• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN A. Sejarah Berdirinya Desa Sukamulya

B. Optimalisasi Potensi SDM Sebagai Tahapan dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

1. Tahap Penyadaran

Di dalam tahapan ini sang fasilitator mengadakan pertemuan dari rumah kerumah bertemu dengan warga ke warga lainnya dan berusaha mengajak masyarakat untuk membuat kerajinan yang berasal dari bahan baku kan sisa/perca. Pertemuan dari rumah ke rumah setiap warga tersebut dilakukan bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkannya. Pertemuan yang dilakukan oleh sang fasilitator bermula dari silahturahmi ke rumah beberapa warga dan disela-sela oborolan dengan warga masyarakat desa Sukamulya Fasilitator memasukan obrolan tentang ide kreatifnya membuat kerajinan dan berusaha mengajak warga ikut belajar membuatnya. Pertemuan tersebut diantaranya sebagai berikut:

Matriks 1.1

Data Pertemuan yang Dilakukan oleh Fasilitator Pemberdayaan

No Tempat Dan Waktu Pembahasan

1 Dirumah Ibu Neng, 2003 Menceritakan tentang kerajinan kain perca dan mengajak ibu neng dan beberapa masyarakat yang sedang mengobrol santai dikediaman ibu neng, untuk belajar membuat kerajinan kain perca.

2 Dirumah Bapak Ahmad, 2013

Mengajak membuat kerajinan kain perca dan memberikan pengetahuan dan wawasan seputar kerajinan kain perca.

3 Dirumah Ibu Fatimah, 2013

Mengajak untuk ikut belajar membuat kerajinan kain perca dan memotivasi agar bisa megikuti jejak perjalan yang sudah berhasil ditempuh fasilitator.

4 Dirumah ibu Ridayah Memberikan pengetahuan, mencoba membuka wawasan tentang kerajinan kain perca ibu Ridayah dan beberapa ibu-ibu yang sedang berkumpul dikediaman ibu ridayah dan memotivasi mereka agar mau belajar membuat kerajinan kain perca tersebut.

Sumber data: Data Peneliti yang sudah diolah dari hasil wawancara

Berdasarkan matriks di atas menunjukkan upaya Suherman sebagai fasilitator pemberdayaan dalam menyadarkan masyakat melalui obrolan dan pertemuan dari rumah warga kerumah warga lainnya untuk mengajak mereka dan untuk menyadarkan masyarakat akan potensi diri yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Meskipun demikian respon yang didapatkan dari masyarakat tidak langsung semua mau ikut serta hanya beberapa yang baru mau ikut, seperti Ibu Neng dan beberapa kerabatnya, Ibu Ridayah dan tetangganya, Bapak Ahmad dan beberapa masyarakat lainnya. Yang kemudiandengan berjalannya waktu secara bertahap masyarakat

lainnya mempunyai kemuan dan minat untuk ikut. Kemudian, para masyarakat yang tertarik dan mau ikut belajar akan diberi penjelasan (pencerahan) yang lebih detail tentang pentingnya perubahan untuk kehidupan yang lebih baik terutama dalam perekonomian untuk mewujudkan keinginannya mendapatkan hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Karena sasaran peningkatan ekonomi disini adalah masyarakat desa Sukamulya khususnya yang tidak memiliki pekerjaan serta masyarakat lainnya yang disadarkan mengenai perlunya perubahan untuk merubah keadaan mereka agar lebih baik dari Sebelumnya Khususnya Kesejahteraan Dalam Ekonomi.5

Desa Sukamulya sekarang jauh berbeda keadaan ekonominya sebelum mengenal kerajinan dari kain perca yang saat ini justru menjadi mata pencaharian

utama dari sebagian masyarakat Desa ini”. Itulah kata-kata yang banyak diucapkan

oleh kebanyakan masyarakat Desa sukamulya. Sebelum menjadi sentral industri kerajinan kain peca dan banyak masyarakat yang menjadi pekerja buruh jahit serta memiliki usaha kerajinan sendiri, masyarakat di Desa Sukamulya mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh tani dimana hasil dari lahan pertanian tersebut tidak menentu sehingga para orang tua hanya berpenghasilan untuk biaya makan sendiri dikarenakan penghasilan yang bersifat musiman, penghasilan yang mereka peroleh itu, biasanya habis terpakai untuk kebutuhan rumah tangga saja, termasuk kebutuhan untuk biaya pendidikan anak sekolah yang rata-rata hanya mampu pada

5

Suherman, Masyarakat yang Menjadi Pelopor Pemberdayaan, Wawancara, Tanggal 02 Juli 2018

tinggat sekolah dasar (SD), dengan demikian dapat dikatakan taraf kehidupan mereka hanya terbatas pada tingkat untuk mempertahankan kelangsungan hidup.hal tersebut dapat dilihat pada tabel data penduduk desa Sukamulya sebelum bekerja menekuni kerajinan kain perca. sebagaimana yang terlampirkan dalam lampiran.Dahulu masyarakat desa merupakan para petani yang aktif dilahan pertanian masing-masing, banyak yang mengalami gagal dalam bercocok tanam dikarenakan lahan yang kurang subur karna kondisi tanah disekitar desa Sukamulya merupakan tanah merah yang dimana jenis tanah merah ini kurang subur untuk bercocok tanam. Penuturan yang dikatakan oleh bapak Darisman. “dulu itu para petani disini susah untuk bercocok tanam dilahan pertanian, karena kondisi tanah yang kurang subur jadi banyak yang mengalami gagal panen, selain itu akses untuk ke lahan juga cukup jauh dari rumah para warga, ada uga warga yang punya lahan diluar daerah desa seperti di lampung barat, lampung timur, pokoknya jauh dari desa sendiri sehingga hasil dari bertani juga tidak cukup memungkinkan untuk kelangsungan hidup. Apalagi untuk biaya menyekolahkan

anak ke jenjang sekolah yang lebih tinngi dari SD pun tidak cukup”6

Kehadiran kerajinan kain perca sebagai potensi desa yang dioptimalkan mampu membawa perubahan perekonomian bagai masyarakat desa Sukamulya, Disadari oleh beberapa masyarakat bahwasanya potensi sumber daya yang ada mampu memberikan sumbangsih ekonomi jika dikelola atau dioptimalkan dengan baik. Kesadaran tersebut berawal dari salah seorang warga masyarakat bernama Suherman yang sekaligus menjadi pelopor yang mengenalkan kerajinan kain perca kepada masyarakat desa Sukamulya. Suherman sendiri yang merupakan warga

6

masyarakat asli Desa Sukamulya yang pernah menjadi perantauan di Kota hingga ia mendapatkan ide kreatif membuat kerajinan kain perca.

“dulu saya sebelum seperti sekarang ini saya adalah seorang perantau yang merantau ke daerah Tangerang yang bekerja menjadi buruh pabrik dengan gaji yang tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, sampai pada saat itu ada kawan saya yang menawari tumpukan kain bekas dari sisa pabrik tekstil, saya bingung mau diapakah tumpukan sisa kain tersebut tetapi saya ambil saja sampai di kontrakan saya piki-pikir apa bisa bekas-bekas kain ini digunakan menjadi barang yang berguna, hingga akhirnya saya coba menyatukan helai helai kain potongan tersebut sesuai motif dan kebutalan pada saat itu saya sambil memegang bantal dan terpikir kenapa tidak coba membuat sarung bantal”7

Berawal dari situlah seorang Suherman mencoba memasarkan buatannya tersebut ke pasaran dan tak disangka ternyata kerajinan tersebut dihargai dengan harga yang lumayan setelah berpikir cukup Suherman memutuskan untuk melanjutkan usahanya di Tempatnya berasal mengingat jika kerajinan tersebut lebih ditekuni maka akan mampu membuka peluang ekonomi. Selain itu rasa simpatinya yang tinngi terhadap masyarakat di Desanya itu sangat jauh dari kesejahteraan ekonominya hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang hidupnya bergantung dari hasil pertanian yang tidak menentu dan itupun lahan pertanian tidak semuanya masyarakat memilikinya. ada sebagian yang memiliki lahan itupun diluar daerah Sukamulya dan lahan yang semakin menyusut. yang menjadi buruh tani pun tidak menentu hasil dari bertani bahkan ada yang bekerja serabutan seperti menjadi kuli bangunan dan lain sebagainya, hal tersebut menyebabkan banyaknya anak-anak yang putus sekolah. susahnya mencari pekerjaan yang layak

7

yang dirasakan oleh masyarakat Desa Sukamulya karena tingkat pendidikan masyarakatnya yang rata-rata hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) dan bahkan ada yang tidak sama sekali mengeyam pedidikan. Berangkat dari tekad dan usahanya untuk membantu menggali potensi sumber daya manusia yang ada di setiap warga Sukamulya itu pda akhirnya membuahkan hasil, upayanya itu berhasil membuat warga mulai menyadari potensi mereka untuk berkembang memperbaiki perekonomi keluarga hal tersebut dilihat dari kemauan mereka untuk belajar menjahit perca menjadi kerajinan.

“dulu saya dan beberapa warga yang sebelumnya bekerja sebagai buruh tani itu pernah diajak pak Herman untuk cobain buat ngerangkai kerajinan dari kain bekas buat dijual buat bantu-bantu nyukupin kebutuhan hidup, tapi ya namanya orang awam jadi gk begitu paham dengan yang begituan trus pak Herman menjelaskan tentang kerajinan kain perca tapi kami juga ya ngeyel mana bisa bekas kain sisa gitu bisa lumayan ngebantu hasilnya. sedangkan yang susah dikerjain bertani gitu aja masih tidak menentu hasilnya, tidak Cuma kami yang ditawari tapi istri kami juga ditawari tapi ya tidak begitu langsung mau begitu saja tapi setelah istri dan ibu-ibu yang lain ikut nyoba buat dengan tetap didampingi sama istri Pak Herman untuk menjait dan hasilnya dipasarkan lama-lama dibuktiin bisa bantu buat nyukupin kebutuhan sehari-hari:”8

Tidak hanya sampai disitu warga lainnya pun ikut tersadar dengan bertahap, melihat besarnya antusias warga desa. kemudian Suherman dibantu istrinya dan saudaranya terus berusaha membantu mengembangan pengetahuan dan keterampilan para warga yang berminat untuk menekuni membuat kerajinan kain perca, mereka memberikan pendampingan dan pembinaan yang kebanyakan diikuti oleh kebanyak kaum perempuan baik itu ibu-ibu dan remaja yang putus

8

Rohiman, Masyarakat Yang Menjadi pemilik usaha seendiri, Wawancara, tanggal 03 Juli 2018

sekolah. Dalam tahapan penyadaran yang dilakukan oleh Suherman ini,ialah dengan cara memberikan pencerahan berupa materi baik teori, wawasan dan praktek bagaimana caranya mengelola sumber daya yang ada terlebih Sumber Daya Manusianya melalui masyarakat dengan berupaya memiliki keterampilan untuk membuat kerajinan dari bahan kain bekas yang sudah dikatakan limbah pabrik. Materi yang disampaikan adalah wawasan dan teori seputar tantang kerajinan dari limbah tidak terapakai salah satunya limbah perca, kemudiansetelah itu masyarakat akan diajarkan cara membuat kerajinan tersebut sampai bisa dan lihai membuatnya. Beberapat data kegiatan tersebut diantaranya seperti tabel dibawah ini.

Tabel 1.11

Data Kegiatan Pembelajaran Pembuatan Kerajinan Kain Perca

No Tempat Waktu Materi Pemateri

1 Rumah ibu Neng,

April, 2003

Teori dan wawasan seputar kerajinan kain perca

Pak Suherman Rumah Pak

Suherman

Mei, 2003

Wawasan seputar pembuatan kerajinan kain perca menjadi berbagai bentuk Pak Suherman 2 Rumah Pak Suherman Mei, 2003

Praktek belajar membuat kerajinan kain perca

Pak Suherman dan Isterinya Sumber data: Data Peneliti yang didapat dari hasil wawancara

Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan upaya penyadaran dengan pencerahan yang dilakukan oleh Suherman adalah melalui beberapa langkah seperti pemberian materi baik itu teori ataupun wawasan serta kegiatan praktek belajar membuat kerajinan kain perca. kegiatan tersebut dilakukan pada bulan april

dan mei tahun 2003 sampai dengan masyarakat bisa lihai membuat kerajinan sendiri. Penetapan lokasi kegiatan yang dilakukan adalah dikediaman rumah Bapak Suherman yang berperan sebagai fasilitator pemberdayaan.

Dokumen terkait