• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKB pada dasarnya merupakan suatu cara dalam rangka mengembangkan partisipasi pekerja untuk ikut andil dalam menentukan pengaturan syarat kerja dalam pelaksanaan hubungan kerja, sehingga dengan adanya partisipasi tersebut diharapkan timbul suatu sikap ataupun rasa memiliki dan juga rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

PKB dirundingkan oleh serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha. Perundingan PKB ini haruslah didasari oleh itikad baik dan berkemauan bebas dari kedua belah pihak. Perundingan PKB dilaksanakan secara musyawarah untuk mufakat. Lamanya perundingan PKB ditetapkan pada kesepakatan para pihak dan dituangkan ke dalam tata terib perundingan.46

1. Memiliki jumlah anggota lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan atau apabila musyawarah tidak mencapai kesepakatan tentang suatu hal, Pembentukan PKB berdasarkan Pasal 119 dan Pasal 120 UUK dibagi menjadi 2 yaitu untuk perusahaan yang memiliki satu serikat pekerja/ serikat buruh dan perusahaan yang memiliki lebih dari satu serikat pekerja/ serikat buruh. Ketentuan Pasal 119 UUK berlaku bagi perusahaan yang memiliki satu serikat pekerja/serikat buruh, yaitu batasan serikat buruh yang berhak mewakili pekerja/buruh dalam perundingan pembuatan PKB apabila:

46

Suria Ningsih, Mengenal Hukum Ketenagakerjaan, (Medan : USU Press, 2011), hlm. 86.

maka penyelesaiannya dilakukan melalui mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

2. Mendapat dukungan lebih 50% (lima puluh persen) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan melalui pemungutan suara.

3. Apabila tidak terpenuhi, dapat mengajukan kembali permintaan untuk merundingkan PKB dengan pengusaha setelah melampaui jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak dilakukannya pemungutan suara.

Ketentuan Pasal 120 UUK bagi perusahaan yang memiliki lebih dari satu serikat buruh, yaitu batasan serikat pekerja/serikat buruh yang berhak mewakili pekerja/buruh dalam perundingan pembuatan PKB apabila:

a. Jumlah keanggotaannya lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan tersebut.

b. Apabila tidak terpenuhi, maka serikat pekerja/serikat buruh dapat melakukan koalisi sehingga tercapai jumlah lebih dari 50% (lima puluh persen) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut untuk mewakili dalam perundingan dengan pengusaha.

c. Apabila tidak terpenuhijuga, maka para serikat pekerja/serikat buruh membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota masing-masing serikat pekerja/serikat buruh.

Tafsiran dari ketentuan diatas terdapat kemungkinan bahwa pekerja/buruh dapat menjadi pihak dalam perundingan pembuatan PKB apabila jumlah anggota serikat pekerja/serikat buruh terdapat 50% dari jumlah seluruh pekerja/buruh di

perusahaan yang bersangkutan dan mendapat dukungan lebih 50% (lima puluh persen) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Apabila tidak terpenuhi maka dibentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota masing-masing serikat pekerja/serikat buruh.47

1) Nama, tempat kedudukan serta alamat serikat pekerja/serikat buruh; Tempat untuk melaksanakan perundingan PKB dilakukan di kantor perusahaan yang bersangkutan atau di kantor serikat pekerja/serikat buruh ataupun bisa juga dilaksanakan di tempat lain yang sesuai dengan kesepakatan para pihak. Dan semua biaya yang timbul dalam pelaksanaan perundingan PKB akan menjadi beban perusahaan atau pengusaha, kecuali telah disepakati oleh para pihak.

PKB dibuat dalam bentuk tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia. Dalam hal PKB dibuat tidak menggunakan bahasa Indonesia, maka PKB tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi yang telah disumpah dan hasil terjemahan tersebut dianggap sebagai PKB yang telah memenuhi syarat perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 116 ayat 3 UUK.

Ketentuan yang diatur dalam Pasal 22 PER.16/MEN/XI/2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan dan Pengesahan Perjanjian Kerja Bersama, PKB sekurang-kurangnya harus memuat:

2) Nama, tempat kedudukan serta alamat perusahaan;

47

3) Nomor serta tanggal pencatatan serikat pekerja/serikat buruh pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota;

4) Hak dan kewajiban pengusaha;

5) Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh;

6) Jangka waktu dan mulai berlakunya perjanjian kerja bersama; dan 7) Tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama.

Menurut ketentuan di dalam Pasal 124 ayat 1 UUK, PKB haruslah paling sedikit memuat:

a) Hak dan kewajiban pengusaha;

b) Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/buruh; c) Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja bersama;

dan

d) Tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama.

Secara yuridis formal dasar hukum dalam pembuatan PKB didasarkan atas:

(1) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

(2) Undang-Undang No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

(3) Undang-Undang No. 18 tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98.

(4) Undang-Undang No. 21 tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Pekerja dan Majikan.

(5) Peraturan Pemerintah No. 49 tahun 1954 tentang Tata Cara Membuat dan Mengatur Perjanjian Perburuhan.

(6) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 16 tahun 2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

E. Manfaat Dibentuknya Perjanjian Kerja Bersama

PKB merupakan kesepakatan antara pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang mengatur hak dan kewajiban dalam hubungan kerja dengan memperhatikan kepentingan pekerja/buruh maupun pengusaha. PKB merupakan salah satu prasarana dalam rangka pelaksanaan hubungan industrial yang serasi, aman, dan dinamis berdasarkan Pancasila, sehingga manfaat dari PKB itu sendiri adalah:48

1. Baik pekerja maupun pengusaha akan lebih mengetahui dan memahami tentang hak dan kewajiban masing-masing;

2. Mengurangi timbulnya perselisihan industrial atau hubungan ketenagakerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi dan peningkatan usaha;

3. Membantu ketenangan kerja pekerja serta mendorong semangat dan kegiatan bekerja lebih tekun dan rajin;

48

Pedoman Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), (Jakarta : Direktorat Persyaratan Kerja, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2005), hlm. 7-8.

4. Pengusaha dapat menyusun rencana-rencana serta menetapkan labour

cost yang perlu dicadangkan atau disesuaikan dengan masa berlakunya

PKB;

5. Perundingan membuat PKB merupakan lembaga bipartid yang sangat efektif dimana kedua belah pihak dapat bertemu dan memperpadukan kepentingan masing-masing yang hasil tanpa campur tangan pihak lain; 6. Dapat menciptakan suasana musyawarah dan kekeluargaan dalam

perusahaan.49

PKB akan menekankan serikat pekerja untuk lebih hati-hati dalam penggunaan hak mogoknya sebagai upaya yang paling akhir dan lebih mengedepankan proses dialog atau negosiasi dalam menyampaikan tuntutannya. Selain dari pada manfaat terbentuknya PKB yang merupakan kepentingan pekerja maupun pengusaha juga mempunyai fungsi yang lain:50

a. Sebagai pedoman induk mengenai hak dan kewajiban bagi para pekerja dan pengusaha, sehingga dapat dihindarkan adanya perbedaan-perbedaan pendapat yang tidak perlu antara pekerja dengan pihak pengusaha;

b. Sebagai sarana untuk menciptakan ketenangan kerja bagi pekerja dan kelangsungan usaha bagi perusahaan;

c. Merupakan partisipasi pekerja dalam penentuan atau pembuatan kebijakan dalam perusahaan.

49

Suprihanto, Hubungan Industrial Sebuah Pengantar, (Yogyakarta : BPFE, 1986), hlm. 105.

50

Berkaitan dengan fungsi PKB, dapat di jelaskan lebih lanjut tentang fungsi yang diatas yaitu fungsi pertama PKB adalah sebagai pedoman induk. Dalam Pasal 127 UUK menyebutkan bahwa “perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/buruh tidak boleh bertentangan dengan perjanjian kerja bersama”. Hal ini menempatkan PKB sebagai pedoman induk bagi perjanjian kerja, dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perjanjian kerja. Fungsi PKB sebagai pedoman induk memberi kemudahan pada pekerja dalam membuat perjanjian kerja. Adanya kemudahan ini sesuai dengan kebutuhan pekerja, yang pada umumnya tidak mampu menyusun suatu perjanjian kerja yang dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis. Oleh karena itu, ketentuan yang menyatakan bahwa perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan PKB, dapat menjamin suatu perjanjian kerja yang memberikan dasar hukum pada kedudukan pekerja dalam proses produksi.51

Fungsi kedua PKB adalah menciptakan ketenangan kerja bagi pekerja dan kelangsungan usaha bagi pengusaha. Bagi pekerja, ketenangan kerja berarti, adanya kepastian untuk melaksanakan hubungan kerja dalam suatu jangka waktu yang cukup lama dan diharapkan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sehingga dapat memenuhi kebutuhannya secara teratur. Selama masa berlakunya PKB, para pekerja tidak lagi perlu memikirkan, bagaimana memperjuangkan kepentingannya. Segala perhatiannya dapat dicurahkan dalam melaksanakan kewajibannya berupa kerja dengan sebaik-baiknya tanpa lagi setiap saat terlibat mogok kerja maupun aksi demo dalam perjuangan untuk memperoleh pengakuan

51

atas haknya sebagai pekerja. Selain ketenangan kerja yang diperoleh pekerja, PKB memberikan pula jaminan pada pengusaha untuk merencanakan kelangsungan usahanya. Pengusaha sangat membutuhkan kondisi, dimana ia dapat menyusun dan melaksanakan rencana produksi untuk suatu jangka waktu yang lama dengan ketidakpastian yang minimum, juga tidak perlu lagi memikirkan tentang aksi demo atau mogok kerja dari pekerja karena pekerja sudah mempunyai wadah untuk menyampaikan aspirasinya melalui serikat pekerja dalam suatu pembuatan PKB.52

52

Ibid, hlm. 56.

Dengan adanya ketenangan baik dari sisi pekerja maupun pengusaha, maka akan menciptakan suasana ketenagakerjaan yang kondusif yang akan berdampak secara nasional.

Fungsi ketiga dari PKB adalah partisipasi pekerja dalam penentuan atau pembuatan kebijakan dalam perusahaan. Partisipasi pekerja dalam pembuatan peraturan perusahaan sebatas, diajak berkonsultasi dengan memberikan saran serta pertimbangan (Pasal 110 UUK) dan memberi persetujuan tertulis terhadap peraturan perusahaan yang telah disusun oleh pengusaha secara sepihak. Jika selama berlangsungnya hubungan kerja diadakan peraturan perusahaan yang baru atau diadakan perubahan pada peraturan perusahaan yang sedang berlaku, dan pekerja tidak menyetujui ketentuan-ketentuan yang baru tersebut, maka pekerja dapat mengajukan permohonan pada pengadilan, tidak untuk membatalkan peraturan perusahaan tersebut, tetapi untuk memutuskan hubungan kerja antara dia dengan pengusaha (Pasal 1601 k BW).

Bahder Johan Nasution menyatakan, bahwa dengan diakuinya serikat pekerja sebagai pihak dalam penentuan syarat-syarat kerja oleh pengusaha, maka serikat pekerja telah mempunyai suatu bentuk turut menentukan secara luas dalam menentukan syarat-syarat kerja.53

53

Bahder Johan Nasution, Hukum Ketenagakerjaan (Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja), (Bandung : Mandar Maju, 2004), hlm. 9.

Melalui PKB para pekerja (serikat pekerja) dan pengusaha bermusyawarah untuk menetapkan hak dan kewajiban masing-masing dalam hubungan kerja.

Dokumen terkait