• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyetoran PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang Januari Sampai Desember 2013

Bulan Penyetoran SSP Tepat Terlambat Januari X Februari X Maret X April X Mei X Juni X Juli X Agustus X September X Oktober November X Desember X

Sumber : PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang

Adanya keterlambatan dikarenakan adanya disposisisi permintaan pembayaran atas Pajak Masukan yang cukup lama di perusahaan serta adanya faktur yang salah sehingga terjadi keterlambatan dalam pembayaran.

3. Mekanisme Pelaporan PPN

PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Tanjung Emas melaporkan perhitungan dan pelaporan PPN sesuai peraturan yang berlaku, setelah melakukan memungut PPN serta menyetorkan PPN.

Sebagai badan usaha yang telah terdaftar pada tata usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Semarang dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.061.000.4-511.001. Pada pelaporan Pajak Pertambahan tidak melaporkan pada KPP Madya Semarang sesuai tempat terdaftar usaha tersebut. Ini dikarenakan adanya pemusatan tempat PPN terutang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya serta adanya aturan khusus yang membahas adanya pelaporan PPN bagi BUMN yang melakukan kegiatan usaha dibidang jasa melaporkan ke KPP Wajib Besar Empat, sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Direktur Jendral Pajak PER 08/PJ/2012. Adapun mekanisme pelaporan PPN yaitu PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Tanjung Emas mengirim data melalui media elektronik ke kantor pusat yang berada di Surabaya paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan program e-SPT PPN.

Adapun dokumen yang harus dikirim perusahaan dalam melaporkan PPN yaitu:

a. SPT Masa PPN. SPT Masa PPN berfungsi sebagai sarana bagi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Tanjung Emas untuk mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang tentang pengkreditan Pajak Masukan (PM) terhadap Pajak Keluaran (PK) dan pembayaran/pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri ataupun melalui pihak lain dalam suatu Masa Pajak Djuanda dan Lubis (2011: 56).

Pembuatan SPT PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Tanjung Emas menggunakan aplikasi e-SPT atau Elektronik SPT, SPT merupakan aplikasi yang dibuat oleh DJP untuk digunakan oleh DJP untuk digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan dalam menyampaikan SPT.

SPT yang digunakan di PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Tanjung Emas dalam melaporkan PPN yaitu:

1) SPT Masa PPN 1111

Digunakan oleh PKP yang menggunakan mekanisme Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Pengisian dengan cara memasukan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan SPT Masa PPN 1111 kemudian melakukan perhitungan PPN Kurang bayar atau lebih bayar dengan cara Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri dikurangi PPN disetor dimuka dalam Masa Pajak yang sama setelah itu dikurangi Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan. (Formulir SPT Masa PPN 1111 terlampir). Contoh perhitungan pada bulan Februari sebagai berikut:

Pajak Keluaran yang dipungut sendiri Rp796.925.972,00 PPN disetor dalam masa pajak yang sama 0 Pajak Masukan dapat diperhitungkan* Rp1.011.125.652,00 PPN kurang atau (lebih bayar) (Rp214.199.680,00)

*Nominal didapatkan dari Pajak Masukan yang dipungut sendiri maupun dipungut rekanan yang menurut aturan dapat dikreditkan.

2) 1107 PUT

Formulir SPT Masa PPN 1107 PUT dalah formulir yang digunakan untuk melaporkan objek PPN dan PPN terutang atas Pengadaan Barang dan/atau Jasa yang dilakukan oleh Pemungut PPN. Dalam pengisian jumlah PPN dan PPnBM yang dipungut PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Tanjung Emas, diisikan pada kolom B. Sedangkan pada kolom A diisikan PPN dan PPnBM yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah. (formulir 1107 PUT terlampir). Contoh perhitungan pada bulan September sebagai berikut: a) PPN dan PPnBM yang dipungut oleh

Bendaharawan Pemerintah 0

b) PPN dan PPnBM yang dipungut selain Bendaharawan Pemerintah

PPN yang dipungut* Rp998.793277,00

PPnBM yang dipungut 0

Rp998.793277,00 * Nominal berasal dari Jumlah PPN di Daftar Nominatif Faktur Pajak Pajak dan Surat Setoran Pajak, yang lebih lanjut akan diterangkan di point selanjutnya.

b. Bukti-bukti yang harus dilampirkan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Tanjung Emas yaitu:

1) Data Faktur Pajak e-SPT 1111

Merupakan file yang berisi rincian faktur yang dikeluarkan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Tanjung Emas serta yang diterima oleh perusahaan dalam suatu masa pajak atau masa pajak 3 bulan sebelumnya (masa pajak yang masih dapat dikreditkan). Dalam pengisian perusahaan telah sesuai ketentuan yang berlaku tetapi perusahaan masih belum meng-input data faktur yang berhubungan dengan transaksi yang terbebas dari PPN atau tidak dipungut PPN. Data Faktur Pajak e-SPT 1111 diserahkan ke KPP Besar Empat dalam format csv. Pembuatan data ini menggunakan bantuan e-SPT, yang pada waktu pelaporan data ini di-import dalam bentuk format csv. (Data Faktur Pajak e-SPT 1111 terlampir).

Cara pengisisan data pajak masukan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Kolom 1, untuk Kode Pajak

Kolom ini diisikan dengan kode A untuk pajak keluaran atau B untuk Pajak Masukan.

Tabel 3.2 Kode Transasi, dengan Kode Pajak B

Pilihan Keterangan

1

Impor BKP dan Pemanfaatan JKP/BKP tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean serta pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean.

2 Perolehan JKP atau BKP dari Dalam Negeri.

3

Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan dan/atau Pajak Masukan dan PPnBM yang atas impor atau perolehannya mendapat fasilitas.

Sumber: http://esptppn1111.blogspot.com/2012/04/format-file-impor-data-faktur-espt-ppn.html

c) Kolom 3, untuk Kode Status

Tabel 3.3 Kode Status, dengan Kode Pajak B dan Kode Transaksi 1

Pilihan Keterangan

1 Impor BKP.

2 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean.

3 Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean.

Sumber: http://esptppn1111.blogspot.com/2012/04/format-file-impor-data-faktur-espt-ppn.html

Tabel 3.4 Kode Status, dengan Kode Pajak B dan Kode Transaksi 2 serta 3

Pilihan Keterangan

1 Kepada Pihak bukan Pemungut PPN.

2

Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean. Kepada Pemungut Bendaharawan (untuk kode transaksi 3). 3 Kepada Pemungut Selain Bendaharawan. 4 DPP Nilai Lainnya.

6 Penyerahan Lainnya.

7 Penyerahan yang PPN-nya Tidak Dipungut (untuk Kode Transaksi 3).

8 Penyerahan yang PPN-nya Dibebaskan (untuk Kode Transaksi 3).

Sumber: http://esptppn1111.blogspot.com/2012/04/format-file-impor-data-faktur-espt-ppn.html

d) Kolom 4, untuk Kode Dokumen

Tabel 3.5 Kode Dokumen, dengan Kode Pajak B

Pilihan Keterangan

1 Faktur Pajak. 2 PIB dan SSP. 3 Surat Setoran Pajak.

4 Nota Retur/Nota Pembatalan.

5 Dokumen Dipersamakan Faktur Pajak. 6 Faktur Batal.

7 Faktur Pajak Pengganti.

Sumber: http://esptppn1111.blogspot.com/2012/04/format-file-impor-data-faktur-espt-ppn.html

e) Kolom 5 untuk Flag VAT, diisi 0 jika bukan Penyerahan Lainnya pada Turis Asing atau 1 jika Penyerahan Lainnya pada Turis Asing.

f) Kolom 6 untuk NPWP atau Nomor Paspor Lawan Transaksi.

g) Kolom 7 diisi dengan Nama Lawan Transaksi. Untuk Jenis Dokumen Faktur Pajak, Nota Retur, Dokumen yang Dipersamakan dengan Faktur Pajak, SSP, PIB dan Faktur Batal kolom ini harus diisi.

h) Kolom 8 diisi dengan Nomor Dokumen. Untuk Jenis Dokumen Faktur Pajak, nomor dokumen ditulis dengan tanda baca.

i) Kolom 9 untuk Jenis Dokumen. Kolom ini diisi dengan pilihan sebagai berikut:

Tabel 3.6 Jenis Dokumen

Pilihan Keterangan

0 Jika Dokumen adalah Faktur Pajak.

2 Jika dokumen adalah dokumen yang dipersamakan dengan Faktur Pajak.

Sumber: http://esptppn1111.blogspot.com/2012/04/format-file-impor-data-faktur-espt-ppn.html

j) Kolom 10 untuk Nomor Seri Faktur yang Diganti/Diretur.

k) Kolom 11 untuk Jenis Dokumen yang diganti. Kolom ini diisi dengan pilihan sebagai berikut:

Tabel 3.7 Jenis Dokumen yang Diganti

Pilihan Keterangan

0 Jika Dokumen yang Diganti/Diretur adalah Faktur Pajak.

1

Jika Dokumen yang Diganti/Diretur adalah Dokumen yang dipersamakan dengan Faktur Pajak.

- Jika bukan faktur pajak pengganti/ nota retur/ nota pembatalan.

Sumber: http://esptppn1111.blogspot.com/2012/04/format-file-impor-data-faktur-espt-ppn.html

l) Kolom 12 diisi dengan Tanggal Faktur/Dokumen.

m) Kolom 13 diisi dengan Tanggal SSP. Kolom ini diisi hanya untuk Pajak Masukan dengan Jenis Transaksi Impor BKP dan Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean serta Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean.

n) Kolom 14 untuk Masa Pajak. Isikan masa pajak pelaporan pada kolom ini dengan format MMMM.

o) Kolom 15 untuk Tahun Pajak. Isikan tahun pajak pelaporan, Contoh: 2010. Pengisian tahun pajak harus sebanyak 4 digit angka.

p) Kolom 16 diisi dengan angka Pembetulan. Jika SPT tersebut merupakan SPT Normal maka kolom diisi dengan angka 0. Jika SPT Pembetulan maka isi kolom dengan

angka 1 untuk pembetulan ke-1, angka 2 untuk pembetulan ke-2 dan seterusnya.

q) Kolom 17 untuk Dasar Pengenaan Pajak (DPP). r) Kolom 18 untuk PPN

s) Kolom 19 untuk PPnBM

2) Daftar Nominatif Faktur Pajak Pajak dan Surat Setoran Pajak Daftar Nominatif Faktur Pajak Pajak dan Surat Setoran Pajak, merupakan salah satu dokumen wajib yang harus dilampirkan dalam dalam pelaporan PPN. Daftar ini merupakan daftar Pajak Masukan yang dipungut oleh BUMN. Dalam tabel tertera informasi mengenai transaksi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) rekanan, Nama Wajib Pajak, Nomor Faktur, Tanggal Faktur, Tanggal Setor, Nomor Transaksi Penerimaan Negara. Data ini wajib diotorisasi oleh Manajer Keuangan, sebagai pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh perusahaan untuk menandatanganinya.

3) Ekualisasi Pajak

Ekualisasi Pajak adalah suatu teknik dalam perpajakan yang bertujuan untuk membantu guna melihat secara mudah apakah pajak terhutang yang sudah tercatat dalam laporan keuangan perusahaan sudah sesuai dengan SSP yang disetorkan sepenuhnya.

Dalam Pajak Masukan yang tercatat dalam Laporan Keuangan Perusahaan, selalu tidak sesuai dengan jumlah SSP selama Masa Pajak. Hal ini dikarenakan panjangnya birokrasi sehingga invoice perolehan barang maupun jasa lama sampai di devisi keuangan bagian akuntansi, mengakibatkan adanya keterlambatan pencatatan akuntansi PPN. Sedangkan PPN telah dibayarkan oleh bagian perpajakan. Selain itu perbedaan dikarenakan adanya kesalahan pencatatan nominal maupun kurang telitinya dalam pengklasifikasiaan akun.

Pembuatan tabel ekualisasi untuk Pajak Masukan Pajak Masukan yang dipungut BUMN atau sering disebut juga Pajak Masukan Wapu (Wajib Punggut), dengan menotal seluruh nominal dalam Daftar Nominatif Faktur Pajak Pajak dan Surat Setoran Pajak serta dibandingkan dengan total nominal Pajak Masukan dipungut BUMN yang tercatat dalam laporan keuangan. Apabila terjadi selisih maka diwajibkan memberi penjelasan penyebab terjadinya.

4. Pencatatan

Adapun PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang melakukan pencatatan akuntansi dilakukan oleh Bagian Akuntansi terkait Pajak Masukan yang dapat tidak dapat dikreditkan diperlakukan sebagai atau menambah aset yang terkait. a. Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan

1) Debet digunakan untuk mencatat Pajak Masukan atas pembelian barang modal, pekerjaan pemeliharaan, dan investasi yang dapat dikreditkan/dikompensasikan dengan Pajak Keluaran.

2) Kredit digunakan kompensasi dengan Pajak Keluaran, Restitusi Pajak Masukan, Pajak Masukan yang dipungut BUMN, dan pemindahbukuan kelebihan Pajak Masukan ke RK Kantor Pusat Lancar.

Contoh Jurnal Pajak Masukan atas transaksi peolehan/pemanfaatan BKP/JKP

1) Dilakukan pengakuan hutang atas pekerjaan pemeliharaan dermaga yang ada Pajak Masukannya dan dapat dikreditkan.

Transaksi di bawah Rp.10.000.000,00 Maka PPN dipungut PKP rekanan BUMN

Jumlah Kontrak yang ditagihkan Rp1.000.000,00

PPN 10% Rp100.000,00

Jurnal:

Biaya Pembelian Dermaga (Dr) Rp1.000.000,00

Pajak Masukan (Dr) Rp100.000,00

Hutang Usaha (Cr) Rp1.080.000,00 Hutang PPh pasal 23 (Cr) Rp20.000,00

2) Dilakukan pembayaran atas hutang tersebut di atas Jurnal:

Hutang Usaha (Dr) Rp1.080.000,00

Kas (Cr) Rp1.080.000,00

3) Dilakukan pembayaran uang muka pemotongan Dermaga Pelabuhan Dalam di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sebesar Rp34.533.636,00

Transaksi di atas Rp10.000.000,00 Pajak Masukan dipungut BUMN.

Jurnal:

Uang Muka Kontrak. Bangun. Faspel (Dr) Rp 34.533.636,00 Pajak Masukan (Dr) Rp3.453.364,00

Kas (Cr) Rp33.497.627,00

Hutang PPN Masukan WAPU (Cr) Rp3.453.364,00 Konstruksi PPH Pasal 4 ayat (2) (Cr) Rp1.036.009,00

b. Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan

Perusahaan membeli secara kredit sedan dengan harga perolehan Rp200.000.000,00 dan PPN Rp20.000.000,00, maka jurnalnya sebagai berikut:

Jurnal:

Aktiva Tetap Kendaraan (Dr) Rp220.000.000,00 Hutang Usaha (Cr) Rp220.000.000,00

c. Penyetoran

1) Penyetoran atas PPN yang dipungut BUMN.

Pembayaran atas pemungutan PPN dengan transaksi a 3. Jurnal:

Hutang PPN Masukan WAPU (Dr) Rp3.453.364,00

Kas Rp3.453.364,00

2) Saat Pelaporan, jumlah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan harus dicross chek dengan saldo ledger Pajak Keluaran dan Pajak Masukan bulan bersangkutan.

Dalam PPN Keluaran lebih besar daripada PPN Masukan Jumlah Pajak Keluaran Rp120.000.000,00 Jumlah Pajak Masukan Rp100.000.000,00 Jurnal

Pajak Keluaran (Dr) Rp120.000.000,00 Pajak Masukan (Cr) Rp100.000.000,00 R/K Kantor Pusat (Cr) Rp20.000.000,00 Dalam hal PPN Keluaran lebih kecil daripada PPN Masukan Jumlah Pajak Keluaran Rp100.000.000,00 Jumlah Pajak Masukan Rp120.000.000,00 Jurnal :

Pajak Keluaran (Dr) Rp100.000.000,00 R/K Kantor Pusat (Dr) Rp20.000.000,00

D. TEMUAN

Pada bagian ini akan diuraikan beberapa temuan pada mekanisme penerapan Pajak Masukan di PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas. Temuan ini merupakan hasil pembahasan dan wawancara dengan bagian perpajakan.

1. Salah satu cara Bagian Perpajakan mengantisipasi adanya penyimpangan pengisian nomor seri Faktur pajak dengan meminta PKP rekanan melampirkan atau menunjukan surat pemberian Nomor Seri Faktur Pajak

Hal ini dikarenakan aturan Dirjen Pajak PER-24/PJ/2012 yang berlaku per 1 April 2013 menjelaskan bahwa nomor seri faktur pajak merupakan nomor seri yang diberikan Direktorat Jendral Pajak kepada PKP. Dalam keberjalanannya, PKP rekanan kurang memehami mengenai peraturan ini sehingga banyak PKP yang mencantumkan nomor seri faktur pajak tidak sesuai aturan PER-24/PJ/2012.

2. Adanya pengetahuan dari bagian perpajakan bahwa aturan terbaru mengenai Penunjukan BUMN sebagai Pemungut PPN berdasarkan PMK Nomor 85/PMK.03/2012

Revisian PMK Nomor 85/PMK.03/2012 yang berlaku 1 Juli 2012, yaitu PMK Nomor 136/PMK.03/2012 yang berlaku sejak 16 Agustus 2012. Aturan revisi berisi akan tambahan adanya Daftar Nominatif Faktur Pajak Pajak dan Surat Setoran Pajak yang harus dilampirkan serta lembar SSP dibuat dalam rangkap empat. Atas dasar

ketidaktahuan bagian pajak perusahaan tidak berdampak pada kesalahan pelaporan PPN, hal ini dikarenakan adanya penolakan pelaporan pajak oleh pihak KPP Besar Empat jika data pelaporan tidak lengkap serta adanya pengecekan data dari pusat atas kelengkapan data yang dikirimkan oleh cabang yang berhubungan dengan pelaporan PPN. Selain itu, jumlah SSP yang dibuat lebih dari aturan masih diperbolehkan dalam perpajakan.

3. Pihak rekanan perusahaan terkadang tidak memberikan SSP lembar pertama sebagai bukti pembayaran PPN yang dipunggut rekanan

SSP lembar pertama merupakan hak bagi perusahaan, merupakan bukti telah dibayarkan PPN ke kas negara. Dengan mewajibkan rekanan memberikan SSP juga dapat membantu negara dalam mengurangi kebocoran penerimaan negara dari pajak.

4. Penyetoran atas Pajak Masukan yang dipungut perusahaan 4 kali mengalami keterlambatan dari 12 kali melakukan penyetoran.

Dalam proses penyetoran PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas masih kurang patuh terhadap peraturan perpajakan. Atas keterlambatan tersebut perusahaan dapat mendapatkan sanksi administrasi berupa denda 2% dari pajak terutang. Menurut hasil wawancara keterlambatan ini disebabkan lamanya desposisi permintaan pembayaran Pajak Masukan oleh bagian Pajak serta adanya keterlambatan pemberian faktur oleh PKP rekanan.

5. Data Faktur Pajak atas perolehan/pemanfaatan BKP/JKP yang mendapat fasilitas atau dibebaskan dari PPN belum dicantumkan dalam Data Faktur e-SPT 1111

Daftar Faktur e-SPT 1111, merupakan data yang berisi atas Faktur Pajak yang dikeluarkan dan diterima oleh perusahaan dalam suatau masa pajak atau masa pajak lain yang masih dapat dikreditkan dimasa pajak tersebut. Selain itu Data Faktur e-SPT 1111, merupakan file pengganti atas Formulir 1111 B3 yang berisikan data atas Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan atau yang mendapat fasilitas. 6. Terjadi ketidaksesuaian dalam memulai pengakuan dan pencatatan

Hutang Pajak Masukan yang dipunggt BUMN.

Perusahaan memiliki kebijakan bahwa terjadi perbedaan sistem alur berkas Faktur Pajak serta invoice atas transaksi perolehan maupun pemanfaatan BKP/JKP, guna menghindari keterlambatan pembayaran pajak. Perbedaan sistem ini tidak didukung adanya pencatatan akuntansi yang sesuai. Penyetoran Pajak Masukan pada perusahaan lebih dahulu dari pada pembayaran atas jasa/perolehan BKP/JKP tersebut, tetapi pencatatan atas pembayaran Pajak Masukan menunggu akan berkas pembayaran BKP/JKP sampai ke bagian akuntansi sehingga berdampak pada pengakuan Pajak Masukan terlambat.

Dokumen terkait