• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran A

(normatif)

Cara uji kakao massa

A.1 Persiapan contoh uji

Contoh diambil dari beberapa bagian dan masukkan ke dalam wadah bertutup yang bersih dan kering. Contoh yang berupa padatan dilelehkan dengan cara memanaskannya pada penangas air pada suhu 50 °C. Biarkan sampai contoh meleleh dan mencapai suhu 45 °C - 50 °C, aduk perlahan dengan menggunakan batang pengaduk.

A.2 Keadaan

Cara uji keadaan dilakukan secara sensorik terhadap bau, rasa, dan warna.

A.2.1 Bau A.2.1.1 Prinsip

Melakukan analisis terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan hidung sebagai indera penciuman.

A.2.1.2 Cara kerja

a) ambil contoh uji yang sudah dilelehkan dalam beaker glass sebanyak 30 ml; b) cium contoh uji untuk mengetahui baunya;

c) lakukan pengerjaan minimal oleh 3 panelis terlatih atau lebih.

A.2.2 Rasa A.2.2.1 Prinsip

Melakukan analisis terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan lidah sebagai indera perasa.

A.2.1.2 Cara kerja

a) Ambil contoh uji yang sudah dilelehkan dalam beaker glass sebanyak 50 ml; b) rasakan contoh uji dengan lidah untuk mengetahui rasanya;

c) lakukan pengerjaan minimal oleh 3 panelis atau 1 panelis terlatih.

A.2.3 Warna A.2.2.1 Prinsip

Melakukan analisis terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan mata sebagai indera penglihat.

A.2.1.2 Cara kerja

a) Ambil contoh uji yang sudah dilelehkan dalam beaker glass sebanyak 50 ml, tuangkan ke dalam wadah berwarna putih;

b) amati warna contoh uji;

A.3 Kadar lemak A.3.1 Prinsip

Ekstrak minyak bebas dari contoh kakao massa dengan menggunakan pelarut organik non polar yang sebelumnya dilakukan hidrolisis.

A.3.2 Pereaksi

a) asam klorida (HCl) 8 M;

b) petroleum ether, titik didih 30 °C – 60 °C; c) larutan perak AgNO30,1 N.

A.3.3 Peralatan

a) neraca analitis ketelitian 0,0001 g; b) labu didih dasar rata kapasitas 250 ml; c) oven (pengering listrik);

d) penangas listrik;

e) alat ekstraksi soxhlet lengkap;

f) timbal ekstraksi atau selongsong kertas saring ukuran 33 mm x 80 mm; g) gelas piala 300 ml – 500 ml;

h) kaca arloji;

i) kertas saring bebas lemak; jj) desikator.

A.3.4 Cara kerja A.3.4.1 Hidrolisis

a) timbang 4 g - 5 g contoh dengan ketelitian ke dalam gelas piala;

b) tambahkan perlahan 45 ml air suling mendidih sambil diaduk hingga homogen;

c) tambahkan 55 ml HCl 8M (2 bagian HCl ditambah 1 bagian air) dan beberapa butir batu didih;

d) tutup gelas piala tersebut dengan kaca arloji lalu didihkan perlahan-lahan selama 15 menit;

e) cuci dengan 100 ml air suling dan masukkan air pembilas tersebut ke dalam gelas piala;

f) saring endapan melalui kertas saring yang bebas lemak;

g) bilas gelas piala 3 kali dengan air suling, lakukan pencucian hingga bebas khlor yang dapat ditentukan dengan menambahkan 1 tetes - 3 tetes AgNO3 terhadap filtrat, jika tidak terdapat endapan putih (AgCl) maka telah bebas khlor;

h) pindahkan kertas saring serta isinya ke dalam timbal ekstraksi atau selongsong kertas saring yang bebas lemak dan keringkan selama 6 jam - 18 jam pada suhu 100 °C – 101 °C.

A.3.4.2 Ekstraksi Lemak

a) keringkan selama 1 (satu) jam labu didih yang berisi beberapa butir batu didih; b) dinginkan dalam eksikator dan timbang, sambungkan dengan alat ekstraksi soxhlet; c) masukkan timbal ekstraksi atau selongsong kertas saring ke dalam soxhlet (sebaiknya

timbal ditopang dengan per atau glass bead untuk meyakinkan daya kerja yang efisien dari syphon), kemudian tuangkan petroleum ether sebanyak 2/3 kapasitas labu di atas penangas;

d) ekstrak selama 4 jam dengan kecepatan ekstraksi > 30 kali.

e) keringkan labu didih beserta lemak di dalam oven pada suhu 100 °C - 101°C selama 1,5 jam - 2 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang;

f) ulangi pengeringan sampai perbedaan penimbangan berat lemak yang dilakukan berturut-turut kurang dari 0,05 %.

A.3.5 Perhitungan

Kadar lemak dinyatakan dalam persentase bobot per bobot dan dihitung dalam bobot kering dengan menggunakan rumus:

Kadar lemak (%) =

( )

% 100 x m m m 0 2 1keterangan:

m1 adalah bobot labu + lemak setelah pengeringan, (g) m2 adalah bobot labu kosong, (g)

m0 adalah bobot contoh, (g)

A.4 Kadar Air A.4.1 Prinsip

Bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven pada suhu (100 ± 2) °C. Bobot hilang atau kadar air dihitung secara gravimetri.

A.4.2 Peralatan

a) eksikator; b) oven; c) neraca analitik

d) cawan nikel, platina atau aluminium bertutup.

A.4.3 Cara kerja

b) masukkan dengan seksama 2 g contoh ke dalam cawan bertutup yang sudah diketahui bobot tetapnya, tutup dan timbang;

b) keringkan cawan yang berisi contoh dalam oven pada suhu (100 ± 2) °C dalam kondisi tutup dibuka hingga bobotnya konstan;

c) tutup cawan pada saat masih dalam oven dan pindahkan ke dalam desikator, dinginkan selama 20 menit - 30 menit kemudian timbang;

d) hitung kadar air dalam contoh.

A.4.4 Perhitungan Kadar air =

( )

% 100 x m m m 0 2 1Keterangan:

m0 adalah bobot contoh, (g);

m1 adalah bobot contoh sebelum dikeringkan, (g); m2 adalah bobot contoh setelah dikeringkan, (g).

A.5 Kehalusan (lolos ayakan mesh 200) A.5.1 Prinsip

A.5.2 Pereaksi a) petroleum ether A.5.3 Peralatan a) gelas piala; b) batang pengaduk; c) ayakan mesh 200;

d) neraca analitik yang dilengkapi kotak timbang bertutup; e) oven;

f) desikator; g) penangas listrik; h) kuas;

i) cawan.

A.5.4 Cara kerja

a) timbang dengan seksama 10 g contoh ke dalam gelas piala;

b) tambahkan 100 ml petroleum ether dan aduk hati-hati dengan batang pengaduk hingga tidak ada gumpalan-gumpalan lagi;

c) tuangkan larutan contoh ke dalam saringan 200 mesh perlahan-lahan; d) goyangkan hingga larutan contoh tersaring;

e) bilas gelas piala dengan 2 ml x 100 ml petroleum ether dan tuangkan ke dalam saringan 200 mesh, pastikan tidak ada partikel yang tersisa di dalam gelas piala;

lakukan hingga larutan hasil penyaringan jernih;

f) keringkan saringan yang berisi residu atau pindahkan residu ke dalam kertas saring yang telah diketahui bobotnya dan masukkan ke dalam oven 103 °C – 105 °C selama 1 jam;

g) dinginkan dalam desikator selama 30 menit; h) timbang berat sieve dan residu

A.5.5 Perhitungan

kadar residu (%) dari bahan kering bebas lemak = × Kehalusan (%) = 100 % - kadar residu

Keterangan:

m0 adalah bobot ayakan 200 mesh dan residu kering, (g); m1 adalah bobot ayakan 200 mesh kosong, (g);

ms adalah bobot contoh, (g);

A.6 Kadar abu A.6.1 Prinsip

Pada proses pengabuan zat-zat organik diuraikan menjadi air dan CO2, tetapi bahan anorganik tidak.

A.6.2 Pereaksi

a) alkohol

A.6.3 Peralatan

b) tanur listrik; c) neraca analitik; d) penangas air.

A.6.4 Cara kerja

a) timbang dengan seksama 2 g - 5 g contoh kering bebas lemak atau contoh yang telah diketahui kadar air dan kadar lemaknya ke dalam sebuah cawan porselen atau platina yang telah dipijarkan dan diketahui bobotnya;

b) arangkan di atas nyala pembakar, lalu pijarkan dalam tanur listrik pada suhu 600 °C selama 2 jam, kemudian angkat dan dinginkan;

c) basahi abu yang telah dingin tersebut dengan alkohol, kemudian uapkan. Lanjutkan pemijaran sampai pengabuan sempurna, angkat, masukkan ke dalam eksikator dan timbang. Ulangi pemijaran, pendinginan dan penimbangan sampai diperoleh bobot tetap.

A.6.5 Perhitungan

Kadar abu dari bahan kering tanpa lemak (%) =

[

100 ( )

]

000 . 10 2 1 F M m m + − Keterangan:

m1 adalah bobot abu (g) m2 adalah bobot cuplikan (g) F adalah kadar lemak (%) M adalah kadar air (%)

A.7 Kandungan kulit (shell) A.7.1 Prinsip

Setelah didestruksi senyawa-senyawa organik dengan suatu proses yang tidak mengakibatkan hancurnya sel-sel keras (stone cells), residu disuspensikan dalam gliserol. Banyaknya kelompok sel-sel keras dalam suspensi dan jumlah sel dalam setiap kelompok dihitung. Kandungan kulit dihitung dengan cara penetapan empirik kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan antara banyaknya kelompok sel keras dan ukuran rata-rata kelompok kakao bubuk dengan kandungan kulit 1 % yang diukur dalam bahan kering bebas lemak.

A.7.2 Pereaksi

a) pereaksi belluci : Asam asetat glacial + HNO3 pekat + H2O = 36 : 5 : 9; b) gliserol; c) air suling. A.7.3 Peralatan a) gelas piala 150 ml; b) tabung kultur; c) alat sentrifugasi;

d) tabung kaca, diameter ± 5 mm berujung lancip dengan diameter 1 mm panjang 150 mm;

e) kaca alas berukuran kira-kira 75 mm x 38 mm x 0,5 mm; f) counting grid berukuran kira-kira 33 mm x 33 mm x 0,2 mm; g) mikroskop;

A.7.4 Cara kerja

a) timbang kira-kira 0,5 g contoh dengan kering bebas lemak (telah dikeringkan selama 1 jam pada suhu 100 °C) dan masukkan ke dalam erlenmeyer 150 ml;

b) tambahkan 20 ml pereaksi belluci, aduk perlahan dan didihkan selama 10 menit di atas nyala kecil dengan pengadukan secara berkala (kerjakan di dalam ruang asam), lalu dinginkan;

c) timbang tabung kultur dalam gelas beaker 30 ml sebagai penyangga, pindahkan sedikit demi sedikit residu ke dalam tabung kultur dengan sedikit bagian air, sentrifugasi dengan kecepatan maksimum selama 3 menit;

d) buang cairan supernatan, tambahkan air suling hingga ¾ volume tabung, kocok sampai residunya terpisah, kemudian lakukan kembali seperti langkah c);

e) buang kembali cairannya, kemudian tambahkan gliserol (3 bagian gliserol + 2 bagian air) sampai isi tabung dan penyangganya berbobot (20 ± 0,03) g;

f) kocok dengan kuat sampai benar-benar tercampur, segera pindahkan ke tabung gelas berisi batang magnet kecil, tahan tabung gelas dan biarkan sampai gelembungnya hilang (kira-kira 5 menit - 10 menit);

g) timbang secara bersamaan kaca alas bermistar dan tutupnya. Aduk cairan dengan menggunakan pengaduk magnet selama 1 menit pada kecepatan maksimum dimana tidak ada gelembung yang terbentuk.

h) Pindahkan cairan sekitar (0,04 ± 0,01) g ke bagian tengah slide, timbang slide hingga 0,1 mg, tempatkan penahan karet untuk mencegah evaporasi;

i) Tempatkan slide pada mikroskop dengan atau tanpa kondenser bagian atas dan dengan filter jenis pemindah cahaya siang serta menhamburkan cahaya;

j) Hitung 2 slide dengan cara scan slide 100 x dan hitung stone cell pada > 200 x.

k) Hitung seluruh stone cell baik berupa satuan maupun yang berkelompok juga semua

stone cell atau sel keras yang belah > 0,5 sel.

A.7.5 Perhitungan

Kandungan sel keras (stone cell) :

C

M

C

S

=

17200

84

Keterangan:

S adalah kandungan shell, (%);

C adalah banyaknya sel-sel keras (stone cell) dalam cairan; M adalah bobot kakao bubuk kering bebas lemak, (g);

A.8 Cemaran logam

A.8.1 Penentuan kadar timbal (Pb) dan kadmium (Cd) A.8.1.1 Prinsip

Destruksi contoh dengan cara pengabuan kering pada 450 °C yang dilanjutkan dengan pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang maksimal 228,8 nm untuk Cd dan 283 nm untuk Pb.

A.8.1.2 Peralatan

a) Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg;

b) cawan porselin/platina/kwarsa dengan kapasitas 50 ml sampai dengan 100 ml; c) penangas listrik;

e) tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1 °C;

f) spektrofotometer Serapan Atom beserta kelengkapannya (lampu katoda Cd dan Pb) terkalibrasi (sebaiknya menggunakan SSA tungku grafit);

g) pipet ukur berskala 0,05 ml atau mikro buret terkalibrasi; h) labu ukur 50 ml, 100 ml, dan 1000 ml, terkalibrasi; i) gelas ukur kapasitas 10 ml;

j) gelas piala 250 ml; dan k) penangas air.

A.8.1.3 Pereaksi

a) Larutan asam nitrat, HNO3 pekat (65 %, Bj 1,4); b) larutan asam klorida, HCl pekat (37 %, Bj 1,19) ; c) larutan asam nitrat, HNO3 0,1 N;

d) encerkan 7 ml HNO3 65 % dengan air suling dalam labu ukur 1 000 ml dan encerkan sampai tanda garis.

e) larutan asam klorida, HCl 6N;

f) encerkan 500 ml HCl 37 % dengan air suling dalam labu ukur 1 000 ml dan encerkan sampai tanda garis.

g) larutan baku 1 000 μg/ml Cd;

h) larutkan 1,000 g Cd dengan 7 ml HNO3 pekat dalam gelas piala 250 ml dan masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Cd 1000 μg/ml siap pakai.

i) larutan baku 200 μg/ml Cd;

j) pipet 10 ml larutan baku 1 000 μg/ml Cd ke dalam labu ukur 50 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian dikocok. Larutan baku kedua ini memiliki konsentrasi 200 μg/ml Cd.

k) larutan baku 20 μg/ml Cd;

l) pipet 10 ml larutan baku 200 μg/ml Cd ke dalam labu ukur 100 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian dikocok. Larutan baku ketiga ini memiliki konsentrasi 20 μg/ml Cd.

m) larutan baku kerja Cd;

n) pipet ke dalam labu ukur 100 ml masing-masing sebanyak 0 ml, 0,5 ml, 1 ml; 2 ml; 4 ml; 7 ml dan 9 ml larutan baku 20 μg/ml kemudian tambahkan 5 ml larutan HNO3 1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 μg/ml; 0,1 μg/ml; 0,2 μg/ml; 0,4 μg/ml; 0,8 μg/ml; 1,4 μg/ml dan 1,8 μg/ml Cd.

o) larutan baku 1000 μg/ml Pb;

p) larutkan 1,000 g Pb dengan 7 ml HNO3 pekat dalam gelas piala 250 ml dan masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Alternatif lain, bisa digunakan larutan baku Pb 1 000 μg/ml siap pakai.

q) larutan baku 50 μg/ml Pb; dan

r) pipet 5,0 ml larutan baku 1 000 μg/ml Pb ke dalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kedua ini memiliki konsentrasi Pb 50 μg/ml.

s) larutan baku kerja Pb;

t) pipet ke dalam labu ukur 100 ml masing-masing sebanyak 0 ml, 0,2 ml; 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 3 ml dan 4 ml larutan baku 50 μg/ml kemudian tambahkan 5 ml larutan HNO3 1 N atau HCl 6 N, dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis kemudian kocok. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 μg/ml; 0,1 μg/ml; 0,25 μg/ml; 0,5 μg/ml; 1,0 μg/ml; 1,5 μg/ml dan 2,0 μg/ml Pb.

A.8.1.4 Cara kerja

a) Timbang 10 g sampai dengan 20 g contoh dengan teliti dalam cawan porselin/platina/kuarsa (m);

b) tempatkan cawan berisi contoh uji di atas penangas listrik dan panaskan secara bertahap sampai contoh uji tidak berasap lagi;

c) lanjutkan pengabuan dalam tanur (450 ± 5) °C sampai abu berwarna putih, bebas dari karbon;

d) apabila abu belum bebas dari karbon yang ditandai dengan warna keabu-abuan, basahkan dengan beberapa tetes air dan tambahkan tetes demi tetes HNO3 pekat kira-kira 0,5 ml sampai dengan 3 ml;

e) keringkan cawan di atas penangas listrik dan masukkan kembali ke dalam tanur pada suhu 450 °C kemudian lanjutkan pemanasan sampai abu menjadi putih. Penambahan HNO3 pekat dapat diulangi apabila abu masih berwarna keabu-abuan;

f) larutkan abu berwarna putih dalam 5 ml HCl 6N atau 5 ml HNO3 1N sambil dipanaskan di atas penangas listrik atau penangas air selama 2 menit sampai dengan 3 menit dan masukkan ke dalam labu ukur 50 ml kemudian tepatkan hingga tanda garis dengan air suling (V), jika perlu, saring larutan menggunakan kertas saring Whatman No.41;

g) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti contoh;

h) baca absorbans larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap blanko menggunakan SSA pada panjang gelombang maksimum sekitar 228,8 nm untuk Cd dan 283 nm untuk Pb;

i) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (μg/ml) sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y;

j) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi; dan k) hitung kandungan logam dalam contoh.

A.8.1.5 Perhitungan

Kandungan logam (mg/kg) =

V

m

C ×

Keterangan:

C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi, (μg/ml); V adalah volume larutan akhir, (ml);

m adalah bobot contoh (g).

A.8.1.6 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 16 %. Jika RSD lebih besar dari 16 %, maka analisis harus diulang.

A.8.2 Penetapan timah (Sn) A.8.2.1 Prinsip

Contoh didekstruksi dengan HNO3 dan HCl kemudian tambahkan KCl untuk mengurangi gangguan. Sn dibaca menggunakan spektrofotometer serangan atom pada panjang gelombang maksimum 235,5 nm dengan nyala oksidasi N2O-c2H2.

A.8.2.2 Peralatan

b) erlenmeyer 250 ml; c) penangas listrik; d) kertas Whatman no. 41;

e) tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1 °C

f) SSA beserta kelengkapannya (lampu katoda Sn) terkalibrasi; g) pipet ukur berskala 0,1 kapasitas 5 ml dan 10 ml terkalibrasi; h) labu ukur 50 ml, 100 ml, dan 1 000 ml, terkalibrasi;

i) gelas ukur kapasitas 50 ml; j) gelas piala 250 ml;

k) penangas air.

A.8.2.3 Pereaksi

a) larutan kalium, 10 mg/ml K;

b) larutkan1,91 g KCl dengan air menjadi 100 ml; c) asam nitrat pekat, HNO3 pekat;

d) asam klorida pekat, HCl pekat; e) larutan baku 1000 mg/l Sn; dan

f) larutkan 1,000 g Sn dengan 200 ml asam HCl pekat dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan 200 ml air suling, dinginkan pada suhu ruang dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis.

g) larutkan baku kerja SN.

h) pipet 10 ml HCl pekat dan 1,0 ml larutan KCl ke dalam masing-masing labu ukur 100 ml. Tambahkan masing-masing 0; 0,5 ml; 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml dan 2,5 ml larutan baku 1000 mg/l Sn dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 μg/ml; 10 μg/ml; 15 μg/ml; 20 μg/ml dan 25 μg/ml Sn.

A.8.2.4 Cara kerja

a) timbang 10 g sampai dengan 20 g contoh (m) ke dalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 30 ml HNO3 pekat, dan biarkan 15 menit;

b) panaskan perlahan selama 15 menit di dalam lemari asam, hindari terjadinya percikan yang berlebihan;

c) lanjutkan pemanasan sehingga sisa volume 3 ml sampai dengan 6 ml atau sampai contoh mulai kering pada bagian bawahnya, hindari terbentuknya arang;

d) angkat erlenmeyer dari penangas listrik, tambahkan 25 ml HCl pekat, dan panaskan sampai selama 15 menit samapai letupan dari uap Cl2 berhenti;

e) tingkatkan pemanasan dan didihkan sehingga sisa volume 10 ml sampai dengan 15 ml; f) tambahkan 40 ml air suling, aduk, dan tuangkan ke dalan labu ukur 100 ml, bilas

erlenmeyer tersebut dengan 10 ml air suling;

g) tambahkan 1,0 ml KCl, dinginkan pada temperatur ruang, tera dengan air suling, dan saring;

h) siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti contoh;

i) baca absorbans larutan baku kerja dan lartuan contoh terhadap blanko menggunakan SSA pada panjang gelombang maksimum 235,5 nm dengan nyala oksidasi N2O-C2H2; j) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi Sn (μg/ml) sebagai sumbu X dan absorbans

sebagai sumbu Y;

k) lakukan pengerjaan duplo; dan l) hitung kandungan Sn dalam contoh.

A.8.2.5 Perhitungan

Kandungan Sn (mg/kg) = V m C ×

Keterangan:

C adalah konsentrasi Sn dari kurva kalibrasi, (μg/ml); V adalah volume larutan akhir, (ml);

M adalah bobot contoh, (g).

A.8.2.6 Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 16 %. Jika RSD lebih besar dari 16 %, maka analisis harus diulang kembali.

A.9 Cemaran Arsen (As)

A.9.1 Prinsip

Contoh didestruksi menggunakan campuran asam sulfat dengan hidrogen peroksida. Arsen segera ditetapkan dengan penambahan larutan natrium borohidrida dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom memakai sistem hidrida pada panjang gelombang 193,7 nm.

A.9.2 Pereaksi

a) asam sulfat (1,84); b) hidrogen peroksida 30 %;

c) larutan natrium borohidrida (NaBH4) 5 % dalam 1 % larutan NaOH kemudian di saring menggunakan kertas saring yang berpori 0,45 um;

d) asam klorida encer (150 ml HCl dalam 1000 ml air); e) larutan baku arsen (As5+), tiap ml mengandung 100 ug As

larutkan 0,132 g As2O3 kering dalam 20 ml larutan NaOH 30 %, tambahkan perlahan-lahan sambil diaduk 100 ml air suling, kemudian 10 ml H2SO4 pekat, encerkan dengan air suling sampai tanda batas pada labu ukur 1000 ml (tiap ml larutan mengandung 0,1 mg As atau 100 ug As);

f) larutan kalium iodida 16 %.

A.9.3 Peralatan

a) spektrofotometer serapan atom lengkap dengan hydrida kit; b) neraca analitik kapasitas 200 g ketelitian 0,1 mg;

c) labu ukur 10 ml, 100 ml, 1000 ml; d) labu kjehdal 250 ml.

A.9.4 Cara kerja

a) timbang dengan teliti 2 g sampai dengan 5 g contoh ke dalam labu kjehdal yang berisi beberapa butir batu didih, dekstruksi dengan 5 ml hidrogen peroksida dan 2,5 ml asam sulfat secara hati-hati hingga diperoleh larutan yang jernih, jika belum jernih tambahkan peroksida dan panaskan kembali. Kerjakan berulang-ulang hingga larutan menjadi jernih;

b) dinginkan, tambahkan 2 kali 5 ml air suling dengan pemanasan hingga terbentuk uap/ asap putih, dinginkan kembali, lalu pindahkan ke dalam labu ukur 10 ml dan tepatkan sampai tanda batas;

d) pipet 2,5 ml larutan conoth ke dalam tabung khusus untuk pemeriksaan arsen menggunakan spektrofotometer serapan atom dan tambahkan 10 ml HCl 15 %, 0,25 ml larutan KI 16%, segera ukur serapannya setelah ditambahkan 2 ml NaBH4dengan panjang gelombang 193,7 nm. Kerjakan juga terhdap blanko.

A.9.5 Cara menyatakan hasil

Konsentrasi Arsen (µg/g) = W V C Ab Ac × × Keterangan:

Ac adalah serapan larutan contoh yang diperoleh; Ab adalah serapan larutan baku yang diperoleh; V adalah volume larutan contoh;

W adalah bobot contoh, dinyatakan dalam (g); C adalah kadar baku yang mendekati contoh.

A.10 Cemaran mikroba

A.10.1 Angka Lempeng Total A.10.1.1 Prinsip

Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan yang cocok selama 24 jam sampai dengan 48 jam pada suhu (35 ± 1) °C.

A.10.1.2 Pembenihan dan Pengenceran

a) buffer pepton water (BPW);

larutkan 25,5 g BPW dalam 1000 ml air suling, sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit.

b) plate count agar (PCA);

larutkan 22,5 g PCA dalam 1000 ml air suling, sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit

A.10.1.3 Peralatan

a) cawan petri gelas (15 mm x 100 mm) atau plastik (15 mm x 90 mm), disterilkan; b) pipet 1 ml; 1 ml; 5 ml dan 10 ml berskala;

c) botol pengenceran gelas bersilikat yang resisten, dengan sumbat karet atau tutup uliran dari plastik;

d) penangas air dengan termostat untuk mengatur suhu agar (45 ± 1) °C; e) lemari pengeram atau inkubator (35 ± 1) °C;

f) autoklaf;

f) alat penghitung koloni bakteri, model dark field atau sejenis dengan sumber cahaya dan gridplate;

g) oven terkalibrasi.

A.10.1.4 Prosedur

a) Persiapan contoh

timbang 10 g contoh uji ke dalam kantong plastik yang steril, masukkan dalam 90 ml larutan pengencer (buffer pepton water) dengan cara aseptik sehingga diperoleh pengenceran 1:10, kemudian kocok campuran hingga homogen;

b) dengan menggunakan pipet steril berbeda, buatlah pengenceran tingkat 10-2, 10-3,10-4

dari contoh yang telah dipersiapkan sesuai kebutuhan. Cara melakukan pengenceran sepuluh kali ialah dengan mencampur 10 ml dari tingkat pengenceran yang sebelumnya dengan 90 ml zat pengencer, semua tingkat pengenceran dikocok 25 kali dengan panjang busur 30 cm selama 7 detik.

d) kocok tiap botol pengenceran untuk melarutkan bahan yang mengendap, lalu pipet 1 ml dari setiap pengenceran untuk dimasukkan ke dalam cawan petri steril yang telah diberi label dan lakukan duplo;

e) tuangkan 12 ml -15 ml media plate count agar suhu (45 ± 1)°C ke masing-masing awan petri dalam waktu 15 menit sejak pengenceran pertama dibuat, untuk setiap deretan pengenceran, tuangkan pula agar dengan zat pengencer sebagai inokulum ke dalam cawan petri untuk digunakan sebagai kontrol;

f) pembenihan dan medium agar dicampur merata dengan menggerakkan cawan petri ke belakang, ke depan dan memutar pada permukaan datar;

g) biarkan sampai campuran dalam cawan membeku;

h) masukkan cawan petri ke dalam lemari pengeram dengan posisi terbalik pada suhu (35 ± 1) °C selama (48 ± 2) jam;

i) hitung jumlah bakteri pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250 koloni dan catat hasilnya untuk tiap tingkat pengenceran.

A.10.1.5 Perhitungan

Rata-ratakan hasilnya dan laporkan sebagai jumlah total per g contoh uji. Jumlah bakteri total per g = rata-rata jumlah koloni per cawan dikalikan dengan faktor pengenceran.

Angka lempeng total = n× f

Keterangan:

n adalah rata-rata jumlah koloni dari dua cawan petri dari satu pengenceran (koloni/ g); f adalah faktor pengenceran.

A.10.1.5.1 Cara menghitung koloni

a) hitung koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai dengan

Dokumen terkait