BAB V PENUTUP
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengaplikasi
Tabel 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
Sig. (2- tailed)
Keterangan Post I Post II
Kontrol 1,93 2,03 0,05 0,549 Tidak ada perbedaan Eksperimen 3,98 3,76 -0,06 0,128 Tidak ada perbedaan
Data menunjukkan bahwa nilai rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu M = -0,22; SD = 0,86 ; SE = 0,14; t = -1,56 ; n = 36; dan df = 35, sedangkan hasil skor pada kelompok kontrol yaitu M = 0,09 ; SD = 0,93 ; SE = 0,15; t = 0,61 ; n = 36; dan df = 35. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kemampuan mengaplikasi pada kelompok kontrol menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,549 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka dapat dikatakan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II untuk kemampuan
mengaplikasi pada kelompok kontrol. Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II kemampuan mengaplikasi kelompok kontrol. Data nilai rerata skor pada posttest I
80
dan posttest II kelompok kontrol menunjukkan bahwa posttest II kelompok kontrol lebih tinggi dari pada posttest I, namun peningkatannya tidak signifikan.
Harga Sig. (2-tailed) kemampuan mengaplikasi pada kelompok eksperimen adalah 0,128 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya
tidak ada perbedaan yang signifikan antara posttest I dan posttest II kemampuan
mengaplikasi pada kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah
tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II kemampuan mengaplikasi pada kelompok eksperimen.
Kedua kelompok, baik kontrol maupun eksperimen tidak mengalami penurunan skor yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada persentase peningkatan kelompok eksperimen sebesar -0,06%, sedangkan untuk kelompok kontrol mengalami persentase peningkatan skor sebesar 0,05%.
Perolehan skor secara keseluruhan dari pretest, posttest I, dan posttest II untuk kemampuan mengaplikasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut (lengkapnya lihat Lampiran 4.10).
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan
Mengaplikasi
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II
Hipotesis penelitian II adalah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis pada pelajaran IPA materi listrik kelas V SD Negeri Cebongan Mlati Sleman Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
1.06 1.93 2.03 1.06 3.98 3.76 0 1 2 3 4 5
Pretest Postest 1 Postest 2
M
e
a
n
Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan
Posttest II
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
81
2015/2016. Variabel dependen pada hipotesis ini adalah kemampuan
menganalisis, sedangkan variabel independennya adalah penerapan metode
inkuiri. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen adalah item soal nomor 3b, 4a, dan 4b. Setiap item soal mengandung satu aspek secara berurutan yaitu membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis statistik yang secara keseluruhan menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 20 for
Windows. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Langkah-langkah
analisis data sebagai berikut. 1) Uji Normalitas Data, untuk mengetahui jenis uji statistik yang akan digunakan parametrik atau non parametrik. 2) Uji Perbedaan Kemampuan Awal, untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok. 3) Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan, untuk melihat perbedaan rerata selisih skor
pretest dan posttest I dari kedua kelompok. 4) Uji Besar Pengaruh Perlakuan,
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan metode inkuiri, dan analisis lebih lanjut meliputi; 1) Perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke
posttest I, 2) Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest-Posttest I, untuk
mengetahui apakah ada peningkatan yang signifikan rerata skor pretest ke posttest
I, 3) Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I untuk mengetahui hubungan
hasil rerata skor pretest dan posttest I, 4) Uji Retensi Pengaruh Perlakuan, untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan masih sama seperti posttest I.
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak dan untuk menentukan jenis uji statistik selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Normalitas data kemampuan menganalisis diuji dengan menganalisis skor pretest, posttest I,
posttest II, dan selisih pretest ke posttest I. Data tersebut diperoleh dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 20
for Windows..
Kesimpulan uji normalitas data diperoleh dengan menggunakan kriteria sebagai berikut. 1) Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data terdistribusi normal
82
dan uji statistik selanjutnya adalah menggunakan statistik parametrik. 2) Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal dan uji statistik selanjutnya adalah menggunakan uji statistik non-parametrik. Hasil uji normalitas kemampuan menganalisis baik dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini (lengkapnya lihat Lampiran 4.3).
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menganalisis
No Kelompok Aspek Sig. (2-tailed) Keterangan
1 Kontrol Pretest 0.000 Tidak normal
2 Posttest I 0.681 Normal
3 Posttest II 0.859 Normal
4 Selisih skor pretest-posttest I 0.850 Normal
5 Eksperimen Pretest 0.000 Tidak normal
6 Posttest I 0.095 Normal
7 Posttest II 0.420 Normal
8 Selisih skor pretest-posttest I 0.167 Normal
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa harga Sig.(2-tailed) untuk kedua aspek pretest kelompok kontrol dan eksperimen bernilai < 0,05, maka distribusi data tidak normal. Sedangkan harga Sig.(2-tailed) untuk keenam aspek lainnya bernilai > 0,05 maka distribusi data normal. Keenam distribusi data normal yang dimaksud adalah posttest I , posttest II, dan selisih pretest ke posttest I kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol dan eskperimen. Dengan demikian, analisis selanjutnya untuk data pretest adalah dengan menggunkan statistik non-parametrik. Sedangkan untuk posttest I , posttest II, dan selisih
pretest ke posttest I kemampuan menganalisis analisis selanjutnya adalah
menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik menggunakan Independent
samples t-test untuk analisis data dari kelompok yang berbeda, sedangkan untuk
analisis data dari satu kelompok menggunakan Paired samples t-test.
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan menguji hasil pretest pada kedua kelompok. Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang sama, sehingga kedua kelompok bisa dibandingkan.
83
Pengujian perbedaan kemampuan awal menggunakan statistik non- parametrik Mann-Whitney karena distribusi data pretest pada kemampuan
menganalisis ini tidak normal dan berasal dari dua kelompok yang berbeda (Field,
2009: 548). Output SPSS bagian pertama menunjukkan setelah kedua kelompok diuji. Output tersebut menunjukkan uji rerata dan total pada setiap kelompok kontrol maupun eksperimen (Field, 2009: 548). Sedangkan bagian kedua output SPSS menunjukkan uji statistik untuk Mann Whitnet test, Wilcoxon, dan Z-score. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 150). Hasil uji
perbedaan rerata pretest dapat dilihat pada tabel di bawah ini (lengkapnya lihat
Lampiran 4.4).
Tabel 4.12 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Menganalisis
Uji statistik Sig.(2-tailed) Keterangan
Mann-Whitney Test 0.912 Tidak ada perbedaan
Rerata kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen yaitu M = 36,28 ; Mdn = 1,00; n = 36 ; dan z = -0,111 , sedangkan untuk kelompok eksperimen: M = 36,72 ; Mdn = 1,00; n = 36 ; dan z = -0,111. Kesimpulan hasil uji kemampuan didapat dengan menggunakan kriteria: 1) Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05, maka tidak ada perbedaan antara rerata skor pretest kelompok eksperimen dan kontrol. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaaan yang signifikan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2) Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka ada perbedaan antara rerata skor pretest kelompok eksperimen dan kontrol. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ada perbedaaan yang signifikan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Analisis menggunakan Mann-Whitney Test dengan tingkat kepercayaan 95% pada kemampuan menganalisis diperoleh U = 640.000; z = -0,111, dan harga Sig.
(2-tailed) adalah 0,912. Hasil menunjukkan harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull
diterima dan Hi ditolak. Dengan kata lain tidak ada perbedaan yang signifikan
antara skor pretest kemampuan menganalisis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan menganalisis.
84 4.1.3.3 Uji Signifikasi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan ini bertujuan untuk melihat perbedaan rerata selisih skor pretest dan posttest I kedua kelompok. Berdasarkan hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ini dapat diketahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis. Pengaruh perlakuan diperoleh dengan cara mengurangkan rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen dengan rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol. Data rerata selisih pretest ke posttest I telah diuji normalitasnya dan menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi normal. Analisis statistik selanjutnya adalah statistik parametrik Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326).
Pengaruh perlakuan pada kemampuan menganalisis yang dihitung menggunakan rumus (O2-O1)-(O4-O3) = 2,33-1,18 menunjukkan hasil 1,15 (> 0)
maka ada pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen. Kemudian untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan, dilakukan uji statistik untuk membantu mengetahui signifikan atau tidak. Sebelum uji statistik dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas varians dengan
Levene’s test. Uji asumsi terhadap homogenitas varians data dilakukan apabila distribusi data normal. Data Levene’s test pada uji signifikansi pengaruh perlakuan terhadap kemampuan menganalisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini
(lengkapnya lihat Lampiran 4.5).
Tabel 4.13 Hasil Uji Asumsi Levene’s test terhadap Homogenitas Varians Data Kemampuan Menganalisis
Levene’s test Keterangan Varians Data
F Sig
.046 .830 Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F = 0,046 dan harga Sig. = 0,830. Data tersebut menunjukkan bahwa Levene’s test tidak signifikan karena harga Sig > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data. Data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama Equal variances assumed output SPSS karena variansnya homogen (Field, 2009: 340).
85
Uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig. (2- tailed) <
0,05 (Field, 2009: 150). Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap kemampuan menganalisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini (lengkapnya lihat Lampiran 4.5).
Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis
Uji Statistik Sig. (2- tailed) Keterangan
Independent samples t-test 0.000 Ada perbedaan
Tabel di atas menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan harga t = -4.207. Harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan
kata lain ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke
posttest I kemampuan menganalisis pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis.
Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh dari uji pada data ini mengafirmasi hipotesis penelitian II. Diagram berikut menunjukkan hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan menganalisis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (lengkapnya lihat Lampiran
4.5).
Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan
86 4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan normal, maka digunakan rumus koefisien korelasi Pearson untuk data normal (Field, 2009: 57 & 179). Penghitungan mengambil t dari uji signifikansi pengaruh perlakuan dengan
Independent samples t-test. Hasil perhitungan uji besar pengaruh perlakuan pada
kemampuan menganalisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini (lengkapnya lihat
Lampiran 4.6).
Tabel 4.15 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis
Variabel t t2 df r (effect size) R2 % Efek
Menganalisis -4,21 17,69 70 0,45 0,201 20,18 menengah
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan menganalisis pada kedua kelompok. Tabel perhitungan besarnya pengaruh di atas menunjukkan besarnya r = 0,45 yang setara dengan koefisien korelasi yaitu efek menengah. Artinya, metode inkuiri memberikan pengaruh efek menengah terhadap kemampuan menganalisis dengan harga r = 0,45 atau setara dengan 20,18%.
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest-Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh penerapan metode inkuiri dan metode ceramah terhadap kemampuan menganalisis. Perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dihitung menggunakan mean skor posttest I dan pretest yang dilihat pada tabel output normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov test.
Penghitungan dilakukan secara bergantian antara kedua kelompok. Berikut merupakan tabel hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest-posttest I untuk variabel menganalisis pada kelompok kontrol dan eksperimen (lengkapnya
87
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest-Postest I
No Kelompok Rerata Persentase Peningkatan
(%)
Pretest Posttest I
1 Kontrol 1,36 2,55 87
2 Eksperimen 1,24 3,57 188
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase peningkatan skor rerata pretest-posttest I kelompok kontrol sebesar 87%, sedangkan kelompok eksperimen sebesar 188%. Kesimpulan selanjutnya yang dapat ditarik adalah persentase peningkatan skor rerata pretest-posttest I kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa ada perbedaan antara skor pretest-
posttest I, baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Selisih
skor pretest-posttest I yang dominan dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan menganalisis dapat dilihat pada grafik di bawah ini
(lengkapnya lihat Lampiran 4.7).
Gambar 4.5 Grafik Selisih Skor Pretest-Posttest I (Gain Score) Kemampuan Menganalisis.
Grafik di atas menunjukkan bahwa untuk frekuensi yang paling besar pada kelompok kontrol nilai gainnya lebih kecil dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Hal ini berarti selisih skor pretest-posttest I yang dominan pada kemampuan menganalisis kelompok eksperimen nilainya lebih besar dibandingkan selisih pretest-posttest I kelompok kontrol. Grafik di atas
0 1 2 3 4 5 6 7 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 Fr e ku e n si Gain Score Kontrol Eksperimen
88
menunjukkan nilai gain tertinggi adalah 4, sedangkan nilai gain terendah adalah - 1. Persentase kemunculan gain score diambil 50% rentang nilai gain terendah ke tertinggi yaitu > 1,5. Persentase kemunculan gain score pada kelompok kontrol yaitu sebesar 38,89%. Sedangkan pada kelompok eksperimen kemunculan gain
score 50% nya sebesar 75%. Selisih persentase kemunculan gain score antara
kelompok kontrol dan eksperimen adalah 36,11%. Artinya, kelompok eksperimen diuntungkan 36,11% dari penerapan metode inkuiri. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah siswa yang nilainya meningkat dalam kemampuan menganalisis pada kelompok eksperimen setelah mendapatkan perlakuan menggunakan metode inkuiri lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode tradisional/ceramah.
2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I
Uji signifikansi peningkatan rerata skor pretest ke posttest I bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan yang signifikan antara skor pretest dan
posttest I pada kemampuan menganalisis baik pada kelompok kontrol maupun
eksperimen. Uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest I menggunakan statistik non-parametrik Wilcoxon test karena data pretest yang diuji terdistribusi tidak normal (Field, 2009: 558). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig. (2-tailed) < 0,05
(Field, 2009: 558). Artinya, jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak, dan
juga sebaliknya. Hasil uji signifikansi peningkatan rerata skor pretest-posttest I pada variabel menganalisis pada kelompok kontrol maupun eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini (lengkapnya lihat Lampiran 4.8).
Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menganalisis.
Kelompok Sig.(2-tailed) Keterangan
Kontrol 0,000 Ada perbedaan
Eksperimen 0,000 Ada perbedaan
Pada kemampuan menganalisis, kelompok eksperimen memiliki signifikansi peningkatan lebih tinggi (Mdn = 1,00 pada pretest dan Mdn = 4,00 pada posttest I). Sedangkan kelompok kontrol memiliki signifikansi yang lebih rendah (Mdn = 1,00 pada pretest dan Mdn = 2,67 pada posttest I). Berdasarkan
89
tabel di atas, hasil uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest I untuk kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menunjukkan harga Sig. (2-tailed) yang sama sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Hnull
ditolak dan Hi diterima. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara skor pretest dan posttest I untuk kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol maupun eksperimen. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa; 1) terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol, dan 2) terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I kemampuan menganalisis pada kelompok eksperimen.
Harga sig.(2-tailed) pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan
menganalisis. Hasil persentase peningkatan kemampuan menganalisis pada
kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lengkapnya
lihat Lampiran 4.8).
Tabel 4.18 Hasil Persentase Signifikansi Peningkatan Kemampuan Menganalisis
Kelompok z N r (effect size) R2 % Efek
Kontrol 4,503 72 8,485 0,53 0,28 28,16 Besar Eksperimen 5,117 72 8,485 0,60 0,36 36,37 Besar
Data di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan
menganalisis di kelompok kontrol maupun eksperimen. Peningkatan kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol sebesar 28,16% dari r = -0,53 dengan
koefisien korelasi yaitu efek besar, sedangkan peningkatan kemampuan
menganalisis pada kelompok eksperimen sebesar 36,37% dari r = -0,60 dengan
koefisien korelasi yaitu efek besar.
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I bertujuan untuk mengetahui hubungan/korelasi antara hasil rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen terhadap kemampuan menganalisis. Uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I menggunakan uji statistik Pearson
90
Data rerata skor pretest pada kelompok kontrol maupun eksperimen terdistribusi tidak normal, maka uji statistiknya menggunakan statistik non-parametrik
Spearman’s correlation coefficient (Field, 2009: 179). Kriteria yang digunakan
untuk menolak Hnull dari hasil uji statistik Spearman’s correlation coefficient
adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 181). Hal itu berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara hasil rerata pretest dan posttest I. Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen untuk kemampuan menganalisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini
(lengkapnya lihat Lampiran 4.9).
Tabel 4.19 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Menganalisis No Kelompok Spearman Correlation Sig.2 (tailed) Keterangan
1 Kontrol 0,138 0,423 Tidak ada perbedaan
2 Eksperimen -0,074 0,669 Tidak ada perbedaan
Tabel di atas menunjukkan hasil uji korelasi antara rerata pretest dan
posttest I kemampuan menganalisis. Kelompok kontrol menunjukkan Spearman correlation sebesar 0,138 dan Sig. (2-tailed) sebesar 0,423 Hal tersebut
menunjukkan bahwa harga Sig. (2-tailed) > 0,05 yang berarti bahwa Hi ditolak
dan Hnull diterima. Artinya, tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan yang
signifikan antara rerata pretest dan posttest I kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol. Hasil Spearman correlation kelompok kontrol menunjukkan nilai yang positif. Nilai positif Spearman correlation menunjukkan bahwa apabila rerata skor siswa ketika pretest rendah, maka rerata skor pada posttest I juga rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila skor rerata siswa saat pretest tinggi, maka skor rerata posttest I-nyapun juga tinggi. Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I.
Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I kemampuan
menganalisis pada kelompok eksperimen menunjukkan Spearman correlation
sebesar -0,074 dan Sig. (2-tailed) sebesar 0,669. Data tersebut menunjukkan bahwa harga Sig. (2-tailed) > 0,05 yang berarti bahwa Hi ditolak dan Hnull
diterima. Artinya, tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan yang signifikan antara rerata pretest dan posttest I kemampuan menganalisis pada kelompok eksperimen. Hasil Spearman correlation kelompok eksperimen menunjukkan
91
bahwa nilainya negatif. Nilai negatif Spearman correlation menunjukkan bahwa apabila rerata skor siswa ketika pretest rendah maka rerata skor pada posttest belum tentu rendah, nilainya bisa tinggi. Sebaliknya, apabila skor rerata siswa saat
pretest tinggi, maka belum tentu skor rerata posttest I-nya juga tinggi, bahkan
nilainya juga bisa rendah. Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan posttest I ke posttest II dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke
posttest II baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Uji retensi
pengaruh perlakuan ini dilakukan menggunakan statistik parametrik Paired
samples t-test karena data yang diuji adalah data normal dan dalam kelompok
yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field,
2009: 53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan terhadap kemampuan
menganalisis dapat dilihat pada tabel berikut (lengkapnya lihat Lampiran 4.10).
Tabel 4.20 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
Sig. (2- tailed)
Keterangan Post I Post II
Kontrol 2,55 2,31 -9,41 0,141 Tidak ada perbedaan Eksperimen 3,57 2,93 -17,93 0,001 Ada perbedaan
Data menunjukkan bahwa nilai rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu M = -0,64 ; SD = 1,02 ; SE = 0,17; t = -3,76 ; n = 36; dan df = 35, sedangkan hasil skor pada kelompok kontrol yaitu M = -0,24 ; SD = 0,96 ; SE = 0,16; t = -1,51 ; n = 36; dan df = 35. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,141 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka dapat dikatakan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II untuk kemampuan
menganalisis pada kelompok kontrol. Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi penurunan skor yang tidak signifikan dari posttest I ke posttest II kemampuan menganalisis kelompok kontrol.
92
Harga Sig. (2-tailed)kemampuan menganalisis pada kelompok eksperimen adalah 0,001 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan
yang signifikan antara posttest I dan posttest II kemampuan menganalisis pada kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II kemampuan menganalisis pada kelompok eksperimen.
Kelompok eksperimen mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat pada persentase peningkatan kelompok eksperimen sebesar -17, 93%, sedangkan untuk kelompok kontrol mengalami persentase peningkatan skor sebesar -9,41%.
Perolehan skor secara keseluruhan dari pretest, posttest I, dan posttest II untuk kemampuan menganalisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut (lengkapnya lihat Lampiran 4.10).
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan
Menganalisis.
5. Analisis Elemen Kualitatif
Analisis dampak pengaruh perlakuan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data. Kedua teknik pengumpulan