• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SENGON

2.3. SYARAT TANAM SENGON

Prihmantoro (1991) menyatakan bahwa tanaman sengon tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang rumit. Sengon dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai yang berdrainase buruk hingga baik. Mulai tanah marjinal, hingga tanah berunsur hara cukup. Sengon juga dapat tumbuh pada bentukan sisa lahan yang belum hancur. Sengon akan tumbuh baik pada jenis tanah ultisol dan oxisol dengan pH tanah yang netral hingga basa dan membutuhkan fospat yang cukup (Atmosuseno, 1999). Sengon merupakan vegetasi daerah tropis dengan suhu pertumbuhan optimum berkisar antara 220 - 290 C. Tempat tumbuh terbaik ditemukan pada ketinggian temapt 10 mdpl – 800 mdpl. Sengon tumbuh dengan baik di daerah yang terletak pada 100 LS – 30 LU yang memiliki 15 hari hujan pada empat bulan terkering. Curah hujan tahunan yang diinginkan tanaman ini adalah 2000 – 2700 mm. Kelembaban udara yang dibutuhkan untuk tumbuh berkisar 50 % - 70 %.

Menurut Prihmantoro (1991) juga bahwa sengon lebih menyukai tofografi tanah yang relatif datar. Namun, dalam keadaan tertentu sengon dapat ditanam pada areal gelombang dan miring dengan kemiringan mencapai 25 %. Untuk areal yang memiliki kemiringan di atas 25 % harus ditanam dengan sistem terasering agar mampu mengurangi laju aliran permukaan saat hujan.

Tahapan Penyemaian Benih Sengon : kegiatan penaburan benih sengon dilakukan dengan maksud untuk memperoleh presentase kecambah sengon yang maksimal dan menghasilkan kecambah sengon yang sehat. Kualitas kecambah sengon ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit sengon, kecambah sengon yang baik akan menghasilkan bibit sengon yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan pohon sengon yang berkualitas.

10 

Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan benih sengon adalah sebagai berikut :

• Benih sengon

• Bedeng tabur/bedeng kecambah sengon

• Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1 • Peralatan penyiraman

• Tersedianya air yang cukup

Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah sengon.

Penaburan benih sengon pada media tabur dilakukan setelah benih sengon mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah sengon yang maksimal. Penaburan benih sengon dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.

Penaburan benih sengon ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjarak 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih sengon tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah sengon tidak bertumpuk. Setelah kecambah sengon berumur 7 – 10 hari maka kecambah sengon siap untuk dilakukan penyapihan.

Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit sengon: • Siapkan polybag ukuran 10 x 15 cm,

• Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.

• Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam

polybag setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong

diberi satu batang kecambah sengon.

Polybag yang telah berisi bibit sengon, diletakkan dibawah para-para yang

diberi atap jerami atau daun kelapa, agar bibit sengon tidak langsung tersengat terik matahari.

• Pada masa pertumbuhan bibit sengon kecil sampai pada saat kondisi bibit sengon layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif.

Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit sengon dipersemaian adalah sebagai berikut :

1. Penyiraman : Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada bibit sengon. Penyiraman bibit sengon dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit sengon baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.

2. Pemupukan : Pemupukan bibit sengon dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan gir sebagai berikut : Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾

bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan. Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit sengon siap dipindahkan ke kebun sengon.

3. Penyulaman : Penyulaman dilakukan apabila bibit sengon ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.

4. Penyiangan : Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit sengon terganggu. Beberapa hama yang biasa menyerang bibit sengon adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit sengon yang disebabkan oleh cendawan.

5. Seleksi bibit sengon : Kegiatan seleksi bibit sengon merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit sengon dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit sengon yang baik dari bibit sengon yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit sengon yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit sengon yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sengon sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit sengon mempunyai kualitas yang merata.

Penyiapan Lahan : Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;

1. Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman.

2. Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).

Penanaman : Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :

1. Pembuatan dan pemasangan ajir tanam, ajir dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1 m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit sengon harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan

2. Pembuatan lubang tanam, lubang tanam dibuat dengan ukuran 15 x 15 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.

3. Pengangkutan bibit sengon, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengangkutan bibit dari lokasi persemaian ke tempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.

12 

4. Penanaman bibit sengon, pelaksanaan kegiatan penanaman sengon harus dilakukan secara hati – hati agar bibit sengon tidak rusak dan penempatan bibit sengon pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit sengon tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sengon selanjutnya.

Pemeliharaan, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan :

• Penyulaman, yaitu penggantian tanaman sengon yang mati atau sakit dengan tanaman sengon yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit sengon yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.

• Penyiangan, pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman penggagu dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman sengon, agar kemampuan kerja akar sengon dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk memutus daur hidupnya. penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh. • Pendangiran, pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman

sengon dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.

• Pemangkasan, melakukan pemotongan cabang pohon sengon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).

• Penjarangan, penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman sengon berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon sengon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur. Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem "untu walang" (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman. Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang

tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.

2.4. ALAT PEMBUAT LUBANG

Selama ini proses pembuatan lubang sudah dilakukan dengan berbagai macam alat dan mesin sebagai alat bantu, alat dan mesin tersebut antara lain :

1. Cangkul

Cangkul atau Pacul adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan dalam proses pengolahan tanah pada lahan pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan sehingga masa ini untuk menjalankan kerja-kerja menggali yang ringan di kebun ataupun di sawah. Alat ini merupakan elemen penting dalam bidang pertanian terutama pertanian ladang kering. Cangkul dibuat dari baja sehingga alat ini sangatlah kuat. Cangkul atau Pacul merupakan gabungan dari bawak dan pacul itu sendiri. Bawak merupakan bagian kepala atau bagian atas dari cangkul. Sedangkan pada bagian landepan atau bagian bawahnya sering kita sebut dengan pacul juga. Pada bagian kepala terdapat lubang yang berfungsi untuk dipasangi garan pacul atau sering disebut doran. Dengan dipasangnya doran akan mempermudah dalam menggunakan alat cangkul ini. Untuk lebih jelas mengenai alat pertanian cangkul bisa dilihat pada Gambar 3 (HTN Alat Pertanian, 2012).

Gambar 3. Cangkul atau pacul 2. Bor biopori manual

Salah satu kreasi dari Institut Pertanian bogor ini merupakan alat yang sangat berguna untuk membuat lubang pada tanah, lubang biopori terutama. Alat ini dapat membuat lubang hingga kedalaman 100 cm dengan menggunakan tenaga operator. Alat bor biopori tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

14 

Gambar 4. Bor biopori manual (Tim Biopori IPB, 2011) 3. Bor tanah dengan mesin

Membuat lubang pada tanah dengan mesin juga sudah lama dilakukan oleh manusia, mesin yang digunakan yaitu mesin dengan energi penggerak motor bensin. Mesin bor tanah semacam ini sudah banyak digunakan terutama untuk proses pembuatan lubang yang dalam seperti untuk sumur dan untuk keperluan kabel-kabel bawah tanah. Salah satu produsen dari mesin seperti ini adalah Zhejiang Ruixinyuan Industry & Trade Co., Ltd. Mesin bor tanah

tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

2.5. DESAIN (PERANCANGAN)

Harsokoesoemo (1999) menyatakan bahwa perancangan adalah kegiatan awal dari uasah merealisasikan suatu produk yang keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat untuk meringankan hidupnya. Perancangan terdiri dari serangkaian kegiatan yang berurutan, oleh karean itu perancangan kemudian disebut sebagai proses yang mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan tersebut. Kegiatan-kegiatan dalam proses perancangan disebut fase. Salah satu deskripsi proses perancangan adalah deskripsi yang menyebutkan bahwa proses perancangan terdiri dari fase yang ditunjukan pada Gambar 6.

Gambar 6. Contoh diagram alir proses perancangan Harsokoesoemo (1999)

Menurut Harsokoesoemo (1999) proses perancangan dianggap dimulai dengan mengidentifikasikan kebutuhan produk yang diinginkan masyarakat. Berawal dari diidentifikasikannya kebutuhan produk tersebut maka proses perancangan berlangsung.

Masih menurut Harsokoesoemo (1999) tahapan penelitian mengacu pada fase pembangkitan konkuren (concurrent design) dengan mengacu pada sembilan dasar perancangan konkuren, yaitu :

1. Menggunakan produk atau unit yang sudah ada. 2. Menentukan bahan dan metodologi perakitan. 3. Menentukan keterbatasan dimensional desain.

4. Mengidentifikasikan subsystem yang memabangun keseluruhan system. 5. Mengembangkan hubungan (interface) berupa kontruksi dudukan dan chassis. 6. Merakit dan menggabungkan interface dan komponen-komponen fungsional

system.

7. Melakukan evaluasi desain.

Kebutuhan

Analisis masalah, spesifikasi produk, dan perancangan proses

Perancangan konsep produk

Perancangan produk

Evaluasi produk hasil rancangan

Dokumentasi untuk pembuatan produk

16 

8. Penghalusan bahan dan perakitan.

9. Penghalusan bentuk akhir system (finishing).

Fase terakhir dari kelima fase rancangan yang tak kalah penting menurut Harsokoesoemo (1999) yaitu fase penyusunan dokumen untuk pembuatan produk. Produk hasil rancangan didokumentasi dalam sebuah dokumen yang terdiri dari :

1. Gambar susunan.

2. Gambar detail dan spesifikasi untuk pembuatan produk.

3. Bill of Materials (BOM).

Dokumen terkait