• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asal sampel Berat Jenis Hasil analisa Hidrogen Sulfida Atas (g/cm3 ) Tengah (g/cm3 ) Bawah (g/cm3 ) Atas (%) Tengah (%) Bawah (%) Tanki I 0,785 0,786 0,786 0,000043 0,000065 0,000065 Tanki II 0,787 0,787 0,787 0,000022 0,000065 0,000065 Tanki III 0,785 0,785 0,785 0,000087 0,000044 0,000044 4.2 Perhitungan

Kadar H2S dalam minyak

Menghitung kadar H2S dalam minyak bumi dapat digunakan rumus :

Analisa I

Diketahui :

Berat jenis minyak Atas = 0,785 g/cm3 = 78,5 mg/cm3

Berat jenis minyak Tengah = 0,786 g/cm3 = 78,6 mg/cm3

Berat jenis minyak Bawah = 0,786 g/cm3 = 78,6 mg/ cm3

Volume titran contoh Atas = 4,4 ml

Volume titran contoh Tengah = 4,3 ml

Volume titran contoh Bawah = 4,3 ml

Volume blanko – Volume titran contah Atas = 4,6 ml – 4,4 ml = 0,2 ml

Volume blanko – Volume titran contah Tengah = 4,6 ml – 4,3 ml = 0,3 ml

Volume blanko – Volume titran contah Bawah = 4,6 ml – 4,3 ml = 0,3 ml

% H2S Atas = N Na-Thio x Vol.Titran Atas x 0,0174 x 100

Berat Jenis Atas

= 0,01 x 0,2 x 0,0174 x 100

78,5

= 0,000043

% H2S Tengah = N Na-Thio x Vol.Titran Tengah x 0,0174 x 100 Berat Jenis Tengah

= 0,01 x 0,3 x 0,0174 x 100 78,5

% H2S Bawah = N Na-Thio x Vol.Titran Bawah x 0,0174 x 100

Berat Jenis Bawah

= 0,01 x 0,3 x 0,0174 x 100

78,6

= 0,000065

Analisa II

Diketahui :

Berat jenis minyak Atas = 0,787 g/cm3 = 78,7 mg/cm3

Berat jenis minyak Tengah = 0,787 g/cm3 = 78,7 mg/cm3

Berat jenis minyak Bawah = 0,787 g/cm3 = 78,7 mg/ cm3

Volume Larutan Blanko = 4,3 ml

Volume titran contoh Atas = 4,2 ml

Volume titran contoh Tengah = 4,0 ml

Volume titran contoh Bawah = 4,0 ml

Volume blanko – Volume titran contah Tengah = 4,3 ml – 4,0 ml = 0,3 ml

Volume blanko – Volume titran contah Bawah = 4,3 ml – 4,0 ml = 0,3 ml

% H2S Atas = N Na-Thio x Vol.Titran Atas x 0,0174 x 100

Berat Jenis Atas

= 0,01 x 0,1 x 0,0174 x 100

78,7

= 0,000022

% H2S Tengah = N Na-Thio x Vol.Titran Tengah x 0,0174 x 100

Berat Jenis Tengah

= 0,01 x 0,3 x 0,0174 x 100

78,7

= 0,000065

% H2S Bawah = N Na-Thio x Vol.Titran Bawah x 0,0174 x 100

Berat Jenis Bawah

= 0,01 x 0,3 x 0,0174 x 100

78,7

Analisa III

Diketahui :

Berat jenis minyak Atas = 0,785 g/cm3 = 78,5 mg/cm3

Berat jenis minyak Tengah = 0,785 g/cm3 = 78,5 mg/cm3

Berat jenis minyak Bawah = 0,785 g/cm3 = 78,5 mg/ cm3

Volume Larutan Blanko = 4,5 ml

Volume titran contoh Atas = 4,1 ml

Volume titran contoh Tengah = 4,3 ml

Volume titran contoh Bawah = 4,3 ml

Volume blanko – Volume titran contah Atas = 4,5 ml – 4,4 ml = 0,1 ml

Volume blanko – Volume titran contah Tengah = 4,5 ml – 4,3 ml = 0,2 ml

Volume blanko – Volume titran contah Bawah = 4,5 ml – 4,3 ml =0,2 ml

% H2S Atas = N Na-Thio x Vol.Titran Atas x 0,0174 x 100

Berat Jenis Atas

= 0,01 x 0,1 x 0,0174 x 100

= 0,000087

% H2S Tengah = N Na-Thio x Vol.Titran Tengah x 0,0174 x 100

Berat Jenis Tengah

= 0,01 x 0,2 x 0,0174 x 100

78,5

= 0,000044

% H2S Bawah = N Na-Thio x Vol.Titran Bawah x 0,0174 x 100

Berat Jenis Bawah

= 0,01 x 0,2 x 0,0174 x 100

78,5

4.3 Pembahasan

Minyak mentah yang berasal dari berbagai sumber akan dikumpulkan dalam tanki. Yang mana minyak mentah tersebut mengandung pengotor-pengotor seperti hidrogen sulfida. Dalam tanki tersebut akan diambil 3 contoh yaitu bagian atas, tengah dan bawah tanki dan kemudian akan diukur berat jenis dari masing-masing contoh tersebut.Kemudian akan dihitung kadar hidrogen sulfida minyak mentah tersebut. Kadar maksimal hidrogen sulfida dalam minyak mentah adalah 0,1 % berat.

Dari data diperoleh pada pada Tanki I : Berat jenis minyak tanki bagian atas 0,785 gr/cm3 kadar H2Snya 0,000043 % berat. Berat jenis minyak tanki bagian tengah 0,786 gr/cm3 kadar H2S nya 0,000065 % berat. Berat jenis minyak tanki bagian bawah 0,786 gr/cm3 kadar H2S nya 0,000065 % berat.

Pada Tanki II : Berat jenis minyak tanki bagian atas 0,787 gr/cm3 kadar H2S nya 0,000022 % berat. Berat jenis minyak tanki bagian tengah 0,787 gr/cm3 kadar H2S nya 0,000065 % berat. Berat jenis minyak tanki bagian bawah 0,787 gr/cm3 kadar H2S nya 0,000065 % berat.

Pada Tanki III : Berat jenis minyak tanki bagian atas 0,785 gr/cm3 kadar H2S nya 0,000087 % berat. Berat jenis minyak tanki bagian tengah 0,785 gr/cm3 kadar H2S nya 0,000043 % berat. Berat jenis minyak tanki bagian bawah 0,785 gr/cm3 kadar H2S nya 0,000043 % berat.

Dapat dikatakan bahwa kadar hidrogen sulfida yang dianalisa pada masing-masing tanki tersebut adalah masih jauh dari kadar maksimum, minyak mentah tersebut masih memiliki mutu jual yang baik dan juga tidak menyebabkan korosi terhadap peralatan pada proses pengolahan minyak bumi dan juga tanki sebagai wadah pengumpulan minyak mentah tersebut.

Dilihat dari data tersebut ternyata kadar hidrogen sulfida tidak berbanding lurus dengan berat jenis minyak mentah. Hal ini disebabkan karena berat jenis minyak mentah dipengaruhi oleh beberapa pengotor. Pengotor tersebut tidak hanya hidrogen sulfida melainkan ada juga zat-zat pengotor lain yaitu seperti, nitrogen,oksigen, dan logam-logam seperti nikel, vanadium, besi, natrium, terdapat juga air dan garam-garam klorid khususnya garam magnesium klorid yang akan terurai karena panas dan menghasilkan asam klorid yang korosif.( Hardjono.2001).

Apabila kadar hidrogen sulfida melebihi ambang batas maka akan menyebabkan korosi pada pengolahan minyak bumi karena hidrogen sulfida adalah salah satu contoh zat kimia yang bersifat korosif. Dalam minyak mentah hidrogen sulfida berbentuk asam, yang terdiri dari unsur hidrogen dan sulfur. Hidrogen sulfida yang terdapat pada minyak mentah ini akan bereaksi dengan logam besi dari tanki tempat penampungan minyak mentah mengubah besi menjadi besi sulfida yang rapuh. Hal ini akan mempercepat kerusakan pada tanki.

Pada peralatan pengolahan minyak bumi, hidrogen sulfida yang terdapat pada minyak mentah juga akan mengakibatkan korosi. Sama halnya dengan pembentukan korosi pada tanki penampungan, hidrogen sulfida akan bereaksi dengan besi pada peralatan tersebut membentuk besi sulfida yang dapat menghambat kinerja dari peralatan-peralatan proses pengolahan minyak mentah tersebut.( Hardjono.2001).

Jika hidrogen sulfida bereaksi dengan udara akan menghasilkan belerang dioksid. Pada pembakaran minyak akan merusak cerobong baja dan saluran pembuangan gas buang hasil pembakaran mesin. Belerang dioksida dalam bentuk gas bila melebihi ambang batas (lebih dari 0,2 ppm) akan menyebabkan hujan asam yang dapat membahayakan lingkungan hidup. Belerang dioksid ini dapat menyebabkan hujan asam yaitu, air hujan memiliki pH rendah atau pH asam yaitu dibawah 5.Hujan asam ini dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan. Diantaranya

adalah tumbuhan akan terhambat pertumbuhannya dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Proses fotosintesis tumbuhan akan terhambat sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan tersebut berkurang. Pertumbuhan hewan akan terhambat karena tumbuhan yang menjadi sumber makanannya berkurang akibat hujan asam. Hewan juga akan banyak mengalami penyakit akibat terkena air dengan keasaman yang tinggi.

Dampak hujan asam yang terjadi pada hewan dan tumbuhan akan berujung pada manusia. Hujan asam ini juga akan menyebabkan berbagai penyakit pada manusia. Sulfur dioksid yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus sulfat, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat.(http://74.125.153.132/search?q=cache:QHgTwgNBui8J:ojs.lib.unair.ac.id/index.php/CDK

BAB V

Dokumen terkait