• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Tahap Pelaksanaan

cviii

Dalam tahap pelaksanaan program ini meliputi beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya penyaluran/distribusi bantuan beras dan proses pembayaran atau administrasi.

a. Penyaluran Bantuan Beras

Bentuk bantuan yang diterima oleh RTS penerima manfaat Program Raskin yaitu dalam bentuk pembelian beras murah sebanyak 15 kg untuk setiap keluarga dengan harga Rp. 1.600,- per kilonya yang diambil tiap bulan. Bantuan beras bersubsidi ini harus diterima secara utuh oleh RTS, dan tidak diperkenankan melakukan potongan atau pungutan biaya oleh pihak manapun. Mekanisme distribusi beras dari kota ke kelurahan adalah sebagai berikut :

1. Dari jumlah Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat (RTS-PM) digunakan oleh Walikota untuk mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) Beras Raskin kepada Kepala Perum BULOG Subdivre Surakarta dengan dilampiri jadwal rencana distribusi dan jumlah RTS per kelurahan.

2. Berdasarkan data tersebut, Kepala Perum BULOG Subdivre Surakarta menerbitkan Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) atau Delivery Order (DO) beras Raskin per kelurahan kepada petugas Raskin BULOG sesuai jumlah dan jadwal permintaan alokasi yang diajukan oleh Walikota.

3. Atas dasar SPPB tersebut, kepala gudang BULOG melayani distribusi beras dengan menugaskan petugas Raskin BULOG sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

4. Petugas Raskin BULOG mengangkut dan menyerahkan beras Raskin ke titik distribusi.

5. Pelaksanaan pendistribusian beras Raskin dari titik distribusi (tempat penyerahan beras Raskin) kepada RTS merupakan tanggung jawab pegawai kelurahan yang ditunjuk sebagai pelaksana distribusi Raskin di kelurahan.

Pada pelaksanaan Program Raskin ini, Kecamatan Banjarsari mendapatkan kuota terbanyak menempati urutan pertama dalam pendistribusian beras di Kota Surakarta. Di Kecamatan Banjarsari, penyaluran beras Raskin ini diawali dengan didistribusikannya beras dari BULOG Subdivre Surakarta ke wilayah Kecamatan Banjarsari sesuai dengan jumlah alokasi yang telah ditentukan. Penyaluran beras dari BULOG tidak melewati pihak kecamatan karena untuk memperpendek jalur distribusi dan menghemat pengeluaran transportasi. Lagipula yang digunakan sebagai tempat distribusi adalah di kantor kelurahan.

Distribusi beras Raskin di Kecamatan Banjarsari pada pertama kalinya dilakukan pada pertengahan bulan Maret 2009. Distribusi Raskin pertama pada tahun 2009 seharusnya dikirim pada awal bulan Januari dan dilanjutkan dengan pengiriman untuk bulan Februari. Namun pengiriman jatah Raskin pada dua bulan awal tahun 2009 tersebut belum

cx

dilakukan. Padahal masyarakat sudah mengharapkan agar beras Raskin segera dikirim dan dibagikan, karena mereka sangat membutuhkannya untuk menopang kebutuhan pangan mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengiriman Raskin ini mengalami penundaan atau keterlambatan. Dengan adanya keterlambatan tersebut, maka Tim Koordinasi Raskin Kota membuat kebijakan dengan mengirim jatah Raskin selama dua kali dalam satu bulan untuk mengejar ketertinggalan, sehingga untuk bulan selanjutnya pengiriman Raskin dapat berjalan normal kembali, yaitu pengiriman dilakukan sekali tiap bulannya.

Dari pengamatan yang dilakukan, di Kecamatan Banjarsari ada pengiriman jatah Raskin sebanyak dua kali dalam satu bulan, yaitu pada bulan Maret dan Mei. Ini dilakukan sebagai ganti keterlambatan pengiriman pada bulan Januari dan Februari, sehingga untuk bulan berikutnya pengiriman sudah dapat berjalan stabil kembali hingga program ini selesai pada akhir tahun. Tentunya jadwal pendistribusian untuk bulan berikutnya tersebut disesuaikan dengan jadwal yang ada dalam juklak Program Raskin yang menyebutkan bahwa pelaksanaan penyaluran beras dari tanggal 1 – 15 setiap bulannya.

Untuk mengantisipasi keterlambatan distribusi beras pada bulan berikutnya, pengiriman dilakukan lebih awal. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…saya biasanya mendapat informasi kedatangan beras, jadi pihak kelurahan tidak kerepotan dan keterlambatan distribusi bisa dihindari apabila pengiriman Raskin itu dilakukan lebih awal…” (Wawancara dengan Bp. Maridjo, 28/05/2009)

Berdasarkan jadwal yang sudah ada dan informasi pengiriman beras, Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan menyampaikan ke lurah yang diteruskan ke RT/RW untuk disampaikan kepada RTS untuk memberitahu hari kedatangan beras sehingga RTS dapat mempersiapkan uang pembayaran sebelum beras datang.

Sebelum kedatangan beras tersebut, perwakilan RT/RW mendatangi RTS untuk meminta pembayaran atas jatah beras Raskin yang akan mereka terima, atau RTS membayar langsung ke ketua RT/RW. Namun, ada juga RTS yang langsung membayar ke pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan dan melakukan pengambilan beras sendiri dikarenakan jarak rumahnya dekat dengan kelurahan. Seperti yang diungkapkan pelaksana distribusi di Kelurahan Sumber berikut ini :

“…kalau untuk pembayarannya biasanya dari petugas yang ditunjuk RT/RW mendatangi RTS untuk minta pembayaran atas beras Raskin yang akan diambil. Kemudian perwakilan RT/RW membayarkannya ke kelurahan sekalian mengambil jatah beras warga. Tapi ada juga warga yang mengambil beras sendiri dan melakukan pembayaran langsung di kelurahan…”

(Wawancara dengan Ibu Endang Sri Dwi Jatmi , 22/04/2009)

Hal ini didukung oleh pernyataan lurah Kelurahan Setabelan berikut ini :

cxii

“…di kelurahan Setabelan ini memang ada beberapa warga yang menitipkan pembayaran beras Raskin kepada perwakilan RT, dan untuk mengambilkan jatah beras mereka. Itu dikarenakan warga yang rumahnya cukup jauh dari kantor kelurahan. Tapi ada juga warga yang mengambil beras sendiri dan melunasi pembayarannya ke satgas (pelaksana distribusi) kelurahan…” (Wawancara dengan Ibu Dra. Islamtini, 30/04/2009)

Jadi pembayaran yang dilakukan RTS dapat langsung ke pihak kelurahan ataupun dititipkan melalui perwakilan RT/RW untuk disetorkan ke kelurahan. Setelah uang pembayaran Raskin terkumpul seluruhnya di kelurahan, kemudian oleh pelaksana distribusi diserahkan kepada Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan untuk ditransfer ke rekening BULOG di Bank BRI yang ditunjuk. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan Banjarsari sebagai berikut ini :

“…Biasanya penyetoran uang pembayaran Raskin oleh RTS dapat dibayar langsung ke kelurahan atau dititipkan pada perwakilan RT untuk dibayarkan ke kelurahan. Setelah itu, uang HPB (Hasil Penjualan Beras) diserahkan ke kecamatan untuk ditransfer ke Rekening BULOG lewat Bank BRI…“

(Wawancara dengan Bp. Pajar Yuwono, S.H, 23/04/2009)

Pembayaran beras oleh RTS rata-rata dapat diselesaikan dengan lancar. Tidak ada warga yang terlambat membayar, karena setelah beras datang di kelurahan, para keluarga miskin pasti mengambil jatahnya sambil membayar uang beras tersebut. Semua keluarga miskin pasti dapat melunasi uang beras walaupun mereka harus bersusah payah mendapatkan uang meskipun dengan cara berhutang sana-sini. Seperti

yang dikatakan pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan Mangkubumen berikut ini :

“…di kelurahan ini tidak ada keterlambatan pembayaran beras dari warga, karena mereka sangat antusias dengan pembagian beras murah ini. Jadi setiap ada pemberitahuan beras sudah datang, mereka langsung bergegas untuk membayar beras baik melalui perwakilan RT atau langsung ke kelurahan…”

(Wawancara dengan Bp. Lukito, 23/03/2009)

Selanjutnya, pada hari kedatangan beras, RTS dapat mengambil langsung jatah beras yang akan diterima, baik melalui perwakilan RT/RW maupun diambil sendiri. Menurut ketentuan, ketika beras telah sampai di kantor kelurahan, sopir truk dan beberapa orang kuli (tenaga panggul) menurunkan beras dari truk. Kemudian pelaksana distribusi bersama dengan petugas Raskin BULOG, dan RTS melakukan pengecekan antara jumlah beras yang datang dengan jumlah yang tertulis di Berita Acara Serah Terima (BAST) beras Raskin. Apabila jumlahnya sesuai maka pelaksana distribusi kelurahan menyetorkan uang pembelian beras langsung kepada petugas BULOG. Kemudian surat terima Raskin ditandatangani oleh Petugas BULOG, Lurah dan pelaksana distribusi. Setelah itu, pelaksana distribusi menerima biaya operasional sebesar Rp. 30.000,- serta menandatangani kwitansi biaya operasional tersebut. Biaya operasional tersebut diberikan secara merata untuk pelaksana distribusi di tingkat kelurahan. Kemudian uang tersebut menjadi hak milik petugas kelurahan sebagai ganti operasional yang meliputi biaya transportasi dan makan.

cxiv

Namun dalam pengamatan penulis, pada waktu pendistribusian beras di kantor kelurahan, seringkali tidak didampingi oleh petugas Raskin BULOG. Hal ini dikarenakan BULOG sudah mempercayakan pelaksanaan pendistribusian beras Raskin kepada aparat kelurahan. Dan, Berita Acara Serah Terima (BAST) beras Raskin dititipkan melalui Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan untuk diserahkan kepada pihak kelurahan untuk ditandatangani. Dalam pelaksanaannya, tidak ada penyelewengan beras yang dilakukan oleh para pelaksana di kelurahan karena tidak ada satu aparatpun yang menerima jatah beras Raskin.

Setelah pelaksanaan distribusi beras di kelurahan selesai, selanjutnya beras dapat dibawa pulang ke tempat masing-masing baik oleh RTS yang mengambil langsung jatah berasnya maupun perwakilan RT/RW yang dititipi pembayaran beras Raskin oleh RTS. Pengambilan beras Raskin melalui perwakilan RT/RW tersebut dilakukan untuk mempermudah RTS dalam mengambil jatah beras, terutama mereka yang tempat tinggalnya terletak cukup jauh dari kelurahan. Sehingga mereka tidak perlu bersusah payah pergi ke kantor kelurahan. Seperti yang diutarakan oleh lurah Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…ada juga perwakilan RT/RW yang membawakan beras dari kelurahan ke RT masing-masing untuk mempermudah RTS dalam pengambilan beras Raskin. Sehingga dapat lebih menghemat waktu, biaya dan tenaga mereka…”

Hal senada juga diungkapkan oleh pelaksana distribusi di Kelurahan Sumber:

“…biasanya ada perwakilan RT mengambil beras Raskin di kelurahan. Ada yang menggunakan gerobak dan becak, sehingga warga tidak perlu repot-repot ke kantor kelurahan…”

(Wawancara dengan Ibu Endang Sri Dwi Jatmi , 22/04/2009)

Dengan adanya perwakilan RT yang mengambilkan beras Raskin di kelurahan, maka memberikan kemudahan bagi RTS yang tempat tinggalnya terletak jauh dari kelurahan untuk mengambil jatah beras mereka. Untuk biaya angkutnya sendiri sesuai dengan kesepakatan antara warga dengan perwakilan RT yang mengambilkan beras, dan bahkan banyak juga perwakilan RT yang secara sukarela mengambilkan beras Raskin untuk RTS di daerahnya tanpa ada pungutan biaya.

Setelah beras tiba di kelurahan, RTS yang namanya tercantum dalam DPM (Daftar Penerima Manfaat) beras Raskin yang sah dapat mengambil beras dengan menggunakan kupon atau Kartu Raskin sebagai bukti pengambilan beras. Kupon ini digunakan untuk mengambil beras setiap bulannya dan kupon ini berlaku untuk satu tahun saja. Setiap mengambil beras Raskin, RTS harus menandatangani laporan serah terima yang dipegang oleh aparat kelurahan, sedangkan aparat kelurahan menandatangani kupon atau Kartu Raskin yang dibawa RTS. Sesuai dengan kebijakan yang telah berlaku, beras yang diperoleh RTS adalah 15 kg beras dengan harga Rp.24.000,-. Dalam pengambilan beras ini, RTS mengambil jatahnya setelah melakukan pembayaran.

cxvi

Dari pengamatan penulis, pernah terjadi kekurangan kuantitas beras sehingga RTS mengadukan kepada RT yang diteruskan ke kepala kelurahan atau langsung ke kepala kelurahan. Kemudian kepala kelurahan mengirim surat pengaduan ke BULOG Subdivre Surakarta agar untuk bulan berikutnya timbangannya diperiksa kembali. Seperti yang diungkapkan pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…bulan kemarin saya pernah mengadukan soal timbangan yang tidak pas lalu saya usul kepada Bu Lurah supaya menyampaikan keluhan ini pada petugas dari BULOG dan usulan saya sudah disampaikan sehingga sampai sekarang beras yang diperoleh warga sudah pas 15 kilo…”

(Wawancara dengan Bp. Maridjo, 28/05/2009)

Sehingga kasus kekurangan timbangan hanya terjadi sekali di tahun 2009 karena pihak pelaksana baik di kelurahan maupun di BULOG Subdivre Surakarta berusaha untuk menyelesaikan setiap persoalan dan mencoba untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sedangkan beras yang diperoleh kualitasnya cukup baik, hal ini dibuktikan dengan pengakuan seorang penerima program:

“…saya mbayarnya Rp.24.000,- di kantor kelurahan, lalu tiap bulannya mendapat beras 15 kg. Saya tidak tau jenis berasnya, tapi berasnya layak untuk dikonsumsi, jadi saya merasa cukup senang dengan adanya beras Raskin ini…”

(Wawancara dengan Bp. Kusno, 13/05/2009)

Hal ini ditegaskan pula oleh pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan Sumber berikut ini :

“…meskipun beras ini harganya murah hanya Rp.24.000,- per 15 kg tapi kualitasnya ya cukup bagus mas, dan rasanya pun seperti beras yang dimasak pada umumnya...”

(Wawancara dengan Ibu Endang Sri Dwi Djatmi, 22/04/2009)

Lebih lanjut dijelaskan bahwa selama pelaksanaan Program Raskin kualitas beras yang didistribusikan selalu baik. Selain itu, tidak diketemukan keluhan dari RTS mengenai kualitas beras yang diterima sehingga hal itu membuktikan bahwa beras Raskin layak untuk dimakan sehari-hari oleh RTS. Sementara itu, pihak BULOG Subdivre Surakarta juga memberi penjelasan bahwa kualitas beras Raskin selalu terkontrol. Pengiriman beras yang diperoleh dari para kontraktor selalu di cek oleh pihak petugas pemeriksa kualitas dari BULOG di masing-masing gudang. Seperti yang diungkapkan Koordinator Raskin dari BULOG Subdivre Surakarta berikut ini :

“…beras dari kontraktor yang masuk ke Gudang BULOG pasti di cek kualitasnya sesuai dengan standar beras ideal yang layak untuk dikonsumsi. Kebanyakan yang distok di Gudang sini beras jenis IR, karena dapat disimpan cukup lama di Gudang. Jadi untuk Raskin, beras yang dikirim jenisnya IR... “.

(Wawancara dengan Bp. Liliek Washie Irawanto, 24/06/2009)

Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa kriteria beras yang baik adalah sebagai berikut ini :

- Derajat soso (lapisan lembaga yang terasa pada butiran beras) atau katul sebanyak 5%.

cxviii - Butir patah-patah maksimal 20%. - Menir maksimal 62%.

- Butir utuh minimal 35%.

- Butir kuning rusak maksimal 3%. - Kapur 3%.

- Benda-benda lain 0,05%.

Hal itu dilakukan pada 100 gram dari bagian beras yang dikirim. Beras yang diterima kurang lebih harus sesuai standar, sehingga akan diperoleh beras yang kualitasnya baik dan layak untuk dikonsumsi penerima Raskin.

Sedangkan keluarga miskin yang tidak menerima Raskin merasa kecewa karena tidak mendapatkan bantuan beras sehingga apabila mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya, mereka harus mengusahakan sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang keluarga miskin berikut ini :

“…saya kecewa mas karena tidak memperoleh Raskin. Kadang kalau saya kesulitan beli beras ya saya terpaksa cari pinjaman sana-sini, selain bekerja jadi linmas di kelurahan ini…”

(Wawancara dengan Ibu Meni, 28/05/2009)

Namun diantara rasa kecewa warga yang tidak menerima beras Raskin ada sedikit kesadaran bahwa kesalahan bukan pada petugas BPS dan aparat kelurahan tapi karena berkurangnya jumlah alokasi bantuan

dari pemerintah pusat sehingga mereka tidak kebagian jatah. Seperti yang diungkapkan salah seorang keluarga miskin berikut ini :

“…meskipun saya tidak mendapat beras Raskin, tapi saya menyadari kalau mereka yang menerima Raskin itu kondisi ekonominya memang lebih miskin dari saya. Dan kelihatannya bantuan beras dari pusat untuk tahun ini jumlahnya berkurang, jadi saya ya harus nrimo mas …”

(Wawancara dengan Ibu Asih Retno Palupi, 30/05/2009)

Jadi meskipun pengetahuan mereka tentang program terbatas dan rasa kecewa mereka tidak bisa ditutupi tapi perasaan “ nrimo” yang dimiliki oleh warga yang tidak menerima beras Raskin membuat mereka tetap berusaha untuk memenuhi pangannya sendiri tanpa harus mengeluh karena tidak mendapatkan beras Raskin.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada saat penyaluran beras Raskin timbul persoalan ketika ada keterlambatan pengiriman beras untuk jatah bulan Januari dan Februari. Hal tersebut karena pengiriman jatah beras Raskin yang pertama justru dilakukan pada awal bulan Maret. Namun untuk mengganti keterlambatan pengiriman tersebut, dalam bulan Maret dan Mei dikirim beras Raskin sebanyak dua kali, sehingga untuk bulan berikutnya pengiriman beras sudah berjalan stabil. Hambatan lain yang muncul yaitu adanya pengiriman sopirnya saja tanpa disertai petugas dari BULOG Subdivre Surakarta dan adanya kekurangan kuantitas beras dari yang semestinya yaitu 15 kg per KK sehingga pihak kelurahan perlu mengirim surat pengaduan untuk

cxx

menghindari terjadinya penyimpangan dan agar timbangan pada bulan berikutnya tidak terjadi kekurangan.

Dalam pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari ini tidak ada LSM yang mengawasi, sehingga tidak ada pengawasan yang dilakukan pada saat distribusi beras di kantor kelurahan. Meskipun demikian, berdasarkan pengamatan penulis, tidak terdapat adanya penyelewengan dari petugas kelurahan, karena mereka mengemban amanat untuk melayani kepentingan masyarakat banyak dan mereka menyadari betapa pentingnya arti beras Raskin itu bagi masyarakat yang membutuhkan. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pelaksana distribusi berikut ini :

“…melayani masyarakat sudah menjadi tugas kami mas, dan kami tidak punya niat untuk menyelewengkan dana Raskin atau apapun yang terkait dengan bantuan Raskin kepada warga miskin ini, karena kami bekerja dengan hati nurani. Apalagi pemerintah juga memberikan dana operasional bagi para pelaksana untuk kegiatan ini, jadi itu bisa menjadi semangat kami untuk memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat…”

(Wawancara dengan Ibu Endang, 22/04/2009)

Hal ini didukung pula dengan pernyataan salah seorang lurah berikut ini :

“…sebagai lurah, saya mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendukung kelancaran Program Raskin ini. Selama saya menjadi Lurah di Kelurahan Manahan, tidak ada satupun dari aparat kelurahan di sini yang melakukan penyalahgunaan terhadap bantuan pemerintah untuk warga miskin. Ketika tahun kemarin, beras Raskin kualitasnya jelek pun saya langsung memprotes BULOG untuk mendapatkan penggantian segera…”

(Wawancara dengan Bp. Edy Pramono, 18/06/2009)

b. Pemanfaatan Bantuan Beras

Sesuai dengan ketentuan yang ada bahwa bantuan beras Raskin dimanfaatkan untuk membantu Rumah Tangga Sasaran (RTS) terhindar dari kerawanan atau kekurangan akan kebutuhan bahan pangan pokok (beras). Untuk Kecamatan Banjarsari bantuan beras tersebut telah diberikan kepada keluarga miskin yang membutuhkan, yang dalam program ini disebut dengan RTS (Rumah Tangga Sasaran). Beras yang didapatkan RTS di Kecamatan Banjarsari dimanfaatkan untuk dimakan sehari-hari oleh RTS tersebut guna memenuhi kebutuhan pangan mereka. Hal ini seperti penuturan salah seorang penerima beras Raskin di Kelurahan Sumber berikut ini :

“…beras ini saya gunakan untuk makan sehari-hari sekeluarga. Saya bersyukur sekali dengan adanya bantuan pemerintah berupa beras murah ini…”

(Wawancara dengan Ibu Antuti, 14/06/2009)

Ditambah pula pernyataan oleh penerima beras Raskin lainnya di Kelurahan Sumber :

“…saya cuma buruh, dan anak kami hanya satu, jadi beras ini bisa dimakan sekeluarga. Nggak perlu dijual untuk dibelikan beras yang lebih enak, karena ya sudah layak konsumsi…”. (Wawancara dengan Bp. Kusno, 13/05/2009)

cxxii

Selain kedua orang penerima beras Raskin diatas, beberapa RTS lainnya yang ditemui oleh penulis menyatakan bahwa beras yang diterima selalu digunakan untuk makan sehari-hari. Hal ini dibenarkan oleh ketua RT.01 RW.05 Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…ya memang sudah menjadi aturan kalau beras bantuan ini tidak boleh dijual. Kalau ada yang sampai ketahuan menjual Raskin, maka nantinya dia tidak akan mendapatkan bantuan beras lagi. Tapi yang saya tahu, warga sini membeli beras Raskin untuk dikonsumsi…”

(Wawancara dengan Bp. Sugino, 16/07/2009)

Pemanfaatan beras berdasarkan pengamatan tidak menunjukkan adanya penyalahgunaan baik dari pihak kelurahan sebagai pelaksana distribusi maupun RTS sebagai penerima program. Tidak ada pihak aparat kelurahan yang memanfaatkan beras untuk kepentingan pribadi dan RTS penerima program telah memanfaatkan beras untuk kebutuhan makan sehari-hari. Kualitas beras yang diperoleh juga cukup baik karena pihak BULOG Subdivre Surakarta telah menentukan kriteria dalam menerima beras dari kontraktor sehingga memenuhi standar untuk dimakan sehari-hari.

c. Pelaporan

Sebagaimana diketahui bahwa tingkat keberhasilan dan kemajuan suatu kegiatan atau program dapat diukur dan diketahui melalui laporan yang tepat waktu. Pelaporan pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari dilakukan menurut model Bottom up. Proses pelaporan

dengan cara ini dilakukan oleh petugas di tingkat bawah untuk diberikan kepada petugas yang berada di atasnya.

Prosedur pelaporan dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan melaporkan pelaksanaan Program Raskin kepada Camat sebagai penanggungjawab di Kecamatan dan Tim Koordinasi Kota secara periodik. Kemudian, Tim Koordinasi Raskin Kota melaporkan pelaksanaan Program Raskin secara periodik kepada Walikota sebagai penanggungjawab pelaksana Program Raskin di Kota. Kemudian Walikota melakukan pelaporan kepada Gubernur sebagai penanggung jawab Program Raskin di Provinsi, dan Ketua Tim Koordinasi Raskin Pusat secara periodik. Dan pada tahap selanjutnya, Tim Koordinasi Raskin Pusat melaporkan pelaksanaan Program Raskin kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian secara periodik. Pada akhir tahun, Tim Koordinasi Raskin Pusat, Provinsi, dan Kota membuat Laporan Akhir Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009.

Selama pelaksanaan Program Raskin (Beras untuk Keluarga Miskin) di Kecamatan Banjarsari, dibuatkan Berita Acara Serah Terima (BAST) beras Raskin yang ditandatangani antara lain oleh; Petugas Raskin BULOG yang mengawal pengiriman beras, lurah dan pelaksana distribusi di kelurahan yang menerima beras. Berdasarkan BAST di tingkat titik distribusi, BULOG Subdivre Surakarta membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan Raskin per Kecamatan yang

cxxiv

ditandatangani pejabat BULOG Subdivre Surakarta dan pejabat Kecamatan. Kemudian BULOG Subdivre Surakarta membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan Raskin per Kota yang ditandatangani oleh kepala BULOG Subdivre Surakarta dan pejabat Pemkot Kota Surakarta disertai dengan nama terang dan stempel instansi.

Kerutinan dalam memberikan laporan tersebut menunjukkan komitmen dari para pelaksana untuk mentaati peraturan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Di samping itu, pelaporan rutin tersebut juga digunakan sebagai kegiatan yang efektif untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program, sehingga akan mendukung kelancaran pelaksanaan Program Raskin (Program Beras untuk Keluarga Miskin) di Kecamatan Banjarsari.

Pelaporan hanya dilakukan oleh pihak BULOG Subdivre Surakarta saja sehingga dalam tahapan ini tidak muncul hambatan karena laporan telah dibuat secara rutin setiap bulannya. Sedangkan pihak Pemkot hanya menerima laporan mengenai pembayaran beras sehingga apabila ada kelurahan yeng menunggak pembayaran beras, maka Pemkot dapat segera memberi peringatan. Namun untuk kelurahan di wilayah Kecamatan Banjarsari, pembayaran selalu dapat diselesaikan

Dokumen terkait