Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-IX/2013 yang membatalkan UU SDA dan peraturan pelaksanaannya, berdampak besar terhadap arah kebijakan Kerjasama Pemerintah Dan Swasta Dalam Sistem Penyediaan Air Minum (KPS SPAM), tanpa UU SDA dan peraturan pelaksananya tersebut, KPS SPAM tidak mempunyai pengaturan yang jelas. namun secara substansial pelibatan swasta dalam pengusahaan SPAM dapat tetap dilakukan, dengan bersandarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang terbit pada tanggal 20 Maret 2015, dalam Pasal 2 Perpres tersebut ditegaskan bahwa Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) poin (d) disebutkan Jenis Infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial yang dikerjasamakan diantaranya infrastruktur air minum. dari pasal tersebut sangat jelas bahwa kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan pengusahaan sektor air minum/air bersih akan tetap melibatkan pihak swasta.
Selanjutnya dalam Pasal 3 Peraturan Presiden tersebut ditegaskan bahwa kerjasama pemerintah dan badan usaha dibidang infrastruktur ekonomi dan sosial bertujuan untuk salah satunya Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta. hal tersebut merupakan refleksi dari pengakuan pemerintah akan ketidakmampuan pendanaan kebutuhan pembangunan infrastruktur yang sangat besar apalagi sasaran pokok pembangunan nasional dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN) 2015-2019 untuk akses air minum layak ditargetkan mencapai 100%, dengan baseline ditahun 2014 adalah 70%. Pasal 4 nya menegaskan bahwa Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam bidang pembangunan infrastruktur dilakukan berdasarkan prinsip :
a. Kemitraan, yakni kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan yang mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak;
b. Kemanfaatan, yakni Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah dengan Badan Usaha untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat;
c. Bersaing, yakni pengadaan mitra kerjasama Badan Usaha dilakukan melalui tahapan pemilihan yang adil, terbuka, dan transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat;
d. Pengendalian dan pengelolaan risiko, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur dilakukan dengan penilaian risiko, pengembangan strategi pengelolaan, dan mitigasi terhadap risiko;
e. Efektif, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mampu mempercepat pembangunan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur; dan
Laporan Akhir 96 f. Efisien, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mencukupi kebutuhan pendanaan
secara berkelanjutan dalam Penyediaan Infrastruktur melalui dukungan dana swasta.
Berdasarkan prinsip Kemitraan sebagaimana dimaksud, yaitu kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan yang mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak, menegaskan bahwa kerjasama tersebut harus tunduk pada asas kepastian hukum dan asas keseimbangan kepentingan para pihak.
Sebagaimana dijelaskan pada sub bab diatas, prioritas utama pengusahaan atas air diberikan pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah sementara kerjasama pemerintah dan swasta dalam pengembangan SPAM belum ada pengaturan yang jelas baik itu penanggungjawab kerjasama Kepala daerah maupun BUMD, maka alternatif kelembagaan kerjasama pemerintah dan swasta dan/atau badan usaha Pada SPAM Perkotaan Wilayah Tengah (Kecamatan Padalarang, Ngamprah, Batujajar) Kabupaten Bandung Barat yang akan dikelola oleh PT PMGS dapat dilakukan sebatas kerjasama B To B (Business to Business) antara PT Perdana Multiguna Sarana Bandung Barat dengan Badan usaha lain. kerjasama B to B tersebut berpeluang dilakukan dengan pola Bangun-Guna-Serah untuk instalasi pengolahan atau pola service contract / build transfer untuk jaringan distribusi, sebagai contoh kerjasama BOT untuk IPA dapat dilakukan dengan skema sebagai berikut:
Alternatif-alternatif lain kelembagaan kerjasama pemerintah dan swasta dalam pengelolaan SPAM, saat ini belum diatur dalam peraturan-peraturan yang jelas, oleh karena itu untuk menghindari resiko-resiko yang dapat merugikan para pihak, kerjasama tersebut sebaiknya ditunda sampai dengan terbitnya peraturan yang lebih jelas.
Laporan Akhir 97
BAB X. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
10.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya yang berisi penjelasan mengenai rencana pengembangan SPAM, maka dapat disimpulkan bahwa rencana pengembangan SPAM Perkotaan Wilayah Tengah Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih sebesar 400 L/detik untuk SPAM Perkotaan Wilayah Tengah Kabupaten Bandung Barat, maka direncanakan memanfaatkan 3 Mata Air di Desa Ganjarsari yaitu Mata Air Cisaladah, Mata Air Cikahuripan, dan Mata Air Citalaga. 2. Perencanaan jalur transmisi air baku dari mata air di Desa Ganjarsari menuju area pelayanan
di Wilayah Tengah Kabupaten Bandung Barat, memiliki 2 alternatif jalur.
3. Rencana Alternatif 1 Jalur Transmisi dari 3 Mata Air dari Desa Ganjarsari ke Kecamatan Padalarang melalui jalan negara Purwakarta - Bandung.
• Air baku dari MA. Citalaga akan dipompa ke Reservoir Transmisi 1 yang terletak di dekat kantor Desa Ganjarsari, sedangkan air baku dari MA. Cisaladah dan MA. Cikahuripan dialirkan secara gravitasi ke Reservoir Transmisi 1 dan dilakukan pengolahan sederhana dengan menggunakan Saringan Pasir Cepat, yang letaknya berdekatan dengan Reservoir Transmisi 1.
• Dari Saringan Pasir Cepat air bersih akan dialirkan ke BPT 1 yang terletak di pertigaan pasar Desa Ganjarsari dan Desa Wangun Jaya, kemudian dialirkan ke BPT 2 yang berada di sekitar Ciguntur Dua Jalan Nasional Purwakarta – Bandung. Dari BPT 2 air dialirkan ke BPT 3 di Ciendog Cikuda Jalan Nasional Purwakarta – Bandung.
• Air dari BPT 3 dipompakan ke Reservoir Transmisi 2 yang berada di Cikuda Campaka Jalan Nasional Purwakarta – Bandung, kemudian di pompa lagi ke Reservoir Distribusi di Padalarang.
• Dari Reservoir Distribusi air akan di distribusikan secara gravitasi ke daerah pelayanan Padalarang, Batujajar, Ngamprah dan Cimahi.
4. Rencana Alternatif 2 Jalur Transmisi dari 3 Mata Air dari Desa Ganjarsari ke Kecamatan Padalarang melalui jalur distribusi eksisting SPAM Cibanteng.
• Air baku dari MA. Citalaga akan dipompa ke Bak Pengumpul yang terletak di MA. Cisaladah, dari bak pengumpul ini air dari MA. Citalaga dan MA. Cisaladah akan di pompa ke Reservoir Transmisi 1 yang terletak di Cipada Girang. Sedangkan air baku dari MA. Cikahuripan dipompa langsung ke Resevoir Transmisi 1 dan dilakukan pengolahan sederhana dengan menggunakan Saringan Pasir Cepat, yang letaknya berdekatan dengan Reservoir Transmisi 1.
Laporan Akhir 98 • Dari Saringan Pasir Cepat air bersih akan dialirkan secara gravitasi ke Reservoir Distribusi
yang berada di Babakan Cisurupan.
• Dari Reservoir Distribusi air akan di distribusikan secara gravitasi ke daerah pelayanan Padalarang, Batujajar, Ngamprah dan Cimahi.
5. Kebutuhan investasi dihitung berdasarkan 5 tahun kedepan (2016 s.d 2020) untuk rencana jalur pipa alternatif 1 sebesar Rp. 271 milyar, dengan biaya operasional Pompa pertahun sebesar Rp. 4,9 milyar.
6. Sebagai acuan proyeksi untuk tarif penjualan air (jalur pipa alternatif 1) serta beban administrasi dan biaya tetap ditetapkan pada tahun dasar (2015) dengan asumsi sebesar Rp.2.750,-/m3. Adapun biaya sambungan baru diasumsikan sebesar Rp.750.000.,-/SL. Dengan memperhitungkan proyeksi volume penjualan air dan laju pertumbuhan pelanggan yang mungkin dicapai, maka diperlukan asumsi kenaikan tarif sebesar 10% per tahun sehingga diharapkan capaian operating ratio perusahaan dapat ditingkatkan per tahun operasinya. 7. Sebagai acuan proyeksi untuk biaya operasional dan pemeliharaan (jalur pipa alternatif 1) pada
tahun dasar (2015) dengan asumsi sebesar Rp. 2.981.082,-/m3/tahun. Adapun jumlah sambungan baru diasumsikan sebesar 6000 unit. Dengan memperhitungkan proyeksi volume penjualan air dan laju pertumbuhan pelanggan yang mungkin dicapai, maka diperlukan asumsi kenaikan biaya operasi dan pemeliharaan sebesar 6% per tahun.
8. Proyeksi pembayaran kewajiban (jalur pipa alternatif 1) setoran laba kepada Pemerintah Daerah dialokasikan sebesar 60% dari Laba Operasi yang dihasilkan.
9. Kebutuhan investasi dihitung berdasarkan 5 tahun kedepan (2016 s.d 2020) untuk rencana jalur pipa alternatif 2 sebesar Rp. 226 milyar, dengan biaya operasional Pompa pertahun sebesar Rp. 2,3 milyar.
10. PT Perdana Multiguna Sarana Bandung Barat merupakan institusi pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Perkotaan Wilayah Tengah Kabupaten Bandung Barat (Kecamatan Padalarang, Ngamprah, Batujajar) merupakan BUMD yang telah mempunyai konsesi dan mempunyai pelayanan eksisting diwilayah tersebut.
10.2 REKOMENDASI
Berdasarkan uraian dari bab – bab untuk kedua alternatif sistim dapat dibuat rekomendasi yang menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari kedua sistim tersebut, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
N
O Uraian Alternatif 1 Alternatif 2
A Teknis
1 Sumber air baku 3 Mata Air Desa
Ganjarsari 3 Mata Air Desa Ganjarsari
2 Kapasitas 400 L/dt 400 L/dt
3 Sistem transmisi air baku Gravitasi-Pompa Pompa 4 Status Lahan Jalur Transmisi Jalan Negara, milik
pemerintah Sebagian besar milih masyarakat sekitar 5 Panjang dan Diameter Pipa Transmisi 28,3 Km; Ø 630 mm 15,2 Km; Ø 630 mm 6 Pengolahan Saringan Pasir Cepat Saringan Pasir Cepat
Laporan Akhir 99 N
O Uraian Alternatif 1 Alternatif 2
7 Sistem Distribusi Air Bersih Pompa Gravitasi Panjang dan Diameter Pipa Distribusi
- Reservoir dist ke Padalarang 4,49 Km; Ø 630 mm - Reservoir dist ke GPI 2,49 Km; Ø 250 mm
- Padalarang ke Cimareme 4,10 Km; Ø 630 mm 3,69 Km; Ø 500 mm - Padalarang ke GPI 2,49 Km; Ø 200 mm - Cimareme ke Batujajar 9,99 Km; Ø 315 mm 9,99 Km; Ø 250 mm - Cimareme ke Ciharashas 0,3 Km; Ø 500 mm 0,3 Km; Ø 400 mm - Ciharashas ke Ngamprah 1,34 Km; Ø 315 mm 2,67 Km; Ø 315 mm - Ciharashas ke Cimahi 0,9 Km; Ø 450 mm 2,1 Km; Ø 400 mm 8 Sisa Tekan di daerah pelayanan (m)
- Padalarang 5,86 64,44
- Batujajar 6,34 33,31
- Ngamprah 11,42 23,93
- Cimahi 10,6 49,01
9 Operasi dan pemeliharaan lebih sulit karena jalur
pipa lebih jauh lebih mudah karena sesuai jalur eksisting
B Investasi
Total Investasi Rp. 271 m Rp. 226 m
Biaya Operasional Pompa rata – rata
pertahun Rp. 4,9 m Rp. 2,2 m
Tarif
Pay back periode (tahun) 14.9 tahun 14,5 tahun
C Kelembagaan
Pengelola PT. PMGS PT. PMGS
D Aspek lainnya
Perijinan Mulai dari awal, proses
lebih lama Pengembangan dari eksisting, proses lebih cepat
Pelaksanaan Fisik Lebih mudah Lebih sulit
Berdasarkan uraian dari table diatas dapat dilihat kelebihan dan kekurangan masing – masing sistim, rencana jalur pipa alternatif 2 memiliki nilai investasi yang lebih kecil dibandingkan rencana jalur pipa alternatif 1 sehingga mempengaruhi tarif penjualan air kepada masyarakat dan biaya operasional dan pemeliharaan akan menjadi lebih kecil, tetapi masalah social seperti pembebasan lahan harus juga diperhatikan karena hal ini juga dapat mempengaruhi kelayakan dari suatu pekerjaan.