Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendi, 1995). Penelitian ini merupakan penelitian survei yang menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian, sehingga perlu dilakukan uji reliabilitas terhadap instrumen yang digunakan tersebut. Responden pada penelitian ini terdiri dari responden Kompepar Pemuda Cipta Sarana Pariwisata (PCSP) dan responden masyarakat. Kuisioner yang digunakan terdiri dari dua bagian, yaitu kuisioner untuk mengukur sikap dan kuisioner untuk mengukur partisipasi. Hasil pengukuran reliabilitas terhadap instrumen penelitian menunjukkan bahwa nilai reliabilitas untuk kuisioner sikap Kompepar sebesar 0,453 pada taraf nyata 95%, untuk kuisioner partisipasi Kompepar sebesar 0,897 pada taraf nyata 99%, sedangkan nilai reliabilitas instrumen untuk kuisioner sikap masyarakat sebesar 0,514 pada taraf nyata 99%, untuk kuisioner partisipasi masyarakat sebesar 0,626 pada taraf nyata 99%. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Lampiran 1.
Karakteristik Responden
Karakteristik internal responden yang dianalisis dalam penelitian ini adalah pendidikan, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendapatan, sedangkan untuk karakterisitik eksternal adalah jarak tempat tinggal dan lama tinggal responden.
Pendidikan
Secara umum responden dari Kompepar dan responden dari masyarakat mempunyai tingkat pendidikan rendah. Responden Kompepar dengan tingkat pendidikan rendah sebesar 60%, dimana 13,3% adalah responden tidak tamat SD dan 46,7% tamatan SD, sedangkan untuk responden masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah sebesar 76% yang terdiri dari 24% tidak tamat SD dan 52% tamat SD. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikannya disajikan pada Tabel 4.
Jenis Kelamin
Berdasarkan karakteristik internal jenis kelamin, responden Kompepar seluruhnya berjenis kelamin laki-laki, sedangkan untuk responden dari
masyarakat terdiri atas laki-laki dan perempuan. Dari total 25 responden masyarakat, 76% diantaranya adalah laki-laki dan 24% lagi adalah perempuan. Distribusi responden berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada Tabel 4. Umur
Ditinjau dari segi umur, sebagian besar responden dari Kompepar dan masyarakat tergolong dalam kategori sedang, yakni berada pada interval 18–40 tahun dengan persentasi 66,7% dari responden Kompepar dan 72% dari responden masyarakat. Penduduk yang berkategori sedang inilah yang merupakan potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang karena pada usia-usia tersebut merupakan usia dimana manusia mampu berpikir dan bertindak secara optimal, sehingga pemberdayaan masyarakat juga dapat optimal. Distribusi responden berdasarkan tingkat umur secara ringkas disajikan pada Tabel 4.
Pekerjaan
Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada responden Kompepar jenis pekerjaan sebagai tukang ojek paling banyak yakni 26,7% dari total responden, sedangkan pada responden masyarakat jenis pekerjaan paling banyak adalah buruh harian yakni sebesar 24 % dari total responden.
Pendapatan
Distribusi responden berdasaran tingkat pendapatannya ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden Kompepar dan responden masyarakat memiliki tingkat pendapatan sedang, yakni untuk responden Kompepar sebesar 56,7% dari total 30 responden dan untuk responden masyarakat sebesar 56% dari total 25 responden.
Distribusi responden berdasarkan karakteristik internal responden dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
29 Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Internal.
Karakteristik Responden
Responden Kompepar Responden Masyarakat
Kategori Frekuensi Persen Kategori Frekuensi Persen
Jenis Kelamin Laki-laki 30 100.0 Laki-laki 19 76.0 Perempuan 0 0.0 Perempuan 6 24.0 Total 30 100.0 Total 25 100.0 Tingkat Umur Rendah 5 16.7 Rendah 0 0.0 Sedang 20 66.7 Sedang 18 72.0 Tinggi 5 16.7 Tinggi 7 28.0 Total 30 100.0 Total 25 100.0 Tingkat Pendidikan Rendah 18 60.0 Rendah 19 60.0 Sedang 12 40.0 Sedang 6 40.0 Tinggi 0 0.0 Tinggi 0 0.0 Total 30 100.0 Total 25 100.0 Pekerjaan Pengangguran 3 10.0 Pengangguran 4 16.0 Ngojek 8 26.7 Ngojek 3 12.0
Buruh Harian 5 16.7 Buruh Harian 6 24.0
Buruh Bangunan 3 10.0 Pertukangan 5 20.0
Penjaga Villa 3 10.0 Buruh Tani 1 4.0
Pedagang
Warungan 2 6.7 Petani Pemilik 3 12.0
Wiraswasta 6 20.0 Pedagang Warungan 3 12.0 Total 30 100.0 Total 25 100.0 Tingkat Pendapatan Rendah 7 23.3 Rendah 9 36.0 Sedang 17 56.7 Sedang 14 56.0 Tinggi 6 20.0 Tinggi 2 8.0 Total 30 100.0 Total 25 100.0 Lama Tinggal
Distribusi responden berdasarkan tingkat lama tinggal ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden Kompepar dan responden masyarakat berdasarkan tingkat lama tinggalnya termasuk dalam kategori tingkat lama tinggal tinggi, yakni untuk responden Kompepar sebesar 40% dari total responden dan untuk responden masyarakat sebesar 52% dari total 25 responden.
Jarak Tempat
Responden Kompepar dan responden masyarakat berasal dari Desa Batu Layang RT 06/RW 04 dan RT 03/RW 04. Distribusi responden berdasarkan jarak tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 5.
Dari Tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa pada responden Kompepar dan responden masyarakat berdasarkan kategori jarak tempat tinggalnya dengan wana wisata sebagian besar berada pada kategori jauh, yakni 53,3% untuk responden Kompepar dan 48% untuk responden masyarakat.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Eksternal Responden Karakteristik
Responden
Responden Kompepar Responden Masyarakat Kategori Frekuensi Persen Kategori Frekuensi Persen
Tingkat Lama Tinggal Rendah 7 23.3 Rendah 10 40.0 Sedang 11 36.7 Sedang 2 8.0 Tinggi 12 40.0 Tinggi 13 52.0 Total 30 100.0 Total 25 100.0 Jarak Tempat Jauh 16 53.3 Jauh 12 48.0 Dekat 10 33.3 Dekat 6 24.0 Sangat Dekat 4 13.3 Sangat Dekat 7 28.0 Total 30 100.0 Total 25 100.0
Sikap dan Partisipasi Masyarakat Lokal Terhadap Pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang
Sikap Kompepar Pemuda Cipta Sarana Pariwisata (PCSP)
Tingkat sikap responden Kompepar dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang ditentukan oleh skor penilaian responden yang terdiri atas sebelas indikator, yaitu : (1) Manfaat dari pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang, (2) Pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang bermanfaat terhadap masyarakat, (3) Pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan wana wisata, (4) Kegiatan wisata (Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang) di masa mendatang, (5) Pengetahuan tentang PHBM wisata, (6) Kerjasama dalam bentuk PHBM wisata, (7) Kesesuaian peran serta
31 masyarakat dalam PHBM wisata, (8) Melibatkan masyarakat dalam kegiatan perencanaan sampai evaluasi pada kegiatan PHBM wisata, (9) PHBM wisata yang sudah terjalin sudah terlaksana dengan baik, (10) Dampak positif terhadap sosial ekonomi masyarakat, dan (11) Kodisi fisik Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang.
Sikap responden Kompepar dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Indikator Sikap Responden Kompepar
No Indikator Sikap Skor
1 Manfaat dari pengembangan Wana Wisata Kembar Batu Layang
1,7
2 Pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang bermanfaat terhadap masyarakat
2,8
3 Pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan wana wisata
2,9
4 Kegiatan wisata (Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang) di masa mendatang
3,8
5 Pengetahuan tentang PHBM wisata 2
6 Kerjasama dalam bentuk PHBM wisata 3,9
7 Kesesuaian peran serta masyarakat dalam PHBM wisata 2,8 8 Pelibatan masyarakat pada kegiatan perencanaan sampai
evaluasi pada kegiatan PHBM wisata
4,3
9 PHBM wisata yang sudah terjalin sudah terlaksana dengan baik
2
10 Dampak positif terhadap sosial ekonomi masyarakat 1,4 11 Kodisi fisik Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang 2,17
Indikator 8 yakni pelibatan masyarakat pada kegiatan perencanaan sampai evaluasi kegiatan PHBM wisata memperoleh skor tertinggi sebesar 4,3. Distribusi jawaban responden terhadap indikator 8 tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
BIASA SAJA SETUJU SANGAT SETUJU INDIKATOR 8 0 5 10 15 20 Freku ensi
Gambar 1. Distribusi Responden Kompepar Terhadap Indikator Kegiatan Perencanaan Sampai Evaluasi PHBM Wisata
Berdasarkan Gambar 1 tersebut, sebagian besar responden menilai bahwa dalam kegiatan perencanaan sampai evaluasi kegiatan pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang melalui PHBM wisata, Kompepar harus dilibatkan. Hal ini mengindikasikan Kompepar dalam pengembangan wana wisata tidak hanya sebagai pelaksana program saja tetapi juga harus dilibatkan dalam perencanaannya. Oleh karena itu, dengan melibatkan Kompepar dalam persiapan dan perencanaan kegiatan pengembangan wana wisata diharapkan mampu meningkatkan partisipasi mereka karena terdapat rasa kepemilikan serta tanggung jawab untuk memelihara serta melestarikannya. Selain itu, dengan melibatkan Kompepar dalam kegiatan perencanaan sampai evaluasi diharapkan juga akan mengurangi anggapan bahwa dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang melalui PHBM wisata masih bersifat Top Down, yakni Perhutani selaku pengelola wana wisata masih memegang peranan paling besar dalam penentuan rencana pengembangan tanpa adanya masukan dari Kompepar.
Indikator kerjasama dalam bentuk PHBM wisata merupakan indikator yang memperoleh skor tertinggi kedua, dimana 86,7% dari total responden memberikan respon positif. Responden Kompepar menilai dengan adanya kerjasama tersebut, masyarakat dalam hal ini Kompepar diberikan kesempatan untuk ikut berperan serta dalam pengembangan wana wisata di daerahnya. Kompepar menilai dengan adanya kerjasama tersebut akan berdampak positif
33 terhadap masyarakat, khususnya Kompepar yang telibat langsung dalam pengembangan wana wisata. Respon positif dari Kompepar tersebut merupakan potensi yang dapat dimanfaakan oleh pihak pengelola dalam rangka pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang.
Indikator kegiatan wisata (Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang) di masa mendatang memperoleh skor 3,8. Hal ini menujukkan sikap responden Kompepar untuk kegiatan wisata (Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang) cukup tinggi. Responden Kompepar, untuk indikator ini sebagian besar menilai perlunya pengembangan secara besar-besaran dan kegiatan promosi Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang ditingkatkan. Distribusi responden terhadap indikator ini ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden Terhadap Indikator 4
Indikator 4 Frekuensi Persen
Kegiatan wisata (Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang) di masa mendatang
Promosi ditingkatkan 11 36.7
Pengembangan secara
besar-besaran 12 40.0
Keterlibatan masyarakat
ditingkatkan 7 23.3
Total 30 100.0
Tabel tersebut menunjukkan bahwa 40% responden menilai kegiatan yang perlu dilakukan adalah pengembangan secara besar-besaran dan 36,7% menilai kegiatan promosi Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang lebih ditingkatkan. Kegiatan pengembangan secara besar-besaran sangat diperlukan dikarenakan sampai sejauh ini kondisi sarana dan prasarana di Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang masih sangat minim. Hal ini mengindikasikan pihak Perhutani selaku pengelola harus menyiapkan sarana dan prasarananya terlebih dahulu agar upaya pengembangan wana wisata tersebut berjalan seperti yang diharapkan. Wawancara dengan responden Kompepar, sampai saat ini sarana dan prasarana masih sangat kurang sehingga berdampak terhadap kepuasan pengunjung. Kondisi di lapangan menunjukkan hal tersebut, diantaranya sarana jalan menuju Curug Kembar yang masih kurang memadai dan ketersediaan sarana MCK dan warung wisata yang juga masih minim. Namun pihak Perhutani selaku pengelola mulai melakukan pembenahan terhadap sarana dan prasarana tersebut seperti pembenahan untuk lapangan parkir dan MCK mulai dilakukan. Kegiatan
PERHUTANI PERHUTANI DAN MASYARAKAT INDIKATOR 3 0 5 10 15 20 25 30 Frekuensi
pembenahan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Sebagian responden Kompepar menilai bahwa pembenahan yang dilakukan tersebut belum optimal, karena responden Kompepar menilai hal yang paling utama dibenahi oleh pihak pengelola adalah sarana jalan menuju Curug Kembar Batu Layang yang masih belum memadai. Hal ini menjadi masukan buat pihak pengelola, karena wana wisata tersebut memiliki nama Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang, namun pengunjung yang berkunjung jarang sampai ke lokasi wisata Curug Kembar tersebut.
Indikator 3 yaitu pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang memperoleh skor 2,9. Sebagian besar responden (86,7%) menilai bahwa dalam pengembangan wana wisata tersebut, pihak yang bertanggung jawab adalah Perhutani dan masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat untuk ikut bertanggung jawab dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang tergolong tinggi. Distribusi responden terhadap inidikator tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Distribusi Responden Terhadap Indikator Pihak yang Bertanggung Jawab Dalam Pengembangan Wana Wisata
Gambar 2 menunjukkan pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang adalah Perhutani dan masyarakat. Perhutani dan masyarakat bekerjasama dalam pengembangan wana wisata untuk mencapai tujuan yang dikehendaki bersama, baik dari Perhutani maupun dari masyarakat.
35 Indikator 2 dan indikator 7 masing-masing memperoleh skor 2,8. Indikator 2 yakni pengembangan wana wisata harus bermanfaat terhadap masyarakat, responden menilai bahwa pengembangan wana wisata harus ada manfaatnya terhadap masyarakat, tidak hanya semata-mata untuk keuntungan pihak pengelola (Perhutani) saja. Masyarakat merupakan subjek yang harus diperhatikan dalam pengembangan pariwisata karena masyarakat sangat dekat dengan wisata tersebut. Hal ini sangat perlu karena bila dilakukan pengembangan terhadap Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang dan wana wisata tersebut maju, namun di lain pihak masyarakat tidak mendapat pengaruh yang berarti maka kegiatan pengembangan wisata tersebut tidak sepenuhnya dapat terlaksana. Perhutani dalam hal ini KPH Bogor mempunyai misi mengelola hutan sebagai ekosistem secara partisipatif sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi perusahaan dan masyarakat, oleh karena itu dalam pengembangan wana wisata keberadaan masyarakat harus diperhatikan oleh pihak pengelola. Sedangkan untuk indikator 7 yaitu kesesuaian peran masyarakat dalam PHBM wisata, banyak responden menilai bahwa peran serta masyarakat dinilai masih kurang sesuai. Masyarakat menilai masih ada peran serta masyarakat dalam hal ini Kompepar yang dapat dilakukan dalam pengembangan wana wisata. Bukan hanya terlibat di kegiatan K3 saja (Keamanan, Kebersihan dan Ketertiban lingkungan) seperti yang tertuang dalam MoU PHBM Wisata. Namun sejauh ini PHBM wisata yang dilakukan oleh Perhutani masih melibatkan masyarakat dalam kegiatan K3 saja, tidak hanya di Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang, tetapi juga di beberapa Wana Wisata lainnya. Distribusi responden terhadap indikator 7 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden Terhadap Kesesuaian Peran Serta Masyarakat Dalam PHBM wisata
Indikator 7 Frekuensi Persen
Kesesuaian peran serta masyarakat dalam PHBM wisata Kurang sesuai 13 43.3 Biasa saja 10 33.3 Sesuai 7 23.3 Total 30 100.0
Indikator 11 yaitu kondisi fisik Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang dalam hal ini mengenai sarana dan prasarana wisata memperoleh skor 2,2.
Disini terlihat bahwa responden menilai bahwa sarana dan prasarana Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang masih sangat tidak memadai. Hal ini terlihat jelas di lapangan dimana sarana Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang sangat minim, seperti akses jalan menuju wisata Curug Kembar. Kondisi jalan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kondisi Jalan Menuju Curug Kembar Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang
Jalan menuju Curug Kembar yang merupakan wisata andalan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang sangat memerlukan pembenahan lebih lanjut. Keluhan dari pengunjung juga sangat banyak terhadap akses jalan tersebut. Banyak pengunjung merasa dirugikan karena tidak bisa sampai ke lokasi wisata Curug Kembar dikarenakan askes jalan yang tidak memadai. Jarak Curug Kembar dari pos wana wisata ± 1,5 km. Menurut beberapa responden, keluhan seperti itu banyak dikeluhkan bukan hanya kepada Kordinator Wisata (Korwis) selaku penanggung jawab wisata, namun juga dikeluhkan kepada Kompepar selaku mitra Perhutani. Pengunjung menilai tiket yang diberlakukan sebesar Rp.3.000,00 tidak sesuai dengan apa yang mereka dapatkan. Wawancara dengan pihak pengelola Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang menyatakan bahwa karcis tanda masuk (KTM) seharga Rp.3000,00 sudah sesuai karena pihak pengelola juga memberikan asuransi kepada setiap pengunjung wana wisata. Selain akses jalan yang masih minim, sarana dan prasarana lainnya juga sangat minim seperti sarana MCK dan warung wisata. Oleh karena itu, Perhutani selaku pengelola perlu
37
SANGAT TIDAK MEMADAI TIDAK MEMADAI BIASA SAJA INDIKATOR 11 0 5 10 15 20 F reku ens i
membenahi sarana dan prasarana Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang agar pengembangan wana wisata tersebut dapat terlaksana dengan baik. Gambar 4 merupakan distribusi jawaban responden terhadap indikator kondisi fisik Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang.
Gambar 4. Distribusi Responden Kompepar Terhadap Kondisi Fisik Sarana dan Prasarana Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang
Indikator 5 dan 9 masing-masing memperoleh skor 2. Indikator 5 yakni pengetahuan tentang PHBM wisata, responden Kompepar sebagian besar tidak mengetahui tentang PHBM wisata tersebut. Responden Kompepar terlibat dalam kegiatan K3 (Keamanan, Kebersihan dan Ketertiban lingkungan) seperti yang tertuang dalam perjanjian kerjasama, tetapi tidak mengetahui bahwa ketelibatan mereka tersebut merupakan bentuk PHBM wisata. Hal ini mengindikasikan sosialisasi tentang PHBM wisata tersebut masih minim. Distribusi responden terhadap indikator tentang pengetahuan PHBM wisata dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan indikator 9 yaitu PHBM wisata yang sudah terjalin sudah terlaksana dengan baik, sebagian besar responden menilai masih biasa saja. Pihak pengelola dalam hal ini Perhutani masih perlu meningkatkan kerjasama antara Perhutani dengan Kompepar karena Kompepar merupakan mitra Perhutani yang berasal dari masyarakat dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang.
TIDAK BIASA SAJA YA INDIKATOR 10 0 5 10 15 20 25 Fr ekue nsi
Tabel 9. Distribusi Responden Tentang Pengetahuan PHBM wisata
Indikator 5 Frekuensi Persen
Pengetahuan tentang PHBM wisata
Ya 15 50.0
Tidak 15 50.0
Total 30 100.0
Indikator 1 yaitu manfaat dari pengembangan wana wisata memperoleh skor 1,7. Sebagian besar responden menyatakan belum merasakan manfaat dari pengembangan wana wisata tersebut. Hal ini dikarenakan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang masih tergolong baru yakni baru berjalan 8 bulan sehingga masyarakat dalam hal ini Kompepar belum merasakan manfaat dari pengembangan wisata tersebut. Indikator dampak positif terhadap sosial ekonomi masyarakat memperoleh skor terendah yakni sebesar 1,4. Sebagian besar responden menilai bahwa pengembangan wana wisata tersebut belum mempunyai dampak yang positif terhadap sosial ekonomi masyarakat. Distribusi sikap masyarakat terhadap indikator dampak positif terhadap sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Distribusi Responden Kompepar Terhadap Indikator Dampak Positif Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
Gambar 5 menujukkan bahwa sebagian besar responden menilai bahwa dampak positif kegiatan pengembangan wana wisata melalui PHBM wisata terhadap sosial ekonomi masyarakat belum ada. Hal ini bisa juga disebabkan karena kegiatan PHBM wisata dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang masih tergolong baru. Akan tetapi Perhutani selaku pihak pengelola harus dapat menunjukkan corporate social responsibility-nya melalui program
39 pengembangan masyarakat (community development) seperti PHBM wisata tersebut. Hal ini sangat penting untuk menyakinkan masyarakat bahwa pengembangan wisata (wana wisata) yang dilakukan di daerah tersebut dalam hal ini Desa Batu Layang, akan memberi kompensasi pada masyarakat yakni meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi melalui program PHBM wisata yang dilakukan.
Secara umum tingkat sikap responden Kompepar terhadap pengembangan wana wisata masih tergolong rendah. Tabel 10 berikut merupakan distribusi responden Kompepar menurut tingkat sikapnya terhadap pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang.
Tabel 10. Distribusi Responden Kompepar Berdasarkan Tingkat Sikapnya
Tingkat Sikap Frekuensi Persen
Rendah 12 40.0
Sedang 9 30.0
Tinggi 9 30.0
Total 30 100.0
Gambar 6. Distribusi Responden Kompepar Berdasarkan Tingkat Sikapnya Partisipasi Kompepar Pemuda Cipta Sarana Pariwisata (PCSP)
Tingkat partisipasi Kompepar dalam pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap monitoring dan evaluasi, serta tahap menikmati hasil. Indikator dalam tahap perencanaan adalah (1) Latar belakang ikut dalam PHBM wisata, (2)Kehadiran dalam penandatanganan kerjasama Perhutani dengan masyarakat, (3)Penentuan
RENDAH SEDANG TINGGI
SIKAP 0 2 4 6 8 10 12 Frek ue ns i
bagi hasil/sharing, (4)Kesempatan memberikan masukan kepada pengelola, (5)Kehadiran dalam rapat, (6)Memberikan Konsultasi, (7)Keterlibatan dalam kegiatan. Pada tahap pelaksanaan indikator terdiri atas 3 indikator yakni (8)Keterlibatan dalam kegiatan, (9)Kehadiran dalam rapat dan (10)Memberikan konsultasi. Pada tahap monitoring dan evaluasi terdiri atas 3 indikator yakni (11)Evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan, (12)Keterlibatan dalam kegiatan dan (13)Kehadiran dalam rapat, sedangkan indikator pada tahap menikmati hasil adalah (14) Kepuasan menikmati hasil kegiatan PHBM.
Partisipasi Kompepar terhadap pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang disajikan pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Indikator Partisipasi Responden Kompepar
Jenis Partisipasi No Indikator Partisipasi Skor
Perencanaan 1 Latar belakang ikut dalam PHBM wisata 2,80
2 Kehadiran dalam penandatanganan kerjasama Perhutani dengan masyarakat
1,87
3 Penentuan bagi hasil/sharing 1,73 4 Keterlibatan dalam PHBM wisata 3,20
5 Kesempatan memberikan masukan kepada pengelola
1,93 6 Kehadiran dalam rapat 2,27 7 Memberikan konsultasi 1,67 8 Keterlibatan dalam kegiatan perencanaan 2,40
Rata-rata 2,23
Pelaksanaan 9 Keterlibatan dalam kegiatan pelaksanaan 2,70
10 Kehadiran dalam rapat 2,13 11 Memberikan konsultasi 1,33
Rata-rata 2,05
Monitoring dan Evaluasi
12 Evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan 1,80 13 Keterlibatan dalam kegiatan 1,87 14 Kehadiran dalam rapat 1,67
Rata-rata 1,78
Menikmati Hasil 15 Kepuasan menikmati hasil 1,53
Rata-rata 1,53
Tahap Perencanaan
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa partisipasi Kompepar paling tinggi pada tahap perencanaan dengan skor 2,23 dan terendah pada tahap menikmati hasil dengan skor 1,5. Tahap perencanaan terdiri dari 8 indikator, dimana indikator 4 yakni keterlibatan dalam PHBM wisata memperoleh skor tertinggi dengan nilai 3,2. Sebagian besar responden dalam hal keterlibatannya
41 dalam PHBM wisata adalah diundang. Diundang disini maksudnya bahwa sebagian besar responden dalam keterlibatannya karena diundang atau diajak oleh responden Kompepar yang lain yang merupakan penggerak diadakannya kerjasama antara masyarakat dengan Perhutani. Mardikanto (1994) dalam Yulida (2002) mengemukakan bahwa untuk menumbuhkan partisipasi sebagai suatu tindakan nyata diperlukan tiga syarat yaitu kemauan untuk berpartisipasi yang muncul akibat adanya dorongan dari dalam diri sendiri maupun dari luar, kemampuan untuk berpartisipasi, dan kesempatan berpartisipasi. Kompepar dalam hal ini telah memiliki salah satu syarat tersebut yakni adanya kemauan untuk berpartisipasi.
Distribusi responden Kompepar berdasarakan keterlibatannya pada kegiatan PHBM ini dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Distribusi Responden Kompepar Terhadap Indikator Keterlibatan Dalam PHBM wisata
Indikator 4 Frekuensi Persen
Keterlibatan dalam PHBM wisata
Diundang 27 90.0
Kesadaran sendiri 3 10.0
Total 30 100.0
Masyarakat dalam hal ini Kompepar sebelum ditandatanganinya perjanjian kerjasama atau MoU PHBM wisata telah memiliki kesadaran akan pentingnya manfaat wana wisata tersebut. Pada awalnya Wana Wisata Curug Kembar Batu Layang dikelola oleh masyarakat, tetapi tidak memberlakukan tiket masuk. Pungutan yang diberikan kepada pengunjung masih berupa bentuk partisipasi pengunjung yang nantinya dipergunakan untuk biaya kebersihan wisata tersebut. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan fasilitator PHBM wisata dari Perhutani, bahwa diadakannya PHBM wisata karena adanya keinginan dari masyarakat. PHBM wisata yang dilakukan antara Perhutani dengan Kompepar merupakan salah satu syarat yang dimiliki oleh Kompepar untuk berpartisipasi, yakni adanya kesempatan berpartisipasi.
Indikator pada tahap perencanaan yang memperoleh skor tertinggi kedua adalah latar belakang ikut dalam PHBM wisata. Distribusi responden berdasarkan latar belakang keterlibatannya dalam kegiatan PHBM wisata dapat dilihat pada