• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Perjanjian Jual Beli

2. Syarat sah Perjanjian

memperoleh pembayaran dari orang yang disebut terakhir, sejumlah tertentu, berwujud uang45.

Jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata cara tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang. Jual beli itu sendiri yaitu: tukar menukar barang dengan barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lainatas dasar saling merelakan (Hidayat, 2015: 9).

Namun menurut sebagian pendapat diperbolehkan jual beli untuk anak-anak yang sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi belum dewasa (belum mencapai umur 15 tahun, bermimpi dan haid), khususnya untuk barang-barang kecil dan tidak bernilai tinggi.

Berakal maksudnya adalah dapat membedakan atau memilih mana yang benar dan mana yang tidak. Maka jual beli tidak sah apabila dilakukan oleh penjual atau pembeli yang kedaan orangnya gila atau tidak waras. Demikian juga bila salah satu dari mereka baik penjual maupun pembeli termasuk orang yang kurang akalnya atau idiot46.

dan perlu memerhatikan apakah surat perjanjian yang dibuat telah memenuhi seluruh syarat sah perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata, terdapat 4 (empat) syarat sahnya perjanjian yang harus dipenuhi ketika membuat surat perjanjian dibawah ini Libera akan menjabarkan secara detail mengenai syarat-syarat yang membuat suatu perjanjian dianggap sah menurut hukum yang berlaku

1. Kesepakatan Para Pihak

Dalam membuat suatu Surat Perjanjian hatus mencapai kesepakatan para pihak atas hal-hal yang diperjanjikan. Kesepakatan yang di maksud disini adalah kesepakatan tersebut lahir dari kehendak para pihak tanpa ada unsur kekhilafan, paksaan, ataupun penipuan. Sebagai contoh jika seorang pembeli menyepakati perjanjian jual beli rumah atas dasar paksaan oleh pihak penjual atau pihak lain, maka adanya unsur paksaan tersebut dapat dijadikan argument bagi pihak yang dirugikan untuk mengajukan pembatalan atas perjanjian jual beli tersebut.

2. Kecakapan Para Pihak

Isrilah kecapan yang dimaksud dalam hal ini berarti wewenang para pihak untuk membuat perjanjian. KUHPerdata menentukan bahwa setiap orang dinyatakan cakap untuk membuat perjanjian kecuali jika menurut Undang-undang dinyatakan tidak cakap. Menurut Pasal 1330 KUHPerdata orang-orang yang dinyatakan tidak cakep adalah mereka yang47 :

47 Pasal 1330 KHUPerdata

a. Belum dewasa berarti mereka yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum menikah. Sebagai contoh seorang anak yang baru berusia 8 Tahun tidak dapat membuat perjanjian untuk dirinya sendiri;

b. Berada di bawah pengampuan

Seseorang dianggap berada di bawah pengampunan apabila ia sudah dewasa namun karena keadaan mental atau pikiran yang dianggap kurang sempurnah maka dipersamakan dengan orang yang belum dewasa. Berdasarkan Pasal 433 KUHPerdata seseorang dianggap berada di bawah pengampunan apabila orang tersebut dalam keadaan sakit jiwa memiliki daya piker yang rendah serta orang yang tidak mampu mengatur keuangannya sehingga menyebabkan keborosan yang berlebih.

Jika melakukan transaksi dengan PT atau badan hukum lainnya kecakapan yang dimaksud tidak terbatas pada individu melainkan juga meliputi wewenangan seseorang dalam menandatangani perjanjian misalnya melakukan transaksi untuk menandatangani perjanjian untuk dan atas nama PT adalah direktur dari PT tersebut sesuai dengan anggaran dasarnya.

Apabila direktur berhalangan untuk menandatangani perjanjian maka direktur dapat memberikan kuasa kepada manajer atau salah satu timnya untuk menandatangai perjanjian tersebut;

c. Adanya Objek Perjanjian

Suatu perjanjian harus memiliki objek yang jelas tersebut tidak hanya beruoa barang dalam bentuk fisik namun juga dapat berupa jasa yang dapat ditentukan jenisnya. Sebagai contoh dalam suatu perjanjian jual beli dalam perjanjian menyatakan barang apa yang akan dijual beserta jenis, harga, hingga ciri-ciri barang tersebut.

d. Sebab yang Halal

Sebab yang halal berhubungan dengan isi perjanjian itu sendiri dimana perjanjian tersebut dibuat berdasarkan tujuan yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Perjanjian yang dibuat berdasarkan perjanjian tersebut menjadi tidak sah.

Sebab yang tidak halal adalah sebab dilarang oleh Undang-undang, berlawanan dengan norma kesusilaan atau ketertiban umum. Hal ini dikarenakan membunuh orang lain dilarang oleh Undang-undang sehingga perjanjian tersebut menjadi tidak sah.

Keempat syarat sah perjanjian yang telah dijabarkan diatas memiliki 2 (dua) kategori, yakni48 :

1) Syarat Subjektif, dan 2) Syarat Objektif

Dari keempat syarat sah perjanjian yang termasuk kedalam syarat subjektif adalah kesepakatan dan kecakapan para pihak sedangkan adanya objek perjanjian dan sebab yang halal merupakan syarat objektif. Tidak dipenuhinya syarat sah perjanjian akan berujung pada pembatalan perjanjian akan berujung pada

48 Ibid : 140

pembatalan perjanjian. Namun, pembatalan perjanjian ini dibagi menjadi 2 (dua) berdasarkan kategori syarat sah perjanjian.

Apabila para pihak tidak memenuhi syarat subjektif maka konsekuensinya adalah perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan atau voidable artinya salah satu pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan permohonan pembatalan kepada hakim. Namun perjanjian tersebut tetap mengikat para pihak sampai adanya keputusan dari hakim mengenai pembatala tersebut.

Lain halnya jika para pihak tidak memenuhi syarat objektif maka perjanjian tersebut akan dianggap batal demi hukum atau null and void. Artinya perjanjian ini dianggap tidak pernah ada sehingga tidak akan mengikat para pihak.

Untuk itu sebelum ada membuat perjanjian dalam transaksi bisnis, perlu memenuhi keempat syarat sah perjanjian di atas agar perjanjian tersebut dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh para pihak. Tentunya pengaturan tersebut ditujukan untuk memperjelas sebuah kerja sama atau transaksi, serta menghindari kerugian pada pihak manapun di kemudian hari. Sebagai pemilik bisnis dan perlu diperhatikan isi perjanjian dengan detail karena jika anda mengabaikan bahkan tidak membacanya secara lengkap kemungkinan terjadi sengketa di kemudian hari menjadi lebih besar.