• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Bank Syariah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Bank Syariah

a. Pengertian Bank dan Bank Syariah

Menurut bahasa kata bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang.1

Sedangkan bank menurut istilah, terbagi ke dalam 2, yaitu menurut Undang-Undang Republik Indonesia dan pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2 Jenis bank jika dilihat dari segi cara menentukan harga baik harga jual maupun harga beli, terbagi menjadi dua kelompok, yaitu bank konvensional dan bank syariah.

Bank syariah merupakan bank yang menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain, baik dalam hal untuk menyimpan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Bank, diunduh pada Sabtu, 8 April 2012 pukul 11:37:45

2

Penentuan harga atau mencari keuntungan dalam bank perbankan syariah adalah dengan cara menggunakan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, dan lain sebagainya.3

Menurut A. Abdurrachman dalam “Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan” dikutip dari buku “Kelembagaan Perbankan”, yang dikutip oleh Ayus Ahmad Yusuf dan Abdul Aziz dalam buku “Manajemen Operasional Bamk Syariah”, Thomas Suyatno menyatakan:

Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusaha- an, dan lain-lain.

Sedangkan menurut G. M. Verryn Stuart dalam bukunya “Bank Politik” dikutip dari buku “Kelembagaan Perbankan”, dikutip oleh Ayus Ahmad Yusuf

dan Abdul Aziz dalam buku “Manajemen Operasional Bamk Syariah”, Thomas Suyatno menyatakan:

Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alatpembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.4

Adapun misi dari perbankan syariah, yaitu:5

1) Mengarahkan agar umat Islam dalam melaksanakan keguatan

3

Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, cet. 10, hlm. 30-31

4

Ayus Ahmad Yusuf dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bamk Syariah, Cirebon: STAIN Press, 2009, hlm. 15-16

5

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 38-39

14

muamalahnya secara Islami serta terhindar dari praktek riba dan praktek lain yang mengandung unsur gharar.

2) Menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi dengan melakukan pemerataan pendapatan melalui berbagai kegiatan investasi.

3) Meningkatkan kualitas hidup manusia dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar, terutama kepada kelompok miskin serta mengarahkan mereka untuk menjalankan kegiatan usaha yang produktif. 4) Membantu penanggulangan masalah kemiskinan yang biasa terjadi di

negara-negara berkembang, yang ironisnya banyak dihuni oleh umat Islam.

5) Menjaga tingkat stabilitas dari ekonomi dan moneter serta untuk menghindari persaingan yang tidak sehat yang mungkin dapat terjadi antara lembaga keuangan

b. Landasan Hukum Perbankan Syariah

Perbankan syariah diatur dalam UU No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, dengan latar belakang adanya suatu keyakinan dalam agama Islam yang merupakan alternatif atas perbankan dengan kekhususannya pada prinsip syariah.6

Selain itu, terdapat landasan hukum lainnya, yaitu:

1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 yang mengakui kebaradaan bank syariah dan bank

6

konvensional serta memperkenankan bank konvensional membuka kantor cabang syariah.

2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang mengakomodasi kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah, dimana BI bertanggung jawab terhadap pengaturan dan pengawasan bank komersial termasuk bank syariah.

3) Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang makin mempertegas penetapan kebijakan moneter dengan yang dilakukan BI dengan prinsip syariah.

4) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah disahkan sebagai landasan hukum industri perbankan syariah nasional.7

c. Produk Bank Syariah 1) Penyaluran Dana

a) Prinsip jual beli (ba’i), yaitu hak proses pemindahan hak milik barang atau aset dengan menggunakan uang sebagai media. Yang termasuk dalam prinsip jual beli, yaitu

(1) Murabahah adalah akad jual beli dengan harga beli ditambah margin keuntungan yang telah disepakati.

(2) Salam, yaitu proses jual beli dimana pembayarandilakukan secara

7

Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009, hlm. 64-65

16

advance manakala penyerahan barang dilakukan kemudian.

(3) Istishna’, yaitu kontrak order yang ditandatangani bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan suatu jenis barang tertentu.

b) Prinsip sewa (ijarah), yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang memperbolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan perjanjian kedua pihak. c) Prinsip bagi hasil (syirkah), yaitu perjanjian antara kelebihan dan kekurangan dana yang keuntungan dibagi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dan kerugiannya ditanggung bersama. Yang termasuk ke dalam prinsip bagi hasil, yaitu:

(1) Musyarakah, perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha dan keuntungan yang dibagi tidak harus sama dengan pangsa modal masing-masing pihak tetapi untuk kerugian dilakukan sesuai dengan pangsa modal masing-masing.

(2) Mudharabah, bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak, dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.

(3) Muzara’ah, memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu dari hasil panen. d) Akad pelengkap, akad untuk mempermudah pelaksanaan pembiaya- an.

Yang termasuk akad pelengkap adalah sebagai berikut:

(1) Kafalah, yaitu suatu jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yang ditanggungnya.

(2) Wakalah, perjanjian pemberiaan kuasa kepada pihak lain yang ditunjuk untuk mewakilinya dalam melaksanakan suatu tugas/kerja atas nama pemberi kuasa.

(3) Qard, yaitu perjanjian pinjam meminjam uang atau barang dengan tujuan untuk membantu penerima pinjaman.8

2) Penghimpunan Dana

a) Prinsip wadi’ah, yaitu perjanjian antara pemilik harta dengan pihak penyimpan, dimana pihak penyimpan bersedia menyimpan dan menjaga keselamatan modal yang dititipkan kepadanya. Terdapat dua macam wadi’ah, yaitu:

(1) Wadi’ah yad dhamanah, akad wadi’ah yang harta titipannya boleh dimanfaatkan oleh pihak penyimpan karena pihak penyimpan bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan tersebut.

(2) Wadi’ah amanah, akad wadi’ah yang harta titipannya tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak penyimpan.

b) Mudharabah, yaitu perjanjian antara pemilik modal (deposan/shahibul

8

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hlm. 62-64

18

maal) dengan pengelola (bank/mudharib). Terdapat dua macam mudharabah, yaitu:

(1) Mudharabah mutlaqah, yaitu simpanan yang tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.

(2) Mudharabah muqayyadah, dibagi ke dalam dua jenis, yaitu: (a) Mudharabah muqayyadah on balance sheet merupakan

simpanan khusus, dimana pemilik modal dapat menetapkan syarat-syaratt tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.

(b) Mudharabah muqayyadah of balance sheet merupakan pe- nyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksananya, dimana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik modal dengan pelaksana usaha.9

3) Jasa

a) Sharf (jual-beli valuta asing), jual beli mata uang yang tidak sejenis. Dalam hal ini, penyerahan harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).

b) Ijarah (sewa), bank akan mendapat uang sewa dari hasil penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian).

9

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010, cet. 10, hlm. 107-111

2. Konsep Motivasi Kerja

Dokumen terkait