• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAP PELAKSANAAN FISIK

Dalam dokumen DRAFT FINAL DAFTAR ISI (Halaman 37-64)

DRAFT FINAL

H. TAHAP PELAKSANAAN FISIK

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 38 Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk dan memahami tugas dan tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan.

Sasaran Pembangunan Infrastruktur adalah mewujudkan infrastruktur yang diinginkan sesuai dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan) dalam kurun waktu tertentu dan biaya yang telah ditetapkan (direncanakan) serta dapat bermanfaat secara berkelanjutan. Secara rinci sasaran ini meliputi :

1. Terwujudnya bangunan yang memenuhi atau sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku, standar/persyaratan teknis bangunan yang sudah ditetapkan, yaitu menjamin keselamatan (keamanan/kenyamanan dan kesehatan masyarakat yang menggunakannya) dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sosial masyarakat dan pelestarian lingkungan (Tepat Mutu);

2. Terwujudnya bangunan dalam kurun waktu yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan/direncanakan (Tepat Waktu);

3. Terwujudnya bangunan sesuai dengan biaya yang telah ditentukan/direncanakan (Tepat Biaya) dan

4. Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan pembangunan (Tertib Administrasi dan Keuangan proyek).

Kegiatan tahapan pelaksanaan fisik ini pada garis besarnya dibagi atas 2 tahapan yaitu (a). tahap persiapan pelaksanaan konstruksi dan (b). tahap pelaksanaan konstruksi itu sendiri.

Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan seperti pada gambar gambar 2. Diagram alir Pelaksanaan Fisik. Dan secara rinci pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi

(1) Penandatanganan SPK BKM dengan PPK

BKM melakukan penantanganan Kerja Sama (SPK) dengan PPK Satker PIP Kabupaten/Kota selaku penanggungjawab pelaksana kegiatan pembangunan infrastruktur.

(2) Penyiapan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)

Hampir semua sarana prasarana yang selesai dibangun ternyata mengalami kerusakan karena tidak terpelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak tersedianya dana rehabilitasi dari sektor/instansi terkait, tidak ada swadaya masyarakat untuk pemeliharaan dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat dari adanya pembangunan prasarana tersebut tidak optimal dan belum berkelanjutan. Atau walaupun dapat dinikmati akan tetapi jangka waktu pemanfaatannya menjadi terbatas (kurang dari umur yang direncanakan). Selain

DRAFT FINAL

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 39

itu, kualitas prasarana yang dibangun menjadi kurang terjamin dan harapan diperolehnya manfaat yang berkelanjutan tidak dapat tercapai.

Kesadaran akan kondisi tersebut, maka pembangunan melalui program KOTAKU dengan entry poin pemberdaayan masyarakat, mengupayakan langkah antisipasi melalui pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis pelaksanaan dan memutuskan sendiri prasarana yang akan dibangun. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, masyarakat melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan pembangunan prasarananya.

Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan prasarana (tahap perencanaan)” dan “rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan muncul “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari.

Selain itu, waktu pelaksanaan pembentukan organisasi Pengelola ini dilakukan sejak awal persiapan pelaksanaan kegiatan. Jadi tidak dibentuk setelah pekerjaan fisik selesai. Pendekatan ini diharapkan dapat memunculkan “kesadaran dan rasa tanggungjawab” bagi masyarakat untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Selain itu juga diharapkan agar Tim Pengelola yang dipilih sejak awal dapat terlibat langsung dalam pelaksanaan pembangunan fisik/konstruksi sehingga setelah pekerjaan selesai masyarakat/tim pengelola sudah siap melaksanakan pemeliharaan.

Penyiapan KPP sebagai organisasi Pengelola Pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana disini mencakup kegiatan (1). pembentukan Organisasi Pengelola termasuk penentuan orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan Rencana Kerja Pemanfaatan dan pemeliharaan. Untuk melaksanakan pemeliharaan perlu ditanamkan kesadaran kepada masyarakat bahwa pemeliharaan prasarana dan sarana harus dilakukan oleh semua warga pemakai, baik dari segi pembiayaan maupun pelaksanaan pemeliharaan.

DRAFT FINAL

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 40

L K M / T I P P KSM/PANITIA

PERSIAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PELAKSANAAN KONSTRUKSI/FISIK PEMANFAATAN dan

PEMELIHARAAN Coaching Pelaksana (Teknis, Adm in, Keuangan) Pencairan Dana Praktek Kerja Lapangan

(OJT) Pelaksanaan Konstruksi, Pengamanan Dampak, Laporan Kemajuan, Administrasi/Pembukuan Photo (0%, 50%, 100%) Mobilisasi (T. Kerja, Bahan, Alat) Supervisi Pelaksanaan Konstruksi dan Rapat2 Evaluasi Musy. Persiapan Pelaks. Konstruksi (MP2K) PENANDA TANGANAN KONTRAK / SPPDL Penyusunan Proposal dan Penyam paian ke BKM COACHING KSM/Panitia Pengorganisasi an dan Teknis Penyusunan Proposal SERAHTERIMA HASIL PEKERJAAN DARI BKM KE PPK Rembug Pengadaan PENYIAPAN KPP S P K BKM dengan PPK Prov

DRAFT FINAL

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 41

Bentuk Organisasi KPP dapat disesuaikan dengan kebutuhan prasarana, kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender). Meski demikian, sebagai referensi dari beberapa bentuk yang pernah diterapkan, setidaknya terdapat pendekatan 2 bentuk yang umum dilakukan, yaitu : satu pengelola untuk semua jenis prasarana dalam satu wilayah permukiman atau satu pengelola untuk setiap jenis prasarana.

Bentuk Pengelolaan mana yang dipilih, apakah pengelola perjenis prasarana atau satu pengelola untuk lebih dari satu jenis prasarana, hendaknya mempertimbangkan kemampuan SDM pengelola dan potensi sumber pembiayaan pemeliharaannya. Kemampuan SDM dimaksud adalah dapat berupa kemampuan manajemen pengelolaan dan ketersediaan orang yang sesuai dengan kebutuhan didalam Organisasi. Sedangkan kemungkinan untuk memperoleh sumber pembiayaan O dan P adalah berkenaan dengan potensi dari setiap prasarana untuk dapat menghasilkan/memperoleh dana dari warga pemafaat guna membiayai sendiri pemeliharaannya.

Proses pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan melalui Rembug Warga yang sebelumnya telah dilakukan sosialisasi awal dan identifikasi kelembagaan masyarakat yang telah ada. Penanggungjawab kegiatan adalah BKM (UPL/TIPP) bersama dengan pemerintah Kelurahan/desa.

Secara lebih detail penjelasan pelaksanaan dari tahapan kegiatan (1). pembentukan Organisasi Pengelola termasuk penentuan orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan Rencana Kerja Pemanfaatan dan pemeliharaan ini dapat dilihat pada Buku POS Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana KOTAKU.

(3) Coaching/Penguatan KSM/Panitia

KSM/Panitia yang akan menjadi Pelaksana Kegiatan Pembangunan Infrastruktur selanjutnya di coaching oleh UPL/TIPP dengan difasilitasi oleh Fasilitator teknik/askot infrastruktur dan Tim Teknis Pemda.

Sasaran kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi tanggungjawabnya.

Pada forum ini juga dilakukan dialog penjelasan terhadap data-data paket pekerjan yang akan dilaksanakan oleh KSM/Panitia;

(4) Penyusunan Proposal Pelaksanaan Kegiatan KSM/PANITIA

Setelah KSM/Panitia memperoleh coaching/penjelasan tentang substansi dan cara penyusunan proposal kegiatan maka selanjutnya dapat menyusun proposal pelaksanaan kegiatannya sesuai dokumen contoh bentuk proposal yang disiapkan BKM.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 42 Sebagai acuan dalam penyusunan Proposal ini adalah dokumen DED hasil kegiatan perencanaan teknis yang telah disusun oleh BKM sebelumnya. Beberapa dari dokumen tersebut disediakan copy satu set oleh BKM untuk diberikan kepada KSM/Panitia yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut, yaitu :

(a). Dokumen Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial (Safeguards)

(b). Dokumen Desain/Gambar-gambar perencanaan teknis dan Spesifikasi Teknis;

(c). Daftar Kuantitas Pekerjaan dan perhitungannya; (d). Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;

(e). Hasil Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) sebagai acuan/referensi;

(f). Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat untuk keseluruhan pekerjaan tersebut dan Referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang digunakan sebagai acuan/referensi;

(g). Contoh Bentuk Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia (h). Contoh Bentuk Proposal KSM/Panitia

Sangat penting bagi KSM/Panitia untuk mempelajari dan memahami dokumen-dokumen tersebut karena merupakan acuan yang akan diikuti. Meskipun demikian KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan agar hasil perencanaan teknis pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dilapangan, terutama beberapa produk berikut:

 KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan gambar teknis terutama untuk dicocokan dengan situasi lapangan dilokasi pekerjaan, apakah sesuai atau ada perbedaan, termasuk apakah telah mempertimbangkan kesesuaiannya dengan kondisi sosial-budaya warga penggunanya.

 Spesifikasi teknis, khususnya spesifikasi bahan/Alat, apakah jenis bahan/alat yang dipersyaratkan mudah diperoleh/didatangkan kelokasi pekerjaan. Terbuka peluang bagi KSM/Panitia untuk menawarkan alternatif teknologi/bahan konstruksi yang kualitasnya setara namun lebih murah/mudah didapatkan/didatangkan kelokasi pekerjaan.

 Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial: Daftar Kegiatan terlarang pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dihindari oleh KSM/Panitia karena ketentuan-ketentuan tersebut memiliki dampak negatif atas lingkungan dan sosial masyarakat. Sedangkan hasil Study Dampak Lingkungan (bila ada) atau Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan pada dasarnya mencakup upaya-upaya yang diperlukan/akan dilakukan untuk mengantisipasi potensi/sumber dampak Lingkungan (dan Sosial) yang dapat terjadi akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan dan dioperasikannya

DRAFT FINAL

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 43

bangunan tersebut. Butir-butir ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam Daftar Kegiatan Terlarang dan Hasil Uji Identifikasi Dampak tersebut harus benar-benar dipahami dan menjadi patokan untuk dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan oleh KSM/Panitia. Terutama upaya-upaya penanganan dampak/mitigasi yang telah ditetapkan, KSM/Panitia harus mengeceknya dengan teliti, bilamana terdapat kegiatan penanganan yang sifatnya bangunan fisik (seperti gorong-gorong, drainase, penahan longsor, dll) apakah telah diperhitungkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, karena pelaksanaan hal ini juga akan memerlukan pembiayaan.

 KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan Lingkup pekerjaan dan perhitungan kuantitas pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, apakah telah sesuai dengan kondisi lapangan dan gambar teknis yang ada atau ada perbedaan.

 Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditetapkan mungkin masih bersifat garis besar kegiatan saja dan belum rinci. Dari Jadwal Induk ini, KSM/Panitia menyusun jadwal pelaksanaan kegiatannya yang lebih rinci berdasarkan ketersediaan sumber daya yang dimilki, dan dapat dicapai dilapangan.

 Contoh Bentuk Proposal merupakan acuan dokumen proposal pelaksanaan kegiatan yang disusun oleh KSM/Panitia. KSM/Panitia tinggal mengisi atau membuat seperti formulir tersebut. Oleh karena menjadi acuan, maka KSM/Panitia harus benar-benar memahami substansinya dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyusun dokumen proposal pelaksanaan kegiatannya.

 Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat berikut Data Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat dan Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang dipergunakan. Data tersebut sifatnya merupakan referensi bagi KSM/Panitia untuk menyusun RAB pelaksanaan pekerjaannya.

Bila ada perbedaan hasil pengecekan KSM/Panitia dengan hasil perencanaan teknis maka hal ini harus dikonsultasikan kepada BKM/UPL karena akan berpengaruh pada kuantitas/kualitas pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Setelah Proposal KSM/Panitia selesai disusun selanjutnya disampaikan kepada BKM untuk dilakukan verifikasi kelayakannya.

(5) Verifikasi Kelayakan Proposal KSM/Panitia

Setelah proposal pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh KSM/Panitia kepada BKM maka selanjutnya dilakukan verifikasi. Verifikasi ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa dan menilai kebenaran/kelayakan dari

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 44 dokumen proposal pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat oleh KSM/Panitia. Pendekatan pelaksanaannya adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat berasal dari UPL, TIPP, Tim Teknis Pemda (bila diperlukan) dan Konsultan Pendamping.

Tatacara verifikasi mengacu pada tatacara yang telah ditetapkan dalam Dokumen Contoh Proposal yang telah disusun pada tahap perencanaan teknis sebelumnya.

(6) Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) SPPD-L merupakan bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia dalam rangka pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sesuai ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan.

Bentuk SPPD-L ini mengacu pada “Contoh Bentuk SPPD-L” yang ditetapkan oleh UPL/ TIPP sesuai hasil kegiatan perencanaan teknis.

Dokumen-dokumen Desain/Gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis pengamanan dampak lingkungan dan sosial dan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (yang telah terisi KSM/Panitia) merupakan lampiran yang tak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L).

Dengan adanya perjanjian beserta lampirannya tersebut maka semua pihak baik BKM/UPL maupun KSM/Panitia harus mentaatinya.

(7) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK)

MP2K/RPPK merupakan Rapat/Forum musyawarah warga dalam rangka Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM). Jadi Rapat ini diselenggarakan sesegera mungkin setelah ditandatanganinya SPPD-L dan sebelum dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik. Penyelenggara kegiatan MP2K ini adalah UPL/TIPP dan dihadiri oleh seluruh pihak KSM/Panitia yang akan melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur diwilayahnya. Forum ini ditujukan untuk membahas dan mengetahui sejauh mana persiapan-persiapan yang telah dilakukan KSM/Panitia serta untuk memberikan penjelasan-penjelasan dan penyepakatan hal-hal yang menyangkut teknis maupun administrasi dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana. Jadi pada forum ini juga pihak KSM/Panitia dapat melakukan konsultasi terkait hal-hal yang belum dipahami baik teknis maupun administrasi kegiatan.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah :

 Adanya Rencana dan Jadwal Pengadaan Bahan/Alat bagi KSM/Panitia yang siap dilaksanakan;

DRAFT FINAL

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 45

 Adanya struktur oraganisasi berikut Tim Pelaksana Lapangan KSM/Panitia yang siap melaksanakan tugas-tugas/tanggungjawabnya;

 Adanya kesepakatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;

 Meningkatnya pemahaman KSM/Panitia untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan secara tepat waktu, tepat kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak bertentangan dengan ketentuan Program;

(8) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia

Bimbingan/coaching bagi KSM/Panitia diberikan oleh UPL dan Tim Fasilitator tentang teknik-teknik pelaksanaan konstruksi prasarana dan administrasi pencatatan atau pelaporan kegiatan pembangunan prasarana yang akan dilakukan KSM/Panitia selama pelaksanaan konstruksi.

Kegiatan ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan konstruksi guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan KSM/Panitia sehingga tidak menemui kesulitan dalam melaksanakan kegiatan konstruksi secara benar, sesuai persyarata teknis yang ditentukan.

Proses coaching/pelatihan KSM/Panitia ini diharapkan akan berlanjut pada kegiatan “Praktek Kerja dilapangan/On the Job Trainning (OJT)” pada pelaksanaan kegiatan konstruksi dilapangan.

(9) Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Kegiatan

Sebelum kegiatan fisik dimulai, KSM/Panitia harus membuat dan memasang papan nama kegiatan/proyek pada tempat strategis dilokasi kegiatan. Papan nama ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan transparansi kegiatan serta wajib terpasang selama kegiatan pembangunan prasarana berlangsung. Informasi yang perlu tercantum dalam Papan Nama Proyek ini sekurang-kurangnya mencakup : Wilayah administratif kegiatan (kelurahan, kecamatan dan kabupaten); Nama BKM kelurahan sasaran; Jenis/Nama Kegiatan; Volume Kegiatan; Biaya Kegiatan (APBN, Swadaya dan Total); Waktu pelaksanaan; Lokasi kegiatan; Nama KSM/Panitia Pelaksana Pekerjaan.

b) Tahap Pelaksanaan Konstruksi

(1) Pencairan Dana

Pencairan dana kegiatan infrastruktur dari BKM kepada KSM/Panitia dilakukan melalui rekening KSM/Panitia secara tiga tahap/termin, yaitu :

(a). Pencairan tahap/termin pertama

Setelah ditandatanganinya SPPD-L, KSM/Panitia dapat mengajukan pembayaran uang muka kepada BKM sebagai pembayaran tahap pertama sebesar 60% dari nilai SPPD-L.

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 46 Persyaratan untuk penarikan uang muka, yaitu :

 SPPD-L

 Rekening Buku Tabungan KSM/Panitia (untuk kegiatan yang nilai BLM lebih

besar Rp. 30 juta)

 Berita Acara Penarikan Tahap Pertama;

 Rencana Penggunaan Dana (RPD) Tahap Pertama

(b). Pencairan Tahap/termin Kedua

KSM/PANITIA dapat mengajukan pembayaran tahap kedua sebesar 30 % dari nilai SPPD-L setelah pekerjaan fisik mencapai kemajuan fisik sekurang-kurangnya sebesar 50 % dan pemanfaatan dana tahap pertama sekurang-kurangnya telah dimanfaatkan 90%.

Persyaratan untuk pengajuan tahap kedua adalah :  Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;

 Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Pertama;  Berita Acara Pembayaran Termin Kedua;

 Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Kedua.

(c). Pencairan tahap/termin ketiga

Angsuran tahap ketiga sebesar 10 % dari SPPD-L diajukan setelah prestasi fisik pekerjaan mencapai minimal 85 % dan pemanfaatan dana tahap kedua sekurang-kurangnya telah dimanfaatkan 90%.

Persyaratan untuk pengajuan tahap ketiga, yaitu :  Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;  Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Kedua;  Berita Acara Pembayaran Termin Ketiga;

 Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Ketiga.

 Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Seluruh Kegiatan Fisik. (2) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat

KSM/Panitia segera melakukan mobilisasi tenaga kerja/bahan/alat ke lokasi pekerjaan sesuai jadwal yang telah disepakati dalam MP2K.

Berkaitan dengan mobilisasi ini, proyek telah menetapkan tatacara pengadaan barang/jasa yang harus diikuti. Tatacara pengadaan ini lebih jauh diuraikan secara rinci pada buku Tatacara Pengadaan Barang/Jasa Pelaksana Pekerjaan. (3) Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan (bila ada)

Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa adalah forum musyawarah pengadaan terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran, untuk menetapkan siapa pihak ketiga yang akan menjadi mitra kerja KSM/Panitia dalam rangka Pengadaan

DRAFT FINAL

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 47

Barang/Jasa yang dibutuhkan. Jadi Forum ini hanya dilakukan pada setiap ada kegiatan Pengadaan terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran.

Penyelenggaraan Forum Musyawarah Pengadaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan adanya transparanasi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan, khususnya dalam pemanfaatan dana pada kegiatan pengadaan bahan/alat, bagi KSM/Panitia pelaksana kegiatan.

Mekanisme pelaksanaan forum ini pada dasarnya merupakan mekanisme pelaksanaan secara sekaligus dari rangkaian acara : Pemasukan, Pembukaan, Evaluasi Penawaran dan Penetapan Pemenang pada proses pengadaan terbatas/ pemilihan langsung dengan penawaran. Sedangkan peserta yang diundang adalah calon pemasok/toko dan anggota KSM/PANITIA terkait, wakil BKM, wakil UPL/TIPP, Kepala Desa/Lurah, Tomas setempat dan Tim Konsultan. (4) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan

OJT/Trial, merupakan cara yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam pelaksanaan sistem trial contoh harus betul-betul dibuat dengan kualitas yang benar/memenuhi persyaratan teknis, karena contoh akan dianggap sebagai batas maksimal kualitas yang akan dikejar/ikuti oleh masyarakat.

Pelaksanaan OJT diselenggarakan oleh KSM/Panitia, difasilitasi/dibimbing oleh fasilitator teknik dan anggota TIPP/Tim Teknis Pemda yang memahami bidang Teknik konstruksi atau pihak ketiga mitra masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi tersebut. Fokus utamanya lebih kepada memberikan keterampilan bagi tenaga kerja bagaimana cara pengerjaan yang benar/ketelitian dari suatu pekerjaan, misalnya bagaimana cara melaksanakan membuat campuran beton, bagaimana cara pengangkutan atau pemasangannya, bagaimana cara pemadatan, bagaimana cara penyambungan besi/beton, dll.

Pendekatan pelaksanaannya adalah :

(a). Disesuaikan dengan jenis pekerjaaan yang akan dilaksanakan dilapangan. Artinya OJT ini mengikuti tahapan/jadwal pekerjaan dilapangan sehingga tidak memerlukan biaya khusus untuk pengadaan tenaga kerja atau bahan/alat yang diperlukan, tetapi dapat langsung menggunakan tenaga kerja atau bahan yang sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut.

(b). Dilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dengan pemahaman/keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT tadi, dapat langsung diikuti oleh masyarakat untuk menyelesaikan seluruh volume pekerjaan tersebut. Setelah OJT ini, hasil pekerjaan harus dinilai kembali apakah sudah benar/memenuhi persyaratan teknis atau belum. Jika

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 48 belum maka OJT ini harus diulangi hingga benar-benar menghasilkan pekerjaan yang memenuhi standar teknis yang dipersyaratkan.

(c). Dilakukan untuk pekerjaan tertentu yang diprioritaskan. Artinya OJT ini tidak perlu dilakukan untuk semua pekerjaan tetapi cukup diprioritaskan pada pekerjaan tertentu yang dianggap paling menentukan kualitas dan atau kurang dipahami oleh pelaksana lapangan/tenaga kerja.

On the Job Training harus dilakukan terutama untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang kurang dipahami oleh masyarakat/tenaga kerja selama pelaksanaan kegiatan konstruksi.

Sistem trial terdiri dari tiga langkah :

 Contoh dibuat bersama konsultan fasilitator teknik/askot infrastruktur/Dinas terkait. Orang yang ikut membuat contoh adalah mandor, Ketua Regu Kerja, Kader Teknis/UPL, Pelaksana Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang lain. Konsultan ikut bekerja dan memberi instruksi kepada mereka.  Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan

contoh diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter), kualitas dinilai oleh fasilitator teknik/askot infrastruktur. Jika kualitas masih kurang baik maka harus dilatih lagi dan diperiksa lagi.

 Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan.

Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan. Misalnya trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh, trial jalan didaerah sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan untuk bagian yang sangat kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh konsultan.

Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan MCK maka MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial.

Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana dilakukan praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran beton, pengangkutan dan pemadatan beton dilapangan, dll.

Setelah OJT dilaksanakan, Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur memberikan persetujuan kepada KSM/Panitia untuk melaksanakan pekerjaan fisik.

(5) Pelaksanaan Fisik/Konstruksi

Pelaksanaan Konstruksi adalah serangkaian pelaksanaan pekerjaan pembangunan/fisik untuk mewujudkan bangunan yang direncanakan. Termasuk juga kegiatan-kegiatan penanganan Dampak Lingkungan/mitigasi yang bersifat konstruksi yang telah direncanakan.

DRAFT FINAL

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 49

Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai:

(a). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/ bangunan sesuai volume dan kualitas yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;

(b). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai waktu pelaksanaan yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;

(c). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai biaya pelaksanaan yang dipersyaratkan/ telah direncanakan;

Ukuran dan Standar Keluaran kegiatan:

(a). Jumlah dari jenis-jenis pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan jenis-jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;

Dalam dokumen DRAFT FINAL DAFTAR ISI (Halaman 37-64)

Dokumen terkait