• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel Analisa Walkability

Analisa Spatial Behavior

5.1.2.1. Tabel Analisa Walkability

Identifikasi aspek sosial pada koridor jalan K. H. Ahmad Dahlan Yogyakarta dilakukan dengan teknik analisa walkability, yang disusun berdasar 5 unsur pertanyaan, yaitu comfortable, convenient, convival, conspicuous, connected.

Aspek Tinjauan Hasil Wawancara

Comfortable

(Kenyamanan)

Sebagian besar responden menyampaikan kurangnya rasa nyaman pada keadaan trotoar atau pedestrian way. Kurangnya rasa nyaman terutama pada pedestrian way dikarenakan keadaan lantainya yang tidak rata dan banyaknya obstacle atau halangan yang menghambat perjalanan mereka.

136

Convival

(Keramahan)

Pada beberapa area terdapat pot – pot tanaman yang memperindah visual koridor dan pohon besar yang menjadi peneduh jalan dan pedestrian way di bawahnya, dan cukup memberikan efek tenang bagi pengguna koridor. Namun keberadaannya diakui beberapa responden hanya sebagai pelengkap syarat peraturan kota karena kondisinya yang kurang terawat.

Beberapa responden mengaku tidak merasakan adanya ketenangan saat berada di koridor pada bagian timur karena kondisinya yang ramai tidak beraturan dan panas saat siang hari. Koridor bagian timur pada kenyataannya memang tidak memiliki banyak elemen natural seperti pohon dan tanaman hias yang dapat memberikan efek relaxation.

Convinient

(Kesesuaian)

Sebagian besar responden mengaku tidak ada niatan untuk berhenti dan menikmati suasana di dalam koridor, kecuali ketika terdapat pedagang kaki lima yang menjual cinderamata atau makanan di sekitarnya. Kurangnya penataan elemen lansekap koridor menjadi alasan utama responden menilai rendah aspek ini.

Conspicuous

(Kejelasan)

Secara garis besar interaksi yang terjadi pada koridor penelitian ini bukan disebabkan oleh keberadaan ruang luarnya, namun interaksi terjadi oleh adanya kegiatan non-fisik seperti parade Keraton yang melewati jalur tersebut, atau kegiatan perniagaan yang terjadi pada bangunan – bangunan komersil di sekitarnya.

Connected

(Keterhubungan)

Responden mengakui sedikitnya ketertarikan untuk terlibat pada ruang luar koridor karena kurang beragamnya pengalaman ruang yang ada. Bentuk fasad bangunan baru yang tidak memiliki tema dan monoton membuat pengalaman ruang menjadi berkurang.

Adanya jalur bus TransJogja yang melewati koridor ini menjadi nilai tambah bagi responden karena merasa dimudahkan bagi kebutuhan transportasinya, ditambah lagi banyaknya transportasi lain yang melalui koridor ini seperti angkutan kota (Kopata), bemo, andhong, becak dan taksi.

137 5.1.2.2.Analisa Aspek Manusia pada Koridor

Hasil analisa walkability kemudian dibandingkan dengan kondisi ideal sesuai dengan teori dalam buku ‘Urban Space’, Stephen Carr (1992) tentang aspek sosial. Aspek - aspek yang ditinjau meliputi Comfort (Memenuhi standar kenyamanan), Relaxation (Memberi efek ketenangan), Engagement (Keterlibatan pasif & aktif terhadap lingkungan), dan Discovery (Menciptakan pengalaman), untuk mencari kriteria khusus yang sesuai pada tahap perancangannya nanti.

Analisa aspek manusia pada koridor dimaksudkan untuk mengetahui apakah ruang luar koridor jalan K.H.Ahmad Dahlan Yogyakarta sudah bisa memenuhi kriteria aspek sosial ataukah belum. Hasil analisa nantinya dipakai untuk menentukan elemen / obyek apa saja yang harus ditata kembali dan ditingkatkan kualitasnya.

Keterangan :

: Tidak Terpenuhi, : Belum / Sebagian Terpenuhi, : Terpenuhi

Aspek Simpulan Hasil Wawancara Analisa Aspek Manusia pada Koridor C om fort abl e (K enya m an an)

Sebagian besar responden menyampaikan kurangnya rasa nyaman pada keadaan trotoar atau pedestrian

way. Kurangnya rasa nyaman terutama

pada pedestrian way dikarenakan keadaan lantainya yang tidak rata dan banyaknya obstacle atau halangan yang menghambat perjalanan mereka.

Koridor jalan K.H.Ahmad Dahlan Yogyakarta dari segi kenyamanan ruang luarnya belum tercapai /

terpenuhi, karena sesuai teori Stephen Carr (1992) koridor ini

belum bisa membuat nyaman penggunanya sesuai dengan standar lingkungan, fisik, sosial

138 C onvi va l (K er am ahan)

Beberapa responden mengaku tidak merasakan adanya ketenangan saat berada di koridor pada bagian timur karena kondisinya yang ramai tidak beraturan dan panas saat siang hari. Koridor bagian timur pada kenyataannya memang tidak memiliki banyak elemen natural seperti pohon dan tanaman hias yang dapat memberikan efek relaxation.

Dari segi keramahan koridor jalan K.H.Ahmad Dahlan Yogyakarta belum tercapai / terpenuhi, karena

belum bisa memberi efek ketenangan tubuh dan jiwa melalui penataan ruang luar yang

baik, mencakup penataan zona dan elemen naturalnya.

C onvi n ien t (K es esua ian)

Sebagian besar responden mengaku tidak ada niatan untuk berhenti dan menikmati suasana di dalam koridor, kecuali ketika terdapat pedagang kaki lima yang menjual cinderamata atau makanan di sekitarnya. Kurangnya penataan elemen lansekap koridor menjadi alasan utama responden menilai rendah aspek ini.

Dari segi kesesuaian koridor jalan K.H.Ahmad Dahlan Yogyakarta belum tercapai, karena belum bisa

membuat penggunanya berinteraksi dengan tatanan fisik

di lingkungannya. C onspi cuous (K ej el asa n )

Secara garis besar interaksi yang terjadi pada koridor penelitian ini bukan disebabkan oleh keberadaan ruang luarnya, namun interaksi terjadi oleh adanya kegiatan non-fisik seperti parade Keraton yang melewati jalur tersebut, atau kegiatan perniagaan yang terjadi pada bangunan – bangunan komersil di sekitarnya.

Koridor ini belum bisa membuat penggunanya berinteraksi dengan

tatanan fisik di lingkungannya baik secara aktif maupun pasif.

139 C onnec ted (K et er hub ungan )

Responden mengakui sedikitnya ketertarikan untuk terlibat pada ruang luar koridor karena kurang beragamnya pengalaman ruang yang ada. Bentuk fasad bangunan baru yang tidak memiliki tema dan monoton membuat pengalaman ruang menjadi berkurang.

Adanya jalur bus TransJogja yang melewati koridor ini menjadi nilai tambah bagi responden karena merasa dimudahkan bagi kebutuhan transportasinya, ditambah lagi banyaknya transportasi lain yang melalui koridor ini seperti angkutan kota (Kopata), bemo, andhong, becak dan taksi.

Sedikitnya ketertarikan untuk terlibat pada ruang luar yang ada

menandakan kurangnya kemampuan koridor ini dalam menghadirkan pengalaman yang menyenangkan melalui penataan

ruang luarnya.

Namun apresiasi diberikan para responden dengan ditempatkannya halte dan jalur bus TransJogja ke dalam koridor

ini sebagai elemen linkage.

Hasil identifikasi dan analisa aspek sosial ditemukan adanya kegiatan dari masyarakat sekitar dan pengguna koridor yang terpengaruh langsung dari ragam elemen koridor Jl. K. H. Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Terdapat jenis kegiatan yang berulang yaitu kegiatan berjualan di trotoar oleh pedagang musiman pada saat hari libur atau libur panjang.

Ditilik dari aspek non fisiknya, ruang luar koridor penelitian masih belum memenuhi kriteria aspek sosial. Masih banyak elemen ruang luar koridor yang belum tertata sehingga berpengaruh kepada segi kepuasan penggunanya.