• Tidak ada hasil yang ditemukan

TABEL 5 Hasil Uji-T

Dalam dokumen T1 802010083 Full text (Halaman 29-37)

Group Statistics

K_O N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

SRL 1 234 208.27 29.770 1.946

2 195 198.64 34.926 2.501

TABEL 5.1

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper SRL Equal variances assumed 3.120 .078 3.084 427 .002 9.632 3.124 3.493 15.772 Equal variances not assumed 3.040 383.103 .003 9.632 3.169 3.402 15.863

Hasil perhitungan Independent Sample Test pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan antara mahasiswa yang tinggal di kost dan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua memiliki nilai nilai t-test sebesar 3.084 dengan signifikansi 0.002 atau p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada self-regulation learning antara mahasiswa yang tinggal di kost dan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua. Selain itu hasil perhitungan juga menunjukkan mean self regulation learning pada anak yang tinggal dengan orang tua sebesar 198,64 dan mean self regulation learning pada anak yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) sebesar 208,27.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan Independent Sample t-Test, diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar p = 0,002 (p<0.05), artinya Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima bahwa terdapat perbedaan

self-regulation learning yang signifikan antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dengan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost). Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mean self-regulation learning pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua sebesar 198,64 dan mean self-regulation learning pada mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) sebesar 208,27, artinya mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) memiliki tingkat self-regulation

learning yang lebih tinggi dari mahasiswa yang tinggal bersama orang tua.

Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa

self-regulation learning pada anak meningkat karena adanya keterlibatan orang tua

(Martinez-Pons, 2009) dan orang tua yang membantu anak menjadi pelajar dengan pengaturan diri (Boekarts, Schunk, dan Zimmerman dalam Santrock, 2009). Hasil

22

penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada pelajar yang berusia remaja yang tidak tinggal dengan orang tua, yaitu tinggal di pesantren. Pelajar memiliki tingkat pengaturan diri yang rendah akibat intensitas pertemuan dengan orang tua yang tidak insentif, sehingga intensitas komunikasi orang tua-anak menjadi kurang (Asizah dan Hendrati, 2013). Selain itu, hasil penelitian lain yang tidak sesuai dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Adicondro dan Purnamasari (2011) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial orang tua yang diberikan kepada anak, semakin tinggi juga pengaturan diri anak sebagai pelajar, hal ini dilihat dari banyaknya kontak sosial orang tua dengan anak, sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung beberapa penelitian dan teori sebelumnya bahwa lingkungan rumah bersama orang tua sangat mendukung anak dalam melaksanakan pengaturan diri.

Peneliti mencoba menjelaskan dengan teori-teori lain adanya penyebab lain mengapa mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) memiliki kemampuan

self-regulation learning lebih tinggi daripada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua.

Mahasiswa merupakan usia remaja yang ingin memenuhi tugas perkembangan sebagai seorang remaja yaitu mencapai tingkah laku yang bertanggungjawab terhadap tujuannya yaitu kuliah (Havigrust, 2014). Papalia, Olds & Feldman (2008) mengatakan di perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk bertanggung jawab dalam belajarnya. Deasyanti & Anna (2007) juga menambahkan setiap individu yang memasuki dunia perguruan tinggi, dituntut agar melakukan cara belajar yang lebih mandiri, artinya, situasi perkuliahan menuntut mahasiswa untuk dapat mandiri dan memikul tanggung jawab pribadi dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Solwedel, dalam Natakusuma 2007), sehingga tanpa orang tua, mahasiswa harus mampu mandiri dalam berjuang

mencapai tujuannya, dan bertanggung jawab atas perilaku-perilakunya yang akan mendukungnya dalam proses belajar.

Handy (2006) mengatakan perkembangan self-regulation dalam belajar sebenarnya sudah mulai berlangsung pada saat anak mulai memasuki lingkungan sekolah, namun diperlukan perhatian dari orang tua masing-masing untuk mulai menerapkan disiplin sejak dini untuk mendukung perkembangan pengaturan diri anak. Jadi, sejak awal orang tua sudah mempunyai peran untuk mengembangkan

self-regulation anak sejak dini, sehingga kemampuan ini tetap dimiliki anak, meskipun anak

sudah tidak bersama orang tuanya lagi. Jadi, ada juga faktor pola asuh orang tua yang menyebabkan anak tetap bisa mengatur perilakunya meskipun berada jauh dari orang tuanya.

Salah satu aspek dari self-regulation learning adalah motivasi. Anak membutuhkan motivasi untuk mencapai prestasi dalam lingkungan pendidikannya. Eka (2013) mengatakan dengan adanya motivasi berprestasi, anak akan terdorong untuk dapat mengatur perilaku. Faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi dibagi menjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi harapan yang diinginkan, cita-cita yang mendasari, harga diri, sikap terhadap kehidupan dan lingkungan. Faktor eksternal itu sendiri meliputi, dukungan dan harapan orang tua. Jadi, selain dukungan dan harapan orang tua, mahasiswa juga mempunyai harapan, serta cita-cita yang mendasarinya untuk mengatur perilaku belajarnya, seperti ingin berprestasi dalam lingkungan pendidikannya. Selain itu adanya faktor harga diri, mahasiswa yang rela berpisah dengan orang tuanya untuk belajar disebuah perguruan tinggi, tidak ingin kembali dengan sebuah kegagalan, mereka akan merasa malu apabila mereka tidak berhasil dalam mencapai tujuannya, sehingga mereka sangat

24

mementingkan harga diri mereka. Cara mahasiswa menyikapi kehidupan dan lingkungannya juga penting. Mahasiswa yang menyikapinya dengan positif akan memperoleh hasil belajar yang positif, dan juga sebaliknya, karena saat berpisah dengan orang tua, mahasiswa akan memasuki dunia baru.

Masa transisi dari dunia sekolah menuju dunia perguruan tinggi menuntutnya untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan yang baru, seperti teman yang lebih beragam latar belakang geografis dan etnisnya, struktur sekolah yang lebih besar, kegiatan belajar-mengajar yang berbeda, serta bertambahnya tekanan mencapai prestasi, dan nilai-nilai ujian yang baik (dalam Santrock, 2003). Apabila mahasiswa menyikapi kesulitan-kesulitan baru yang belum ia alami dengan positif, maka ia akan berhasil, seperti melakukan strategi-strategi belajar, berusaha menemukan kondisi lingkungan yang bisa membuatnya tenang dalam belajar, bersosialisasi dengan mereka yang bisa mendukung dan membantunya belajar, dsb.

Meskipun ada perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost), namun kedua kelompok sama-sama memiliki tingkat self-regulated learning yang tergolong pada kategori tinggi. Berdasarkan pengamatan peneliti, tingkat self-regulation learning

mahasiswa UKSW yang tinggi disebabkan oleh beberapa kegiatan dan program universitas yang mempersiapkan mahasiswa-mahasiswa yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, tetapi juga mampu mandiri dan memikul tanggung jawab pribadi dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa (http://www.uksw.edu/). Kegiatan dan program universitas antara lain Orientasi Mahasiswa Baru (OMB), Mentoring, Latihan Dasar Kepemimpan Mahasiswa (LDKM), dan Kegiatan Bakat Minat (KBM). Selain itu, masih ada kegiatan pengembangan dan

penalaran lain yang bertujuan memberikan kompetensi keilmuan pada mahasiswa untuk mendukungnya dalam proses belajar, seperti seminar dan diskusi. UKSW juga telah membentuk Pusat Bimbingan dan Konseling bagi mahasiswa yang mengalami persoalan akademik dan non-akademik yang bisa menjadi hambatan dalam proses belajar mahasiswa. Selama proses belajar di perkuliahan, mahasiswa juga memiliki dosen wali yang bertugas seperti orang tua yang membantu, membimbing dan mengarahkan mahasiswa dalam proses menyelesaikan study mereka di UKSW (http://www.uksw.edu/id.php/kemahasiswaan). Berdasarkan pengamatan peneliti, kegiatan dan program UKSW telah mendukung mahasiswa menjadi pelajar dengan pengaturan diri yang baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan Self Regulation Learning

antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Ada perbedaan Self Regulation Learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal dengan orang tua (kost).

SARAN

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, serta mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada selama proses penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:

a. Saran bagi mahasiswa

Mahasiswa sebagai individu yang terlibat dalam proses belajar seharusnya sudah mampu mengatur dirinya dalam belajar, baik saat berada

26

bersama orang tua atau terpisah dengan orang tua, karena sesuai dengan tugas perkembangan mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir, yaitu menginginkan kebebasan dalam bertanggung jawab atas proses belajarnya dan mandiri selama mengikuti proses belajarnya. Diharapkan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua meningkatkan kemandirian mengatur dirinya dalam proses belajar, karena mahasiswa merupakan remaja akhir yang memiliki tugas perkembangan mandiri dan bertanggung jawab akan keputusan-keputusannya, sehingga meskipun mahasiswa tinggal serumah dengan orang tua, mahasiswa tidak perlu menunggu perintah atau disuruh terlebih dahulu oleh orang tuanya untuk belajar dan menyelesaikan tugas perkuliahan, namun dari kesadaran mahasiswa sendiri untuk mengatur dirinya dalam proses belajarnya sebagai mahasiswa Bagi mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua, meskipun berada jauh dari orang tua, mahasiswa harus menjaga hubungan jarak jauh dengan orang tua, seperti selalu menjaga kelancaran komunikasi dengan orang tua, karena mahasiswa akan membutuhkan orang tuanya untuk memotivasinya dan memberikan mahasiswa dukungan dalam proses belajar mengajar, baik dukungan emosional (motivasi), dukungan informatif, dan dukungan instrumental (fasilitas)

b. Saran bagi orang tua

Sebagai orang yang paling penting dan berpengaruh dalam perkembangan seorang anak, orang tua perlu memperhatikan pola pengasuhannya terhadap anaknya. Bagi orang tua yang anaknya tidak tinggal bersama dengan mereka (kost) atau akan berkuliah di daerah yang jauh sehingga harus memilih untuk kost, sebaiknya sebelum anak meninggalkan

rumah dan berinteraksi dengan dunia diluar rumah. Orang tua perlu menanamkan nilai-nilai yang baik, serta berperan menjadi model yang positif bagi anak. Selain itu melatih anak menjadi seseorang yang mandiri dan bertanggung jawab akan setiap keputusan yang diambil anak. Komunikasi yang lancar dan dukungan dari orang tua, seperti nasihat dan sarana juga perlu untuk memotivasi anak dalam melakukan proses belajar. Bagi orang tua yang anaknya tinggal bersama mereka, sebaiknya menerapkan disiplin dalam rumah, sehingga anak lebih mandiri dan terlatih untuk melakukan segala sesuatu sendiri dan tidak bergantung pada orang tua meskipun mereka tinggal bersama orag tua mereka. Orang tua harus lebih tegas dalam mendisiplinkan anak dan jangan membiasakan anak bergantung pada orang tuanya sehingga menghambatnya untuk menjadi mandiri. Orang tua perlu memantau dan menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak, kemudian menyediakan waktu untuk membicarakan kekurangan anak dalam melaksanakan tugasnya sebagai remaja yang harus mandiri dalam melakukan regulasi diri dan memberi masukan hal-hal apa yang harusnya dilakukan oleh seorang mahasiswa yang membawanya dalam kesuksesan dalam belajar, setelah itu membantu anak melihat apa yang di peroleh dari usaha yang selama ini dilakukan apakah hasilnya memuaskan atau sebaliknya, dengan begitu melalui orang tua anak belajar melakukan self-observation, self-judgement, dan self-reaction.

c. Saran bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya dapat meneliti faktor lain yang memengaruhi Self-Regulation Learning seperti pola atau gaya asuh orang tua (parenting syle).

28

Dalam dokumen T1 802010083 Full text (Halaman 29-37)

Dokumen terkait