• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

5. Tahap Internalisasi Karakter

Dalam menginternalisasi pendidikan karakter di sekolah/madrasah tidak dapat dilakukan dengan cepat dan segera (instant), harus melewati suatu proses yang panjang dan sistematis. Berdasarkan pemikiran psikolog kohlberg dan ahli pendidikan dasar dalam Abdul Majid dan Dian Andayani, terdapat empat tahapan pendidikan karakter yang perlu dilakukan, yaitu: (1) tahap pembiasaan, sebagai awal perkembangan karakter anak, (2) tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai/karakter, sikap, dan perilaku jujur, (3) tahap penerapan berbagai perilaku siswa dalam kenyataan sehari-hari, dan (4) tahap pemaknaan yaitu suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka pahami dan lakukan dan bagaimana

dampak dan kemanfaatannya dalam kehidupan baik bagi dirinya maupun orang lain.83

Menurut Muhaimin ada tiga tahapan proses internalisasi nilai (karakter) yang harus dilewati peserta didik, yaitu:

1. Tahap Transformasi Nilai

Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara guru dan siswa.

2. Tahap Transaksi Nilai

Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dengan guru yang bersifat interaksi timbal balik. 3. Tahap Transinternalisasi

Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal, melainkan juga sikap mental dan kepribadian. Jadi, pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.84

Menurut Lickona dalam Muchlas Samani dan Hariyanto, ada tiga tahap strategi dalam menginternalisasikan pendidikan karakter,dengan bagan 2.3 sebagai berikut:

83 Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter..., Hlm. 108-109.

Gambar 2.1: Tahap Strategi dalam Internalisasi Pendidikan Karakter Menurut Lickona

1. Moral Knowing

Moral knowing adalah langkah pertama yang harus dilaksanakan dalam

mengimplementasikan pendidikan karakter. Peserta didik diharapkan mampu menguasai pengetahuan tentang nilai-nilai (jujur), peserta didik diharapkan mampu membedakan nilai-nilai dalam akhlak mulia dan akhlak tercela, siswa diharapkan mampu memahami secara logis dan rasional tentang pentingnya akhlak mulia, dan siswa juga diharapkan mampu mencari sosok figur yang bisa dijadikan panutan dalam berakhlak mulia, misalnya Nabi Muhammad Saw.85 Dalam tahap moral knowing ada enam unsur yang harus dimiliki oleh peserta didik, yaitu: (a) kesadaran moral (moral awareness), (b) pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), (c) penentuan sudut pandang (perpective taking), (d) logika moral (moral reasoning), (e) keberanian

85 Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter..., Hlm. 31 •moral awareness •knowing moral values •prespectiv e taking •moral reasoning •decision making •self knowladge Moral Knowing •self esteem •empathy •loving and good •self control •humanity Moral Feeling •competense •will •habit Moral Action

mengambil menentukan sikap (decision making), (f) pengenalan diri (self

knowledge). Keenam unsur ini adalah komponen-komponen yang harus

diajarkan kepada siswa untuk mengisi ranah pengetahuan mereka. 2. Moral Feeling

Tahap moral feeling dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Pendidik harus berupaya menyentuh emosi peserta didik sehingga sadar bahwa dirinya butuh untuk berakhlak mulia. Pada tahap ini peserta didik juga diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (intropeksi diri). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia yang berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yang meliputi: (a) percaya diri (self esteem), (b) kepekaan terhadap penderitaan orang lain (emphaty), (c) cinta kebenaran (loving good), (d) pengendalian diri (self control), (e) kerendahan hati (humanity).86

3. Moral Action

Moral action merupakan ujung tombak keberhasilan dalam internalisasi

pendidikan karakter, yakni ketika sudah mampu mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari secara sadar. Siswa semakin menjadi rajin beribadah, sopan, jujur, ramah, hormat, penyayang, disiplin, cinta kasih, toleransi, adil, dan berkarakter yang lainnya.87

Dari tiga pendapat tentang tahapan dalam internalisasi pendidikan karakter di atas, peneliti menganalisis bahwa ketiga pendapat yang

86 Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter..., Hlm. 33-34.

dikemukakan Kohlberg, Muhaimin, dan Lickona bahwa tahapan yang dilakukan dalam internalisasi karakter hampir sama, melalui tahap menginformasikan nilai yang akan di internalisasikan, sehingga siswa akan mempunyai konsep tentang karakter yang diinternalisasikan. Kemudian adanya tahap menerapkan nilai melalui pembiasaan, sesudah tahap mendapatkan informasi tentang nilai, kemudian peserta didik mencoba menerapkan dalam berperilaku sesuai konsep nilai yang telah diperoleh. Tahapan terakhir yaitu tahap memiliki nilai, sehingga setiap berprilaku dimanapun dan kapanpun akan sesuai karakter yang telah ia miliki.

Adapun kelebihan dan kekurangan yang penulis analisis dari ketiga pendapat tentang tahap internalisasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap internalisasi menurut Kohlberg, kelebihannya: tahap pertama yang harus diinternalisasikan adalah tahap pembiasaan berarti karakter dibiasakan terlebih dahulu agar karakter tersebut menjadi darah daging dari setiap perbuatan yang dilakukan peserta didik. berarti dituntut untuk praktek langsung karakter yang akan diinternalisasikan. Kekurangannya: adanya tahap penerapan yang peneliti kira sama dengan tahap pembiasaan. Karena sama-sama ada unsur praktek menerapkan karakter yang diinternalisasikan. 2. Tahap internalisasi menurut Muhaimin, kelebihannya:semua tahapan yang

dilalui menekankan pada komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik. Hal ini membuat internalisasi karakter akan berjalan lebih terarah dan terpantau maka keberhasilan dan kegagalan internalisasi akan segara diketahui, sehingga dapat melakukan perbaikan pada masing-masing tahap.

Kekurangannya: setiap tahapan tidak diberikan indikator atau unsur yang harus ada pada tiap tahapan sehingga penilaian internalisasi akan menyulitkan pandidik.

3. Tahap internalisasi menurut Lickona, kelebihannya: terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam setiap tahapan. Sehingga akan lebih mudah dalam penilaian internalisasi karakter.

Dokumen terkait