• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat Penandaan

Dalam dokumen Biskuit SNI 2973:2011 (Halaman 8-46)

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

Lampiran A

(normatif)

Cara uji biskuit

A.1 Persiapan contoh

Persiapan contoh terdiri atas persiapan contoh untuk uji mikrobiologi, uji organoleptik dan analisis kimia. Pengambilan contoh untuk uji mikrobiologi dilakukan pertama kemudian dilanjutkan dengan pengambilan contoh uji organoleptik dan analisa kimia.

A.1.1 Persiapan contoh uji mikrobiologi

Buka kemasan biskuit secara aseptik dan ambil contoh biskuit sebanyak 500 g dan tempatkan dalam botol contoh steril.

A.1.2 Persiapan contoh untuk uji organoleptik

Buka kemasan biskuit dan ambil contoh biskuit secukupnya, kemudian tempatkan dalam botol contoh yang bersih dan kering.

A.1.3 Persiapan contoh untuk analisis kimia

Buka kemasan biskuit dan ambil contoh biskuit sebanyak 500 g dan tempatkan dalam botol contoh yang bersih dan kering.

A.2 Keadaan A.2.1 Bau A.2.1.1 Prinsip

Pengamatan contoh uji dengan indera penciuman (hidung) yang dilakukan oleh panelis yang terlatih dan kompeten untuk pengujian organoleptik.

A.2.1.2 Cara kerja

a) Ambil contoh uji secukupnya, dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering; b) cium contoh uji untuk mengetahui baunya; dan

c) lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli. A.2.1.3 Cara menyatakan hasil

a) Jika tidak tercium bau asing, maka hasil dinyatakan ”normal” dan b) jika tercium bau asing, maka hasil dinyatakan ” tidak normal”.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.2.2 Rasa A.2.2.1 Prinsip

Pengamatan contoh uji dengan indera perasa (lidah) yang dilakukan oleh panelis yang terlatih dan kompeten untuk pengujian organoleptik.

A.2.2.2 Cara kerja

a) Ambil contoh uji secukupnya dengan menggunakan sendok yang bersih; b) rasakan contoh uji dengan lidah;

b) lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli. A.2.2.3 Cara menyatakan hasil

a) Jika rasa contoh sesuai dengan rasa biskuit, maka hasil dinyatakan ”normal”; dan b) jika rasa contoh tidak sesuai dengan rasa biskuit, maka hasil dinyatakan “tidak normal.” A.2.3 Warna

A.2.3.1 Prinsip

Pengamatan contoh uji dengan indera penglihatan (mata) yang dilakukan oleh panelis yang terlatih/kompeten dalam pengujian organoleptik.

A.2.3.2 Cara kerja

a) Ambil contoh uji secukupnya, dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih dan kering; b) amati contoh uji untuk mengetahui warnanya; dan

b) lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang penelis atau 1 orang tenaga ahli. A.2.3.3 Cara menyatakan hasil

a) Jika bewarna khas biskuit, maka hasil dinyatakan ”khas biskuit”, dan

b) jika terlihat selain khas warna biskuit, maka hasil dinyatakan sesuai denganwarna yang diamati.

A.3 Kadar air A.3.1 Prinsip

Kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven pada suhu 130 ºC selama 1 jam.

A.3.2 Peralatan

a) Oven terkalibrasi dengan ketelitian 1 ºC;

b)

Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; c) Desikator yang berisi desikan;

d) Botol timbang aluminium dengan penutup Ø 5 cm, tinggi 3 cm. A.3.3 Cara kerja

a) Panaskan botol timbang beserta tutupnya dalam oven pada suhu (130 ± 3) ºC selama satu jam dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang (W0);

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

b) masukan 2 g contoh ke dalam cawan, tutup dan timbang (W1) ;

c) panaskan botol timbang yang berisi contoh tersebut dalam keadaan terbuka di dalam oven pada suhu (130 ± 3) ºC selama satu jam;

d) tutup botol timbang ketika masih di dalam oven, kemudian pindahkan segera ke dalam desikator dan dinginkan selama 30 menit kemudian timbang (W2);

e) lakukan pekerjaan duplo; dan f) hitung kadar air dalam contoh. A.3.4 Perhitungan Kadar air 100% 0 1 2 1 x W W W W − − = Keterangan :

W0 adalah bobot botol timbang dan tutupnya,dinyatakan dalam gram (g);

W1 adalah bobot botol timbang, tutupnya dan contoh sebelum dikeringkan, dinyatakan dalam gram (g);

W2 adalah bobot botol timbang, tutupnya dan contoh setelah dikeringkan, dinyatakan dalam gram (g).

A.3.5 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 5 % dari nilai rata-rata hasil kadar air atau deviasi (RSD) maksimal 2%. Jika kisaran lebih besar dari 5 % atau deviasi lebih besar dari 2% maka analisis harus diulang kembali.

A.4 Protein (N x 6,25) A.4.1 Prinsip

Senyawa nitrogen dirubah menjadi amonium sulfat oleh H2SO4 pekat, kemudian diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang dibebaskan diikat dengan asam borak dan kemudian dititar dengan larutan baku asam. Kadar protein diperoleh dari hasil kali total nitrogen dengan 6,25. A.4.2 Peralatan

a) Neraca analitik, terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; b) Labu Kjedahl 100 mL;

c) Alat destilasi Kjedahl;

d) Alat penyuling dan kelengkapannya; e) Pemanas listrik;’

f) Labu ukur terkalibrasi; g) Beaker gelas;

h) Buret 10 mL, terkalibrasi; i) Batu didih.

A.4.3 Pereaksi

a) Asam sulfat, H2SO4 pekat bebas nitrogen;

b) Larutan katalis tembaga, CuSO4.5H2O bebas nitrogen 0,05g/mL H2O; c) Katalis selen:

Campuran 4 g serbuk SeO2, 150 g K2SO4 atau Na2SO4 dan 30 g CuSO4.5H2O; d) Kalium sulfat, K2SO4 bebas nitrogen;

e) Batu didih;

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

Larutkan 0,2 g metyl red dengan etanol 95% menjadi 100 mL.

Larutkan 1,0 g bromocresol green dengan etanol 95% menjadi 100 mL. Campurkan 1 bagian larutan methyl red dan 5 bagain larutan bromocresol green dalam gelas piala lalu pindahkan ke dalam botol bertutup gelas.;

g) Larutan asam borat, H3BO3, 4 %:

Larutkan 40 g H3BO3 dengan air suling menjadi 1000 mL dan tambahkan 3 mL larutan indikator methyl red-bromocresol green, aduk, (larutan akan bewarna kuning terang) dan pindahkan ke dalam botol bertutup gelas;

h) Larutan natrium hidroksida NaOH 30%;

Larutkan 600 g natrium hidroksida dengan air suling menjadi 2000 mL , simpan dalam botol bertutup karet;

i) Larutan indikator fenolftalein (PP) 1%;

Larutkan 1 g serbuk indikator PP dengan alkohol 95% dan encerkan menjadi 100 mL; j) Larutan asam klorida, HCl 0,01N

Pipet 1 mL asam klorida pekat dan encerkan menjadi 1000 mL dengan air suling sampai tanda garis dan tetapkan normalitasnya.

A.4.4 Cara kerja

a) Timbang 1 g sampai dengan 5 g contoh (W) ke dalam labu Kjedahl, tambahkan 15,00 g K2SO4, 1 mL larutan katalis CuSO4.5H2O atau 1 g campuran selen, 8 butir sampai dengan 10 butir batu didih dan 25 mL H2SO4 pekat;

b) panaskan campuran di atas pemanas listrik sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijauan-hijauan. Lakukan dalam lemari asam atau lengkapi alat dekstruksi dengan unit pengisap asap;

c) biarkan dingin, kemudian encerkan dengan air suling secukupnya;

d) tambahkan 75 mL larutan NaOH 30 % (periksa dengan indikator PP sehingga campuran menjadi basa);

e) suling selama menit sampai dengan 10 menit atau saat larutan destilat telah mencapai kira-kira 150 mL, dengan penampung destilat adalah 50 mL larutan H3BO3 4%;

f) bilas ujung pendingin dengan air suling;

g) titar larutan campuran destilat dengan larutan HCl 0,01N; dan h) kerjakan penetapan blanko.

A.4.5 Perhitungan Kadar protein (N x 6,25) (%) 100% W 6,25 x 14,007 x N x ) V (V1 2 x − = Keterangan :

V1 adalah volume HCl 0,01 N untuk titrasi contoh, dinyatakan dalam mililiter (mL); V2 adalah volume HCl 0,01 N untuk titrasi blanko, dinyatakan dalam mililiter (mL); N adalah normalitas larutan HCl;

W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam miligram (mg); 14,007 adalah bobot atom Nitrogen;

6,25 adalah faktor protein.

A.4.6 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 5% dari nilai rata-rata hasil kadar protein. Jika kisaran lebih besar dari 5%, maka analisis harus diulang kembali.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.5 Asam lemak bebas (sebagai asam oleat) A.5.1 Prinsip

Pelarutan contoh dalam pelarut organik dan dinetralkan dengan larutan basa (kalium hodroksida atau natrium hidroksida)

A.5.2 Peralatan

a) Alat Soxhlet lengkap;

b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; c) Penangas air;

d) Buret 10 mL atau 50 mL, terkalibrasi;

e) Erlenmeyer 250 mL, yang dilengkapi dengan pendingin refluks A.5.3 Pereaksi

a) Petreleum eter; b) Etanol netral;

etanol 95 % ditambah dengan beberapa tetes indikator pp dan di titar dengan NaOH 0,1N sampai terbentuk warna merah muda.

c) Indikator fenolftalein (pp) 1%; dan

Larutkan 1 g fenolftalein dengan etanol 95% ke dalam labu ukur 100 mL kemudian tepatkan sampai tanda garis.

d) Larutan kalium hidroksida, KOH 0,1 N atau larutan Larutan natrium hidroksida, NaOH 0,1 N dalam etanol yang telah distandardisasi.

A.5.4 Cara Kerja

a) Ekstrak 10 g contoh (m) dengan pelarut petroleum eter selama 16 jam dengan alat Soxhlet;

b) uapkan di atas penangas air sampai pelarut menguap semuanya dan tertinggal residu lemak;

c) larutkan dengan 50 mL etanol panas yang telah dinetralisasikan; d) tambahkan 2 mL larutan fenolftalein sebagai indikator;dan

e) titrasi larutan tersebut dengan KOH 0,1N atau NaOH 0,1N sampai terbentuk warna merah muda.

A.5.5 Perhitungan

Asam lemak bebas (sebagai asam oleat) (% )

[

28,2

]

x100%

m xVxN

= Keterangan:

V adalah volume KOH atau NaOH yang diperlukan dalam penitaran contoh, dinyatakan dalam mililiter (mL);

N adalah normalitas larutan KOH atau NaOH, dinyatakan dalam normal (N); W adalah bobot contoh yang diuji, dinyatakan dalam gram (g)

A.5.6 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 10 % dari nilai rata-rata hasil kadar asam lemak bebas. Jika kisaran lebih besar dari 10 %, maka analisis harus diulang kembali.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.6 Cemaran logam

A.6.1 Penetapan cemaran logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb) A.6.1.1 Prinsip

Destruksi contoh dengan cara pengabuan kering pada 550 ºC yang dilanjutkan dengan pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang maksimum 228,8 nm untuk Cd dan 283,3 nm untuk Pb.

A.6.1.2 Peralatan

a) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) beserta kelengkapannya (lampu katoda Cd dan Pb) terkalibrasi (sebaiknya menggunakan SSA tungku grafit);

b) Tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1 ºC;

c) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; d) Penangas listrik;

e) Pipet ukur berskala 0,05 mL atau mikro buret terkalibrasi; f) Labu ukur 50 mL, 100 mL dan 1 000 mL, terkalibrasi; g) Gelas ukur kapasitas 10 mL terkalibrasi;

h) Gelas piala 250 mL;

i) Cawan porselin/platina/kwarsa dengan kapasitas 50 mL - 100 mL; dan

j) Kertas saring tidak berabu dengan spesifikasi particle retention liquid sebesar 20-25 µm. A.6.1.3 Pereaksi

a) Larutan asam nitrat, HNO3 pekat (65 %, Bj 1,4); b) Larutan asam klorida, HCl pekat (37 %, Bj 1,19); c) Larutan asam nitrat, HNO3 0,1 N;

encerkan 7 mL HNO3 65 % dengan air suling dalam labu ukur 1 000 mL dan encerkan sampai tanda garis.

d) Larutan asam klorida, HCl 6 N;

encerkan 500 mL HCl 37 % dengan air suling dalam labu ukur 1 000 mL dan encerkan sampai tanda garis.

e) Larutan baku 1 000 µg/mL Cd;

larutkan 1,000 g Cd dengan 7 mL HNO3 pekat dalam gelas piala 250 mL dan masukkan ke dalam labu ukur 1 000 mL kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Cd 1 000 µg/mL siap pakai.

f) Larutan baku 100 µg/mL Cd;

pipet 10 mL larutan baku 1 000 µg/mL Cd ke dalam labu ukur 100 mL kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian dikocok. Larutan baku kedua ini memiliki konsentrasi 100 µg/mL Cd.

g) Larutan baku kerja Cd;

pipet ke dalam labu ukur 100 mL masing-masing sebanyak 0 mL; 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL; 0,4 mL; 0,5 mL dan 0,6 mL larutan baku 100 µg/mL kemudian tambahkan 5 mL larutan HNO3 1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 µg/mL; 0,1 µg/mL; 0,2 µg/mL; 0,3 µg/mL; 0,4 µg/mL; 0,5 µg/mL dan 0,6 µg/mL Cd.

h) Larutan baku 1 000 µg/mL Pb;

larutkan 1,000 g Pb dengan 7 mL HNO3 pekat dalam gelas piala 250 mL dan masukkan ke dalam labu ukur 1 000 mL kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Pb 1 000 µg/mL siap pakai.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

pipet 5,0 mL larutan baku 1 000 µg/mL Pb ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kedua ini memiliki konsentrasi Pb 50 µg/mL.

j) Larutan baku kerja Pb;

pipet ke dalam labu ukur 100 mL masing-masing sebanyak 0 mL; 0,2 mL; 0,5 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL dan 4 mL larutan baku 50 µg/mL kemudian tambahkan 5 mL larutan HNO3 1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 µg/mL; 0,1 µg/mL; 0,25 µg/mL; 0,5 µg/mL; 1,0 µg/mL; 1,5 µg/mL dan 2,0 µg/mL Pb.

A.6.1.4 Cara kerja

a) Timbang 10 g sampai dengan 20 g contoh (W) dengan teliti dalam cawan porselen/platina/kuarsa;

b) tempatkan cawan berisi contoh uji di atas penangas listrik dan panaskan secara bertahap sampai contoh uji tidak berasap lagi;

c) lanjutkan pengabuan dalam tanur (550 ± 5) ºC sampai abu berwarna putih, bebas dari karbon;

d) apabila abu belum bebas dari karbon yang ditandai dengan warna keabu-abuan, basahkan dengan beberapa tetes air dan tambahkan tetes demi tetes HNO3 pekat kira-kira 1 mL sampai dengan 3 mL;

e) keringkan cawan di atas penangas listrik dan masukkan kembali ke dalam tanur pada suhu 450 ºC kemudian lanjutkan pemanasan sampai abu menjadi putih. Penambahan HNO3 pekat dapat diulangi apabila abu masih berwarna keabu-abuan;

f) larutkan abu berwarna putih dalam 5 mL HCl 6N, sambil dipanaskan di atas penangas listrik atau penangas air sampai kering, kemudian larutkan dengan HNO3 0,1 N dan masukkan ke dalam labu ukur 50 mL kemudian tepatkan hingga tanda garis dengan (V), jika perlu, saring larutan menggunakan kertas saring tidak berabu dengan spesifikasi particle retention liquid sebesar 20-25 µm, ke dalam wadah polypropylene;

g) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti contoh;

h) baca absorbans larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap blanko menggunakan SSA pada panjang gelombang maksimum sekitar 283 nm;

i) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (µg/mL) sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y;

j) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi (C); dan k) hitung kandungan logam dalam contoh.

A.6.1.5 Perhitungan Kandungan Pb (mg/kg) = C xV W Keterangan :

C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam(µg/mL); V adalah volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL);

W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g).

A.6.1.6 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 16 %. Jika RSD lebih besar dari 16 %, maka analisis harus diulang.

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

A.6.2 Penetapan timah (Sn) A.6.2.1 Prinsip

Contoh didektruksi dengan HNO3 dan HCl kemudian tambahkan KCl untuk mengurangi gangguan. Sn dibaca menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang maksimum 235,5 nm dengan nyala oksidasi N2O-C2H2.

A.6.2.2 Peralatan

a) Spektrofotometer serapan atom beserta kelengkapannya (lampu katoda Sn), terkalibrasi; b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg;

c) Erlenmeyer 250 mL terkalibrasi; d) Penangas listrik;

e) Tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1°C

f) Pipet ukur berskala 0,1 mL kapasitas 5 mL dan 10 mL, terkalibrasi; g) Labu ukur 50 mL, 100 mL dan 1 000mL, terkalibrasi

h) Gelas ukur kapasitas 50 mL terkalibrasi; i) Gelas piala 250 mL, dan

j) Penangas air. A.6.2.3 Pereaksi

a) Larutan kalium klorida, 10 mg/mL KCl;

larutkan 1,91 g KCl dengan air menjadi 100 mL; b) Asam nitrat pekat, HNO3 pekat ;

c) Asam klorida pekat, HCl pekat; d) Larutan baku 1 000 mg/L Sn; dan

larutkan 1,000 g Sn dengan 200 mL HCl pekat dalam labu ukur 1 000 mL, tambahkan 200 mL air suling, dinginkan pada suhu ruang dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis.

e) Larutan baku kerja Sn.

Pipet 10 mL HCl pekat dan 1,0 mL larutan KCl ke dalam masing-masing labu ukur 100 mL. Tambahkan masing-masing 0 mL; 0,5 mL; 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; dan 2,5 mL larutan baku 1 000 mg/L Sn dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 µ/mL; 15 µg/mL; 15 µg/mL; 20 µg/mL; dan 25 µg/mL Sn.

A.6.2.4 Cara kerja

a) Timbang 10 g sampai dengan 20 g contoh (W) dengan teliti ke dalam Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 30 mL HNO3 pekat dan biarkan 15 menit;

b) panaskan perlahan selama 15 menit di dalam lemari asam, hindari terjadinya percikan yang berlebihan;

c) lanjutkan pemanasan sehingga sisa volume 3 mL sampai dengan 6 mL atau sampai contoh mulai kering pada bagian bawahnya, hindari terbentuk arang;

d) angkat erlenmeyer dari penangas listrik, tambahkan 25 mL HCl pekat, dan panaskan sampai selama 15 menit sampai letupan dari uap Cl2 berhenti;

e) tingkatkan pemanasan dan didihkan sehingga sisa volume 10 mL sampai dengan 15 mL; f) tambahkan 40 mL air suling, aduk, dan tuangkan ke dalam labu ukur 100 mL, bilas

erlenmeyer tersebut dengan 10 mL air suling;

g) tambahkan 1,0 mL KCl, dinginkan pada temperatur ruang, tera dengan air suling dan saring;

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

h) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti contoh;

i) baca absorbans larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap blanko menggunakan SSA pada panjang gelombang maksimum 235,5 nm dengan nyala oksidasi N2O-C2H2; j) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (µg/mL) sebagai sumbu X dan absorbans

sebagai sumbu Y;

k) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi; l) lakukan pengerjaan duplo; dan

m) hitung kandungan Sn dalam contoh; A.6.2.5 Perhitungan Kandungan timah (Sn) (mg/kg) xV W C = Keterangan :

C adalah konsentrasi Sn dari kurva kalibrasi, (µg/mL) V adalah volume larutan akhir, (mL);

W adalah bobot contoh, (g)

A.6.2.6 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 16 %. Jika RSD lebih besar dari 16% maka analisis harus diulang kembali

A.6.3 Penetapan merkuri (Hg) A.6.3.1 Prinsip

Reaksi antara senyawa merkuri dengan NaBH4 atau SnCl2 dalam keadaan asam akan membentuk gas atomik Hg. Jumlah Hg yang terbentuk sebanding dengan absorbans Hg yang dibaca menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom tanpa nyala pada panjang gelombang maksimum 253,7 nm.

A.6.3.2 Peralatan

a) Spektrofotometer Serapan Atom yang dilengkapi lampu katoda Hg dan generator uap hidrida (”HVG”);

b) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg; c) Labu destruksi 250 mL;

d) Pendingin terbuat dari borosilikat, diameter 12 mm -18 mm, tinggi 400 mm diisi dengan cincin Rasching setinggi 100 mm, dan dilapisi dengan batu didih berdiameter 4 mm di atas cincin setinggi 20 mm;

e) Labu ukur 100 mL, 500 mL, dan 1 000 mL terkalibrasi; f) Penangas listrik;

g) Gelas ukur 25 mL terkalibrasi; dan

h) Pipet ukur berskala 0,05 mL atau mikro buret terkalibrasi. A.6.3.3 Pereaksi

a) Asam sulfat, H2SO4 9 M; b) Asam nitrat, HNO3 7 M; c) Batu didih;

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

e) Hidrogen peroksida, H2O2 f) Larutan natrium molibdat 2 % g) Larutan pereduksi;

campurkan 50 mL H2SO4 dengan 300 mL air suling dalam gelas piala 500 mL dan dinginkan sampai suhu ruang kemudian tambahkan 15 g NaCl, 15g hidroksilamin sulfat, dan 25g SnCl2. Pindahkan ke dalam labu ukur 500 mL dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis.

h) Larutan NaBH4;

larutkan 3 g serbuk NaBH4 dan 3 g NaOH dengan air suling dalam labu ukur 500 mL; i) Larutan pengecer :

masukkan 300 mL sampai dengan 500 mL air suling ke dalam labu ukur 1 000 mL dan tambahkan 58 mL HNO3 kemudian 67 mL H2SO4. Encerkan dengan air suling sampai tanda garis dan kocok.

j) Larutan baku 1 000 µg/mL Hg;

larutkan 0,135 4 g HgCl2 dengan kira-kira 25 mL air suling dalam gelas piala 250 mL dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis;

k) Larutan baku 1 µg/mL Hg; dan

pipet 1 mL larutan baku 1 000 µg/mL Hg ke dalam labu ukur 1 000 mL dan encerkan dengan larutan pengencer sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kedua ini memiliki konsentrasi 1 µg/mL.

l) Larutan baku kerja Hg;

pipet masing-masing 0,25 mL; 0,5 mL; 1 mL; dan 2 mL larutan baku 1 µg/L ke dalam labu ukur 100 mL terpisah dan encerkan dengan larutan pengecer sampai tanda garis. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0,002 5 µg/mL; 0,01 µg/mL; 0,02 µg/mL Hg. A.6.3.4 Cara kerja

A.6.3.4.1 Pengabuan basah

a) Timbang 5 g contoh (W) dengan teliti ke dalam labu destruksi dan tambahkan 25 mL H2SO4 9M, 20 mL HNO3 7 M, 1 mL larutan natrium molibdat 2%, dan 5 batu didih sampai dengan 6 batu didih;

b) hubungkan labu destruksi dengan pendingin dan panaskan di atas penangas listrik selama 1 jam. Hentikan pemanasan dan biarkan selama 15 menit;

c) tambahkan 20 mL campuran HNO3-HClO4 (1:1) melalui pendingin;

d) panaskan dengan panas tinggi hingga timbul uap putih. Lanjutkan pemanasan selama 10 menit dan dinginkan;

e) tambahkan 10 mL air suling melalui pendingin dengan hati-hati sambil labu digoyang-goyangkan;

f) didihkan lagi selama 10 menit;

g) matikan pemanas dan cuci pendingin dengan 15 mL air suling sebanyak 3 kali kemudian dinginkan sampai suhu kamar;

h) pindahkan larutan destruksi contoh ke dalam labu ukur 100 mL secara kuantitatif dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis;

i) pipet 25 mL larutan di atas ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan dengan larutan pengencer sampai tanda garis;

j) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti contoh;

k) tambahkan larutan pereduksi ke dalam larutan baku kerja Hg, larutan contoh, dan larutan blanko pada alat HVG;

l) baca absorbans larutan baku kerja, larutan contoh, dan larutan blanko menggunakan SSA tanpa nyala pada panjang gelombang 253,7 nm;

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s

tan

dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id

dan tidak untuk di komersialkan”

m) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (μg/mL) sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y;

n) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi; o) lakukan pengerjaan duplo; dan

p) hitung kandungan Hg dalam contoh.

A.6.3.4.2 Destruksi menggunakan microwave atau destruksi sistem tertutup

a) timbang 1 g contoh (W) ke dalam tabung destruksi dan tambahkan 5 mL HNO3, 1 mL H2O2 kemudian tutup rapat;

b) masukkan ke dalam oven microwave dan kerjakan sesuai dengan petunjuk pemakaian alat;

c) pindahkan larutan destruksi contoh ke dalam labu ukur 50 mL secara kuantitatif dan

Dalam dokumen Biskuit SNI 2973:2011 (Halaman 8-46)

Dokumen terkait