BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Tablet Hisap
2.6.1 Definisi tablet hisap
Tablet hisap adalah suatu sediaan padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat,umumnya dengan bahan dasar beraroma manis, yang dapat melarut
atau hancur perlahan - lahan di dalam mulut (Ditjen POM, 1995). Tablet hisap
adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut. Tablet ini
digunakan dengan tujuan memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan yang
umumnya di berikan sebagai pengobatan sakit tenggorokan atau untuk
mengurangi batuk pada influenza, atau dapat pula mengandung anastetika lokal,
berbagai antiseptik dan antibakteri, demulsen, astrigen dan antitusif. Jenis tablet
ini di rancang tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis
secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang (Lachman, 1994).
Tablet hisap adalah bentuk sediaan obat tablet yang diberi penambah rasa
untuk dihisap dan di diamkan (ditahan) di dalam mulut atau faring (Siregar,
2010). Berbeda dengan tablet biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan
penghancur, dan bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang
larut air. Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis (50% atau lebih
dari berat tablet keseluruhan) seperti sukrosa, laktosa, manitol, sorbitol dan
sebagainya. Selain itu diameter tablet hisap umumnya lebih besar yaitu >18 mm.
Tablet hisap yang baik memiliki kekerasan >10 kg/m3 (Hasyim, 2008; Lachman,
2.6.2 Bahan tambahan tablet hisap
Bahan tambahan atau bahan pembantu tabletasi dapat di artikan sebagai
zat- zat yang memungkinkan suatu obat atau bahan obat yang memiliki beberapa
sifat khusus untuk dibuat menjadi suatu sediaan obat, dengan mempertimbangkan
efek obat, kinerja obat, organoleptis, sifat kimia obat dan kemungkinan
pengembangan jenis sediaan lain, adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet
hisap meliputi :
a. Bahan Pembawa
1. Pembawa Dasar Gula
Formulasi tablet yang paling sederhana kemungkinan menggunakan gula
(sukrosa) sebagai pembawa dasar. Gula tidak mahal dan dapat digunakan
untuk membentuk tablet yang memiliki karakteristik pengempaan dan
raba mulut yang dapat diterima.
2. Pembawa dekstrosa dan sukrosa yang di modifikasi, seperti Nu-tab atau
Sugartab.
3. Pembawa dasar bebas gula, seperti manitol dan sorbitol.
4. Pengisi-pengisi lain, seperti dikalsium fosfat, kalsium sulfat, kalsium
karbonat, laktosa (Siregar, 2010).
b. Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk
memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan memberikan
sifat kohesif yang telah ada pada bahan pengisi sehingga dapat membentuk
struktur tablet yang kompak setelah pencetakan dan meningkatkan daya tahan
serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan pengikat dapat di tambahkan ke
dalam bahan yang akan dicetak dalam bentuk kering, cairan atau larutan,
tergantung pada metode pembuatan tablet (Ditjen POM, 1995).
c. Bahan Pelincir
Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda sehingga
banyak di kelompokkan menjadi bahan pengatur aliran (glidant), bahan pelincir
(lubricant) dan bahan pemisah hasil cetakan (antiadheren). Bahan pengatur aliran
atau glidant berfungsi untuk memperbaiki daya luncur dan daya gulir bahan yang
akan di cetak, karena itu menjamin terjadinya keteraturan aliran dari corong
pengisi ke dalam lubang cetakan.
Glidant juga berfungsi untuk mengurangi penyimpangan massa,
memperkecil gesekan sesama partikel dan meningkatkan ketepatan takaran tablet.
Contoh zat yang dapat digunakan sebagai glidant yaitu talk, kalsium/magnesium
stearat, asam stearat, PEG, pati dan aerosil. Bahan pelincir atau lubrikan berfungsi
untuk mengurangi gesekan logam (stempel di dalam lubang ruang cetak) dan
gesekan tablet dengan logam, serta memudahkan pengeluaran tablet dari mesin
pencetak. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar
lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Contoh lubrikan antara lain talk,
kalsium, atau magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati dan paraffin.
Bahan pemisah hasil cetakan atau antiadheren adalah bahan yang
berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan stempel
atas. Contoh bahan ini adalah talk, amilum maydis, cab-o-sil, natrium lauril sulfat,
d. Zat Warna
Penggunaan zat warna dalam tablet memberikan keuntungan yaitu
menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat
suatu produk menjadi lebih menarik. Penyediaan warna alami dari tumbuh -
tumbuhan dibatasi karena warna-warni ini sering kali tidak stabil (Lachman,
1994). Zat pewarna larut air dapat ditambahkan pada campuran serbuk selama
pembuatan pembawa granulasi basah sebelum dilakukan granulasi eksipien dan
zat aktif. Selain itu, pewarna dapat dilarutkan dalam larutan penggranulasi dan
ditambahkan pengikat (Siregar, 2010).
e. Pemberi Rasa
Bahan pemberi rasa biasanya pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang
ditujukan larut dalam mulut. Pada umumnya zat pemberi rasa yang larut dalam air
jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stabilitasnya kurang baik
(Lachman, 1994). Untuk tablet hisap, waktu huni tablet yang lama dalam rongga
mulut mensyaratkan agar formulator mengembangkan tidak saja produk dengan
penambah rasa yang menyenangkan, tetapi juga produk yang penambah rasanya
dapat menutupi dasar pahit yang mungkin dimiliki formulasi (Siregar, 2010).
2.6.3 Permasalahan dalam pembuatan tablet hisap
Masalah-masalah yang terjadi dalam pembuatan tablet hisap dapat
disebabkan oleh beberapa hal berikut :
1. Kekerasan Tablet
Pada pembuatan formulasi granulasi basah, penambahan jumlah pengikat
atau intergranul. Pada pengempaan, tablet yang dihasilkan akan mengandung
granul yang tidak terikat dalam area tekanan tinggi.
2. Lembab
Tiap granul tablet yang memiliki rentang kandungan lembab kritis tertentu
yang membantu membentuk granul yang memiliki gaya kohesif optimum. Jika
kandungan lembab berada dalam rentang 0,75-2,0%, granul yang terbentuk
biasanya merupakan granul yang baik.
3. Penjeratan Udara
Penjeratan udara merupakan sumber masalah yang biasa menyebabkan
kaping pada tablet berbobot tinggi. Hal yang menyebabkan laminasi tablet ini
biasanya diperbaiki dengan memadatkan granul, yaitu dengan menambahkan
jumlah pengikat dalam produk granulasi basah.
4. Tekanan Berlebihan Selama Pengempaan
Penggunaan tekanan pengempaan granul yang melebihi tekanan
pengikatan optimum partikel-partikel mengakibatkan kerusakan ikatan
intergranul. Sebagai penyebab kaping, laminasi, pengaruh tekanan dapat
ditentukan dengan mengurangi tekanan pengempaan secara bertahap sampai
terbentuk tablet yang dapat diterima atau sampai terbentuk tablet yang terlalu
lunak untuk dikempa.
5. Kegagalan lubrikan
Kesulitan pengeluaran tablet akibat kegagalan lubrikan biasanya
ditunjukkan oleh keberadaan garis-garis yang tidak beraturan di pinggir tablet