• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Pelaksanaan E

Dalam dokumen Pelestarian Bangunan Gedung (Halaman 35-40)

Setelah seluruh proses perencanaan teknis bangunan gedung yang dilestarikan telah mengikuti proses dan dokumen rencana teknis memenuhi syarat, maka dilakukan tindakan pelestarian pada tahap pelaksanaan. Persyaratan tersebut adalah apabila dokumen rencana teknis pelindungan bangunan gedung 
cagar budaya dan dokumen rencana teknis pengembangan dan pemanfaatan bangunan gedung cagar budaya sesuai dengan fungsi yang ditetapkan telah disetujui oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta, atau Menteri untuk bangunan gedung cagar budaya dengan fungsi khusus, berdasarkan pertimbangan TABG-CB.

Tindakan pelestarian pada tahap pelaksanaan ini dilaksanakan oleh penyedia jasa yang kompeten, pelaksanaannya didukung oleh tim ahli khusus untuk pelestarian bangunan gedung dan ahli di bidang pelestarian bangunan cagar budaya. Hal ini dilakukan karena dalam penyelenggaraan pelaksanaan bangunan gedung membutuhkan teknik dan bahan khusus baik dalam perbaikan, perawatan dan pemugaran yang berbeda dengan pelaksanaan bangunan gedung seperti pada umumnya. Untuk itu, pada tahap pelaksanaan pelestarian bangunan gedung, tim TABG-CB tetap berperan dalam memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu demi menjaga kebenaran dari benda yang akan dilestarikan.

Kegiatan pelestarian pada tahap pelaksanaan dilaksanakan apabila IMB telah diterbitkan, karena pelaksanaan bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan yang akan mengubah bentuk dan karakter fisik bangunan gedung harus dilakukan setelah mendapat Izin Mendirikan Bangunan atau perubahan Izin Mendirikan Bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta, atau Menteri untuk bangunan gedung cagar budaya dengan fungsi khusus. Pelaksanaan tindakan pelestarian tidak membutuhkan IMB apabila dalam proses pelaksanaan pelestarian hanya bersifat pemeliharaan dan tidak mengubah fungsi, bentuk, karakter fisik bangunan gedung, atau melakukan penambahan bangunan gedung, namun pemilik/pengguna bangunan gedung wajib memasang tanda tertentu.

Pelaksanaan bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan meliputi pekerjaan:

 Arsitektur; 


 Struktur; 


 Utilitas; 


36 Pelestarian Bangunan Gedung

 Tata ruang dalam/interior; dan/atau 


 Pekerjaan khusus lainnya.

Pelaksanaan pekerjaan pelestarian BGCB-L tersebut diatas dapat berupa pemulihan bentuk arsitektur, perbaikan struktur, perkuatan struktur, penggantian atau perawatan komponen/bahan bangunan, jika perlu dilakukan pembongkaran harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan memenuhi persyaratan keandalan bangunan gedung dan persyaratan pelestarian.


Dalam pelaksanaan bangunan gedung yang dilestarikan, seperti pada pelaksanaan pekerjaan pada umumnya membutuhkan pengawasan. Pengawasan terhadap pelaksanaan dilakukan oleh penyedia jasa pengawasan yang kompeten dan ahli di bidang bangunan gedung. 
Penyedia jasa dalam melakukan tugas pengawasan selalu melaporkan hasil pengawasan kepada pemilik bangunan, pengguna dan/atau pengelola bangunan gedung sebagai bagian kelengkapan pengajuan Sertifikat Laik Fungsi. Penyedia jasa pengawasan dalam mengawasi pelaksanaan pelestarian harus menyediakan tenaga ahli pelestarian bangunan gedung cagar budaya. 
 


Pemanfaatan

F.

Bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan harus dimanfaatkan dan dikelola dengan tetap memperhatikan persyaratan teknis bangunan gedung dan persyaratan pelestarian yang dalam memanfaatkan juga harus melakukan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan berkala. Pemilik, pengguna dan/atau pengelola wajib melaporkan kepada pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta, atau Menteri untuk bangunan gedung cagar budaya dengan fungsi khusus apabila terjadi perubahan fungsi.

Setelah bangunan dibuat oleh pelaksana dan diawasi oleh pengawas, maka tahap selanjutnya, sebelum bangunan dimanfaatkan, terdapat proses penerbitan sertifikat laik fungsi. Sama dengan proses pada pelaksanaan pada umumnya, sebelum dapat dimanfaatkan oleh pemilik, pengguna dan/atau pengelola, bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan harus dinyatakan laik fungsi. Pada tahap pemanfaatan bangunan oleh pengguna, maka tetap memperhatikan persyaratan teknis bangunan gedung dan persyaratan pelestarian. Selain itu, pemilik, pengguna dan/atau pengelola dalam memanfaatkan bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan harus melakukan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan berkala berdasarkan peraturan perundang-undangan. 
 Pemilik,

kabupaten/kota, pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta, atau Menteri untuk bangunan gedung cagar budaya dengan fungsi khusus apabila terjadi perubahan fungsi.

Pembongkaran

G.

Setiap bangunan selalu mempunyai umur dan daur hidupnya. Pada suatu saat, bangunan yang dilestarikan mengalami kerusakan tertentu yang mengakibatkan dilakukan pembongkaran. Pembongkaran bangunan gedung cagar budaya dapat dilakukan apabila terdapat kerusakan struktur bangunan yang tidak dapat diperbaiki lagi serta membahayakan pengguna, masyarakat, dan lingkungan. Dalam melaksanakan pembongkaran bangunan gedung yang dilestarikan dipersyaratkan bahwa bangunan tersebut telah dihapus penetapan statusnya sebagai bangunan gedung cagar budaya. Penghapusan status sebagai bangunan gedung cagar budaya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Cagar Budaya. 


Dalam melakukan pembongkaran dibutuhkan persetujuan pemerintah

kabupaten/kota, pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta, atau Menteri untuk bangunan gedung cagar budaya dengan fungsi khusus sesuai rencana teknis pembongkaran yang telah mendapat pertimbangan dari TABG-CB. 
Pembongkaran bangunan gedung cagar budaya harus dilaksanakan oleh penyedia jasa pelaksana yang kompeten di bidang bangunan gedung sesuai dengan Rencana Teknis Pembongkaran bangunan gedung cagar budaya. 


Latihan

H.

1. Jelaskan tiga unsur pelestarian pada bangunan cagar budaya yang dilestarikan dan contoh-contoh penerapannya !

2. Jelaskan bentuk pemanfaatan bangunan cagar budaya yang dilestarikan! 3. Informasi Apa saja yang dibutuhkan dalam kegiatan perencanaan BGCB-L

yang dilestarikan?

Rangkuman

I.

Pelaksanaan bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan dilakukan sesuai dengan dokumen rencana teknis pelindungan dan/atau rencana teknis pengembangan dan pemanfaatan yang telah disahkan oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta, atau Menteri untuk bangunan gedung cagar budaya dengan fungsi khusus, berdasarkan pertimbangan

38 Pelestarian Bangunan Gedung

Pelaksanaan bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan yang akan mengubah bentuk dan karakter fisik bangunan gedung tersebut dapat dilakukan setelah mendapat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau perubahan IMB yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta, atau Menteri untuk bangunan gedung cagar budaya dengan fungsi khusus. Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan upaya pelestarian, dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang cagar budaya.

BAB 5

KOMPENSASI, INSENTIF, DAN DISINSENTIF

BANGUNAN GEDUNG CAGAR BUDAYA YANG

DILESTARIKAN

40 Pelestarian Bangunan Gedung

Kompensasi, Insentif, dan Disinsentif Bangunan

Dalam dokumen Pelestarian Bangunan Gedung (Halaman 35-40)

Dokumen terkait