadi hubungan yang berlawanan arah antara pengalaman organisasi dengan skala usaha. Pengalaman organisasi dari peternak Simpay Tampomas dapat dikatakan cukup lama yaitu rata-rata yang masuk kedalam anggota sudah sejak kelompok ini didrikan yaitu tahun 1998. Hasil yang menunjukkan tidak adanya keterkaitan atau hubungan antara pengalaman organisasi dengan skala usaha adalah kurangnya daya serap terhadap informasi keterkinian seputar budidaya, pemasaran dan penggunaan teknologi peternakan.

Minimnya pendidikan yang ditempuh peternak dan usia yang sudah tidak produktif menjadi faktor penyebab sulitnya perkembangan ternak mereka. Peternak yang usianya muda cenderung mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dibanding

Dokumen terkait