• Tidak ada hasil yang ditemukan

SYARAT RUMUSAN PERATURAN KERJA

Dalam dokumen perjanjian kerja (Halaman 29-39)

Setiap peraturan perusahaan harus terjamin tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebab itu, setiap rancangan peraturan perusahaan perlu diajukan pejabat pemerintah yang berwenang untuk diteliti dan disahkan. Setiap peraturan perusahaan berlaku untuk 2 tahun. Peraturan perusahaan dapat diperpanjang hanya satu kali untuk satu tahun dan kemudian diperbarui.

Semua pekerja wajib mengetahui dan memahami PP supaya mengetahui hak dan kewajibannya. Untuk itu pengusaha wajib memberikan PP dan menjelaskannya kepada pekerja. Bila pekerja membentuk serikat pekerja dan serikat meminta berunding maka pengusaha wajib memenuhi perundingan tersebut walaupun masa berlaku PP belum berakhir. Bila terjadi kesepakatan antara pengusaha dan pekerja, maka perjanjian kerja

bersama (PKB) yang telah disepakati langsung berlaku menggantikan PP yang ada. Dengan demikian PP tidak berlaku.

Salah satu tujuan peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan adalah melindungi pekerja dan hak-hak mereka yang menjadi kewajiban perusahaan. Misalnya mengenai hak cuti. Undang-undan No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan mengatur bahwa setiap pekerja berhak memperoleh cuti selama paling sedikit 12 hari kerja dalam setahun. Perusahaan dapat memberikan hak yang lebuh lama, misalnya 15 hari bagi pemula, 18 hari kerja bagi pekerja yang sudah 5 tahun bekerja, 20 hari pekerja untuk masa kerja 10 tahun dan 24 hari bagi pekerja yang masa kerjanya 15 tahun atau lebih tak terputus-putus.

Dibawah ini beberapa contoh standar minimum yang perlu diikuti dan di masukkan kedalam PP.

A. Penerimaan Pegawai dan Masa percobaan

penerimaan pegawai atau pekerja di perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Proses rekrutmen dilakukan untuk mencari pekerja dengan kualifikasi yang paling sesuai dengan atau paling memenuhi syarat dan jabatan dimaksud. Rekrutmen dapat dilakukan melalui proses ujian atau tes masuk dan wawancara. Bila pengusaha belum yakin mengenai kecocokan kualifikasi dan jabatannya, perusahaan dapat menetapkan menerima pekerja dengan masa percobaan paling lama 3 bulan. Selama dalam masa percobaan masing-masing pihak dapat memutuskan hubungan kerja tanpa syarat. Pekerja yang telah menyelesaikan masa percobaan dengan baik diangkat sebagai pekerja tetap sesuai dengan golongan atau jabatan yang ditetapkan perusahaan dan masa percobaan dihitung sebagai masa kerja.

B. Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur

Dalam keadaan mendesak, pengusaha dapat meminta kesediaan pekerja untuk melakukan pekerjaan lembur. Kesediaan pekerjaan lembur biasanya dapat dimintakan antara lain untuk mengejar target dan atau memenuhi permintaan khusus dari rekanan. Upah kerja lembur sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 102 tahun 2004 diatur sebagai berikut :

1. perhitungan upah biasa sejam adalah 1/173 dari upah sebulan. Bagi pekerja harian yang bekerja 6 hari satu minggu, upah satu bulan adalah 25 kali upah per hari. Bagi pekerja berdasarkan satuan hasil, upah satu bulan adalah rata-rata upah selama 12 bulan terakhir.

2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari biasa, upah lembur untuk satu jam pertama adalah: 1.5 upah sejam, untuk jam ke 8 dibayar sebesar 3 kali upah sejam, serta jam ke 9 dan seterusnya 4 kalli upah sejam

3. Bagi perusahaan yang mengikuti 5 hari kerja dalam satu minggu dan lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan atau libur resmi, maka upah lembur setiap jam kerja lembur untuk 8 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam dan untuk jam kesepuluh dibayar 4kali upah sejam

Beberapa pekerja yang menduduki jabatan tertentu diberikan tunjangan jabatan. Karena karena mereka sudah menerima tunjangan jabatan, pengusaha tidak wajib lagi membayar upah lembur.

C. Hari dan Waktu Kerja

Undang-undang No.13 Tahun 2003 mengatur waktu kerja dalam 2 pilihan. Pertama, 6 hari dalam seminggu, maksimum 7 jam sehari dan 40 jam seminggu. Kedua, 5 jam dalam seminggu, maksimum 8 jam satu hari dan 40 jam seminggu. Peraturan perundangan tidak mengatur ketentuan jam kerja dimulai dan berakhir. Itu peraturan masing-masing perusahaan.

D. Pengupahan dan Jaminan Sosial

Upah atau gaji biasanya dinyatakan perbulan atau per tahun. Pembayarannya dilakukan per bulan atau per dua minggu. Untuk pekerjaan harian upah dinyatakan per hari dan pembayarannya dilakukan setiap hari atau per minggu. Upah atau gaji pada dasarnya terdiri dari gaji pokok (GP) dan berbgai tunjangan. Gaji pokok didasarkan pada jenjang kepangkatan dan masa kerja. Untuk menghindari eksploitasi pekerja oleh pengusaha yang memanfaatkan kondisi pasar kerja, Pemerintah setiap tahun menetapkan upah minimum baik secara regional atau provinsi, dan kabupaaten atau kota, maupun secara sector regional.

Tunjangan hari raya keagamaan bersifat wajib. Pengusaha wajib memberikan tunjangan hari raya keagamaan ( THR keagamaan ) sebesar satu bulan gaji yang sudah bekerja pada perusahaan selama 12 bulan atau, diberikan THR keagamaan secara proporsional.

Pekerja yang sakit lebih dari satu hari dengan pembuktian surat keterangan dokter, tetap mendapat upah. Apabila pekerja sakit dalam waktu lama yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang ditentukan oleh perusahaan maka pengusaha wajib memberikan upah dalam :

• Empat bulan pertama: 100 % upah

• Empat bulan kedua paling sedikit 75% upah • Empat bulan ketiga paling sedkit 50 % upah

• Untuk bulan berikutnya dibayar 25 % upah hingga pemutusan kerja dilakukan. Kecelakaan kerja merupakan risiko kerja atau risiko berusaha atau risiko berusaha dan sebab itu pembiayaannya harus ditanggung oleh perusahaan. Untuk itu, sesuai dengan Undang-undang No.3 tahun 1992 mengenai jaminan sosial tenaga kerja, pengusaha wajib mempertanggungjawabkan setiap pekerja untuk asuransi kecelakaan kerja. Disamping asuransi atau jaminan keselamatan kerja, program jaminan sosial tenaga kerja ( jamsostek ) juga mencakup program jaminan hari tua, jaminan kematian dan jaminan pemeliharaan kesehatan pekerja dan keluarganya. Atas permintaan pekerja, pengusaha memberikan izin dan wajib membayar upah pekerja yang tidak masuk kerja karena urusan pribadi dan urusan keluarga yaitu:

• 3 hari bila pekerja sendiri kawin • 2 hari bila istri melahirkan

• 2hari bila menyunatkan atau membaptis anak • 2 hari apabila mengawinkan anak

• 2 hari bila anggota keluarga meninggal dunia. Serikat pekerja

Serikat pekerja adalah organisasi pekerja yang dibentuk oleh anggota-anggotanya dengan tujuan untuk memajukan dan melindungi kepentingan pekerja dalam hubungan kerja dengan perusahaan tempat mereka bekerja.

Menurut pasal 1 angka 1 UU no.21 tahun 2000 tentang serikat pekerja , serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari , oleh dan untuk pekerja baik di perusahaan maupun diluar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kpentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Pada umumnya serikat pekerja didapati pada perusahaan besar yang jumlah pekerjanya banyak. Serikat pekerja memberi usul kepada pengusaha tentang syarat-syarat kerja, perbaikan kehidupan buruh, dan pendapatan buruh mengenai masalah yang dihadapi. Kemudian serikat pekerja bersama-sama dengan pengusaha meetapkan perjanjian kerja antara pekerja dengan perusahaan. Hubungan pekerja dengan pngusaha disebut dengan hubungan industrial atau hubunga perburuhan.

Di Indonesia hubungan perburuhan dikenal dengan nama hubungan industrial pancasila, yaitu suatu hubungan yang terbentuk antar pelaku dalam proses produksi barang atau jasa (pekerja, pengusaha, pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari seluruh sila dalam pancasila dan nilai-nilai dasar UUD 1945 yang tumbuh berkembang diatas kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia.

Ciri-ciri khas hubungan industrial pancasila :

• Mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan hanya bertujuan untuk sekedar mencari nafkah tetapi sebagai pengabdian anusia dengan tuhannya, kepada sesame manusia, masyarakat, bangsa dan Negara

Menganggap pekerja bukan hanya sekedar factor produksi belaka, tetapi sebagai manusia pribadi dengan sgala harkat dan martabatnya, ole karena itu prilaku pengusaha terhadap pekerjanya bukan hanya dilihat dari kepentingan produksi belaka, tetapi harus dilihat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat sebagai manusia.

• Setiap ada perbedaan antara pekerja dengan pengusaha harus dapat diselsaikan dengan jalan musyawarah untuk menapai mufakat yang dilakukan dengan

kekeluargaan, karena itu dalam tindakan mogok, penekanan dan peutupan perusahaan adalah tidak sesuai dengan prinsip-prinsp hubungan indusrial pancasila.

E. Istirahat Mingguan dan Hak Cuti

Pekerja yang bekerja 6 hari berturut-turut dalam satu mingguan diberikan istirahat mingguan selama satu hari, andaikata karena satu pekerjaan mendesak, pekerja diminta bekerja lembur pada hari istirahat mingguan tersebut hari istirahat tersebut harus diganti pada minggu berikutnya.

Setiap pekerja yang telah bekerja selama 12 bulan berturut-turut berhak atas istirahat tahunan atau cuti paling sedikit 12 hari kerja dengan mendapat upah penuh. Pekerja yang akan menggunakan istirahat tahunan, harus mengajukan permohonan kepada atau melalui atasan langsung kepada pimpinan perusahaan. Perusahaan dapat menunda permohonan istirahat tahunan atau hak cuti paling lama 6 bulan terhitung sejak lahirnya hak istirahat tahunan, dengan memperhatikan kepentingan pekerja. Istirahat tahunan tersebut dapat dibagi dalam 2 bagian dengan ketentuan satu bagian terdapat sekurang-kurangnya 6 hari kerja terus menerus. Hak atas istirahat tahunan gugur apabila setelah 6 bulan sejak lahirnya hak tersebut ternyata pekerja tidak mempergunakan haknya bukan karena alasan alasan yang diberikan perusahaan.

F . Keselamatan Kerja atau Perlengkapan kerja

pengusaha dan pekerja sama-sama bertanggung jawab menjaga keselamatan kerja yaitu : dengan berupa menghindari kecelakaan kerja. Pengusaha sudah harus mengupayakan menghindari kecelakaan kerja jauh jauh dari sebelum kegiatan inti usaha dimulai yaitu sejak pemilihan lokasi dan disain bangunan.

Pengusaha juga perlu menbentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) menyusun perkiraan potensial kecelakaan, menyediakan saran pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja meyusun rencana tindakan penyelamatan darurat termasuk cara evakuasi. Setiap pekerja wajib memelihara alat-alat dan perlengkapan kerja dengan baik dan teliti. Apabila pekerja menemui hal-hal yang dapat

membahayakan terhadap keselamatan pekerja dan perusahaan harus segara melaporkan kepada pimpinan atau atasan.

G. Tata Tertib dan Tindakan Disiplin

pengusaha dapat mewajibkan pekerja tepat waktu untuk hadir di tempat tugas masing-masing sesuai waktu yang telah ditetapkan, serta meninggalkan pekerjaan untuk pulang ke rumah masing-masing. Pekerja wajib menjaga dan memelihara dengan baik milik perusahaan dan juga memelihara dan memegang teguh rahasia perusahaan terhadap siapapun mengenai segala hal yang di ketahuinya mengenai perusahaan. Pekerja wajib memeriksa semua alat-alat masing-masing sebelum mulai bekerja atau akan meniggalkan pekerjaan sehingga benar-benar tidak akan menimbulkan kerusakan atau bahaya yang akan mengganggu pekerjaan.

Disamping beberapa kewajiban tersebut, pekerja harus mematuhi larangan-larangan, antara lain, setiap pekerja dilarang membawa atau menggunakan barang atau alat milik perusahaan keluar dari lingkungan perusahaan tanpa izin dari pimpinan perusahaan atau yang berwenang. Pekerja dilarang berbuat asusila di lingkungan perusahaan. Pekerja dilarang melakukan penipuan, pencurian dan penggelapan barang atau uaang milik perusahaan atau milik teman sekerja atau milik teman pengusaha.

Pekerja dilarang membujuk pengusaha atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta peraaturan perundangan yang berlaku. Pengusaha dapat membuat surat peringatan kepada pekerja yang melakukan pelanggaran tata tertib kerja perusahaan antara lain sebagai berikut :

a. Sering datang terlambat atau pulang mendahului waktu yang ditentukan b. Tidak mematuhi ketentuan ketentuan yang berlaku di perusahaan

c. Menolak perintah yang layak

d. Melalaikan kewajiban secara serampangan

e. Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun telah bimbingan dan petunjuk kerja

Surat peringatan tersebut menurut urgensinya dapat diberikan secara bertahap, yaitu surat peringatan I, surat peringatan II, dan surat peringatan III. Masing-masing peringatan dapat diberikan masa berlaku misalnya 3-6 bulan.apabila ternyata yang bersangkutan melakukan hal yang sama, maka perusahaan dapat mengajukan proses pemberhentian.

I. Uang Pesangon

Ketentuan mengenai pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja (PMK) dan uang pengganti hak semula ditetapkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3 tahun 1996. Peraturan Menteri tersebut diganti dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.150 tahun 2000. Banyak pengusaha menolak kepmen No 150 tersebut karena dianggap terlalu memberatkan pengusaha kemudian Menteeri TenagaKerja dan Transmigrasi menerbitkan Keputusan No.78 tanggal 4 mei 2001 yang serta merta ditolak pula oleh serikat pekerja. Dalam ketidakpastian hukum, Kepmen No 78 reami menggantikan Kepmen no.150 tahun 2000, akan tetapi yang dianggap berlaku adalah Kepmen No. 150 tahun 2000.

Inti Kepmen No,150 tahun 2000,ini kemudian diakomodasikan pada pasal 156 UU No. 13 tahum 2003 dengan menetapkan besar uang pesangon bagi pekerja yang diberhentikan karena kesalahan ringan :

•1 bulan upah bila masa kerja kurang dari 1 tahun

•2 bulan upah apabila masa kerja hamper mencapai 2 tahun •3 bulan upah apabila masa kerja 2 tahun atau kurang dari 3 tahun •4 bulan upah apabila masa kerja 3 tahun atau kurang dari 4 tahun •5 bulan upah apabila masa kerja 4 tahun atau kurang dari 5 tahun •6 bulan upah apabila masa kerja 5 tahun atau kurang dari 6 tahun •7 bulan upah apabila masa kerja 6 tahun atau kurang dari 7 tahun

•8 bulan upah apabila masa kerja 7 tahun atau kurang dari 8 tahun

9 bulan upah apabila masa kerja 8 tahun atau kurang dari 9 tahun

BAB IV KESIMPULAN

Pada dasarnya para pihak dapat menentukan dengan bebas mengenai hak dan kewajiban dalam Pejanjian kerja, terdapat keseimbangan hak dan kewajiban bagi pekerja berdasarkan kesepakatan. Hak dan kewajiban dalam perjanjian kerja tidak boleh kurang dari syarat yang ditentukan oleh perundang-undangan ketenagakerjaan, Peraturan Perusahaan, dan Perjanjian Kerja Bersama. Hubungan antara perusahaan pemberi kerja, perusahaan penyedia pekerja/perusahaan pemborong dan pekerja itu sendiri seharusnya menciptakan suatu hubungan yang saling menguntungkan.

Namun dalam kenyataannya, sering kali terdapat perselisihan. Hal ini bisa dihindari jika para pihak menyadari hak dan kewajibannya. Perlindungan hukum terhadap pekerja

dalam perjanjian kerja sudah diatur dalam undang-undang Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dan untuk perusahaan telah diatur dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan perusahaan adalah:

1. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

2. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pasal 1 ayat 4 Undang-undang No.4 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyebutkan perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak baik milik Swasta maupun milik Negara Sedangkan untuk pengusaha menurut Pasal 1 ayat 3 Undang-undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Pasal 1 ayat 5 Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjabarkan pengusaha adalah:

1. Orang, Persekutuan atau Badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.

2. Orang, Persekutuan atau Badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.

3. Orang, Persekutuan atau Badan Hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagai mana dimaksud dalam huruf (a) dan (b) yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Hubungan keduanya juga sudah diatur oleh undang-undang. Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah. Dengan demikian jelaslah bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja.Saat ini masih banyak pekerja yang tidak mengerti akan hak dan kewajibannya sehingga banyak pekerja yang merasa dirugikan oleh pengusaha yang memaksakan kehendaknya pada pihak pekerja dengan mendiktekan perjanjian kerja tersebut pada pekerjanya.

Para pekerja juga diikutkan dalam program jaminan sosial oleh perusahaan. Sebagaimana yang diatur di dalam ketentuan Kep No. 150/Men/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Para pekerja sangat penting untuk mempelajari dan memahami isi dari kontrak kerja sebelum menandatangani atau menyetujui kontrak. Jika dalam klausul perjanjian kerja dinyatakan bahwa pekerja kontrak diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja, berarti perusahaan hanya memberi fasilitas sesuai dengan standar jamsostek dan bukan standar penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat yang lebih baik.

Dengan demikian segala perselisihan yang ada antara pekerja dan perusahaan seharusnya dapat dihindari, karena kesemuanya sudah diatur dalam undang-undang dan ke dua belah pihak berkewajiban untuk mematuhinya agar tercipta suanana yang saling menguntungkan antara pekerja dan pengusaha

PENUTUP

Dari pembahasan ini dapat diketahui mengenai berbagai peraturan dari perusahaan terhadap pekerja, kemudian hak dan kewajiban pengusaha terhadap pekerja. Hal itu bertujuan untuk menciptakan hubungan industrial yang aman dan harmonis yang didukung oleh suasana musyawarah dan kekeluargaan dalam perusahaan, ketenangan kerja bagi pekerja, kepastian usaha bagi pengusaha, tidak ada perselisihan antara pekerja dan pengusaha.

Demikian makalah tentang perjanjian kerja. Pembahasan mengenai permasalahan ini kami kira masih akan perlu untuk dimunculkan seiring dengan makin ketatnya kompetisi dunia usaha dan kerja yang tak dapat terhindar dari makin ketatnya persaingan di antara para pihak. Dan akhirnya, demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat.

Dalam dokumen perjanjian kerja (Halaman 29-39)

Dokumen terkait