METODE PENELITIAN
3.2.1 Tahap pendahuluan
Tahap pendahuluan merupakan tahap persiapan sebelum penelitian. Pada tahap ini diawali dengan melakukan observasi ke sekolah untuk mengetahui kondisi siswa, kegiatan belajar mengajar, dan LKS yang digunakan. KD dan indikator yang dikembangkan dalam LKS ditentukan dengan menganalisis
kurikulum 2013 bidang studi fisika untuk SMA kelas X MIA. Selanjutnya melakukan pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi LKS yang nantinya akan dikembangkan.
3.2.2 Rancangan (Design)
Pada tahap ini dilakukan penyusunan dan pengembangan LKS fisika berbasis PBL. LKS tersebut disusun berdasarkan kurikulum 2013 dan dilengkapi dengan kegiatan dalam memecahkan permasalahan fisika guna melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada bagian akhir setiap subbab dalam LKS juga dilengkapi dengan peta konsep, bertujuan untuk merangsang kemampuan berpikir mengembang siswa agar semakin terlatih kemampuan berpikir kreatifnya. LKS yang sudah disusun kemudian dikonsultasikan kepada pakar, yaitu dosen pembimbing.
3.2.3 Pengembangan (Development)
Pada tahap ini dimulai dengan melakukan tahap uji coba lapangan awal yang meliputi uji coba skala kecil dan uji coba skala besar. Uji coba skala kecil terdiri dari uji kelayakan dan uji keterbacaan. Uji keterbacaan LKS fisika dilakukan oleh 10 siswa di sekolah tempat penelitian berlangsung dan bertujuan untuk mengetahui LKS mudah dipahami atau tidak. Uji keterbacaan LKS tersebut menggunakan tes rumpang. Uji kelayakan LKS fisika dilakukan oleh 2 guru fisika bertujuan untuk mengetahui LKS fisika berbasis PBL berbantuan peta konsep layak atau tidak untuk dijadikan sebagai pendamping guru dalam pembelajaran.
Setelah mendapatkan hasil dari uji coba skala kecil, selanjutnya menganalisis hasil uji coba dan melakukan revisi produk terhadap LKS fisika yang dikembangkan tersebut. Tahap selanjutnya adalah uji coba skala besar, uji coba skala besar ini dilakukan dengan memberikan LKS berbasis PBL berbantuan peta konsep kepada siswa kelas X MIA 1 di SMA Negeri 2 Wonosobo yang berjumlah 32 siswa dan mempergunakannya sebagai salah satu sumber belajar dalam pembelajaran fisika.
Uji coba skala besar dilakukan dalam kelompok besar menggunakan desain penelitian one-Group pretest-posttest design. Desain tersebut dapat digambarkan seperti berikut :
O1 X O2
Keterangan : X = Treatmen, proses pembelajaran menggunakan LKS berbasis PBL berbantuan peta konsep. O1 = nilai pretest (sebelum diberi LKS)
O2 = nilai postes (setelah diberi LKS)
Selanjutnya melakukan analisis uji skala besar mengenai hasil belajar kognitif serta kemampuan berpikir kreatif siswa yang dalam proses pembelajarannya menggunakan LKS fisika tersebut, sehingga berdasarkan hasil setelah dilakukan analisis maka akan diperoleh LKS materi kalor berbasis PBL berbantuan peta konsep.
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1 sebagai berikut :
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
3.4 Teknik pengambilan data
3.4.1 Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, yang meliputi subjek penelitian dan dokumentasi foto kegiatan siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan LKS. 3.4.2 Tes
3.4.2.1Tes Rumpang
Tahap observasi Analisis LKS
Penyusunan dan pembuatan LKS fisika materi kalor berbasis PBL berbantuan peta konsep
Konsultasi dosen pembimbing Uji coba skala kecil
1. Uji kelayakan LKS 2. Uji keterbacaan LKS
Revisi LKS
Melakukan uji coba skala besar pada kelas X MIA 1 SMAN 2 Wonosobo
Melakukan Analisis LKS Fisika materi kalor siap
digunakan
Pendahuluan
Rancangan
Tes rumpang digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks dalam LKS sehingga akan diperoleh informasi bahwa LKS mudah dipahami atau tidak.
3.4.2.2Pre test dan Post test
Bentuk pre test dan post test yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Tes uraian yang digunakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan setelah menggunakan LKS fisika materi kalor berbasis PBL berbantuan peta konsep. Tes uraian disusun berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif, yaitu: 1) berpikir lancar, 2) berpikir luwes, 3) berpikir orisinal, 4) berpikir terperinci, 5) kemampuan menilai.
3.4.3 Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS fisika materi kalor berbasis PBL berbantuan peta konsep.
3.5 Instrumen penelitian
3.5.1 Tes
3.5.1.1Tes rumpang
Tes rumpang digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks sehingga diperoleh informasi bahwa LKS fisika mudah dipahami atau tidak. 1) Validitas tes rumpang
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari LKS adalah tes rumpang. Pada tes ini sejumlah kata dari LKS akan dilesapkan atau dihilangkan secara sistematis. Validitas konstruk tes rumpang dilakukan
dengan teknik judgement expert. Pengujian validitas konstruk dilakukan melalui konsultasi dengan dosen pembimbing selaku ahli.
2) Reliabilitas
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas tes rumpang. Hal tersebut dikarenakan tes rumpang memiliki reliabilitas yang tinggi. Hal ini didasarkan atas pendapat Rosmaini (2009), yang menyatakan bahwa tes rumpang merupakan alat ukur yang lebih dapat dipercaya atau memiliki realibilitas yang cukup baik untuk mengukur tingkat kesukaran bacaan bagi kelompok tertentu dibandingkan formula atau rumus lain.
3.5.1.2Pretest dan posttest
Salah satu instrumen penelitian yang digunakan berupa pretest dan posttest. Hasil pretest dan posttest dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda.
1) Validitas
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen adalah rumus korelasi product moment.
√ Keterangan :
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = banyaknya peserta tes
∑XY = jumlah perkalian skor item dengan skor total
∑X2
= jumlah kuadrat skor item
∑Y2
= jumlah kuadrat skor item
Hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel. 3.1 Hasil Analisis Validitas Soal Uji coba
No. Kriteria Soal Nomor Soal
1 Valid 2,4,6,8,9,11,12,13
2 Tidak valid 1,3,5,7,10,14
2) Reliabilitas
Reliabilitas ditentukan menggunakan rumus alpha.
∑
(Arikunto, 2006 : 109) Keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicari n = banyaknya butir soal ∑ = jumlah varians semua item
= varians total
Kriteria r11>rtabel, maka instrumen reliabel.
Dari hasil analisis hasil uji coba, diketahui r11 = 0,54907 dan rtabel untuk n = 32 dengan taraf kepercayaan 5% adalah 0,355. Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa r11>rtabel , sehingga soal tersebut reliabel.
3) Taraf kesukaran
Taraf kesukaran butir soal dihitung dengan menggunakan rumus : (Arikunto, 2006:208) Keterangan :
B = mean skor JS = skor maksimum Kriteria : 0,00< P 0,30 = Sukar 0,30 < P 0,70 = Sedang 0,70 < P 1,00 = Mudah
Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba didapatkan bahwa dari 14 butir soal yang diujicobakan, terdapat 10 soal berkategori sedang, 3 soal berkategori mudah dan 1 soal berkategori sukar.
4) Daya beda soal
Daya pembeda butir soal dihitung menggunakan rumus : Skor mean atas – Skor mean bawah
Skor maksimum
Daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut : 0,00 < P 0,20 = soal jelek
0,20 < P 0,40 = soal cukup 0,40 < P 0,70 = soal baik
0,70 < P 1,00 = soal sangat baik
(Arikunto, 2006: 218)
Berdasarkan hasil analisis soal uji coba didapatkan bahwa dari 14 butir soal yang diujicobakan ternyata tidak ada soal yang berdaya pembeda sangat baik. Hasil yang didapat yaitu 1 soal berdaya pembeda baik, 8 soal berdaya pembeda cukup dan 5 soal berdaya pembeda jelek.
3.5.2 Angket
Angket digunakan untuk uji kelayakan LKS. Pengisian angket ini akan dilakukan oleh guru sebagai responden. Kisi – kisi angket uji kelayakan ditinjau
dari dimensi tampilan, bahasa, dan materi. Sistem penskoran menggunakan skala Likert. Skala Likert dimodifikasi dengan menggunakan 5 pilihan, yaitu:
Tabel 3.2. Skala Likert Angket Uji Kelayakan
Pilihan Skor
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup 3
Tidak Baik 2
Sangat Tidak Baik 1
(Sugiyono, 2009:135)