• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

B. Karakter

1. Tahap Perkembangan Anak

Anak dalam masa kehidupannya melalui tahap perkembangan dimana fisik ataupun psikis mereka berkembang secara alami dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor.Menurut Hurlock, perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren.Tahap perkembangan anak sendiri berdasarkan didaktis atau instruksional menurut pendapat Comenius :

“Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang yaitu a) sekolah ibu (secola maternal), untuk anak – anak 0,0 sampai 6,0 tahun, b) sekolah bahasa ibu (scola vernaculan) untuk anak usia 6,0 sampai 12,0 tahun, c) Sekolah latin (scola latina), untuk remaja usia 12, 0 sampai 18 tahun, d) akademi (academica) untuk pemudapemudi usia 18,0 sampai pengajaran (bahan pendidikan) sesuai dengan perkembangan anak didik, dan harus dipergunakan metode penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya”. (Syamsu Yusuf, 2009: 22)

Menurut Santrock ( 2007 : 18) periode perkembangan dibagi menjadi 5 tahapan yaitu : periode prakelahiran, masa bayi, masa kanak – kanak awal, masa kanak- kanak tengah dan akhir, masa remaja. Pada masa kanak- kanak awal, Santrock menjelaskan:

“Periode ini perkembangan yang dimulai dari sekitar usia 6 hingga usia 11 tahun; kadang periode ini disebut sebagai tahun – tahun sekolah dasar.Anak menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, aritmatik, dan mereka secara formal dihadapkan pada dunia yang lebih besar dan budayanya. Prestasi menjadi tema sentral yang lebih dari dunia anak, kontrol diri meningkat.”

Karakteristik perkembangan anak usia sekolah dalam buku perkembangan Peserta Didik (Syamsu Yusuf, 2014 : 59 –69) sebagai berikut :

a. Perkembangan Fisik – Motorik

Fase sekolah dasar (7-12 Tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan atapun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

b. Perkembangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung). Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya.

c. Perkembangan Bahasa

Pada masa sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata.

d. Perkembangan emosi

Pada usia sekolah (khususnya dikelas-kelas tinggi, kelas 4, 5 dan 6), anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya.Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).

e. Perkembangan sosial

Sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan anak pada usia SD/MI ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para aggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.

f. Perkembangan Kesadaran Beragama

Kepercayaan anak kepada Tuhan pada usia ini, bukanlah keyakinan hasil pemikiran, akan tetapi merupakan sikap emosi yang berhubungan erat dengan kebutuhan jiwa akan kasih sayang dan perlindungan. Jika dilihat dari uraian – uraian diatas, pada dasarnya anak memang berkembang sesuai dengan usia yang dilaluinya namun dengan catatan, anak diberikan stimulus ataupun arahan untuk dapat mencapai perkembangan sesuai dengan tahapan yang dilaluinya karena hal ini juga akan berpengaruh pada proses pembentukan kepribadian anak sebagai salah satu tugas perkembangan anak.

Memahami perkembangan anak penting adanya karena beberapa alasan sebagai berikut :

a. Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan.

b. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya.

c. Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka mengembangkan diri, memecahkan masalah yang dihadapinya.

d. Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, dapat diantisipasi tentang berbagai upaya untuk menfasilitasi perkembangan tersebut. Disamping itu, dapat diantisipasi juga tentang upaya untuk mencegah berbagai kendala atau faktor- faktor yang mungkin akan mengkontaminasi (meracuni) perkembangan anak.(Syamsu Yusuf, 2014 : 12)

Secara rinci, Havighurst (dalam Syamsu Yusuf, 2014 : 89) menjelaskan tugas – tugas perkembangan salah satunya ialah memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku antara lain :

“Hakikat tugas perkembangan. Tujuan tugas ini adalah (1) membentuk seperangkat nilai yang mungkin dapat direalisasikan, (2) mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan nilai-nilai, (3) mengembangkan kesadaran akan hubungannya dengan sesama manusia dan juga alam sebagai lingkungan tempat tinggalnya, dan (4) memahami gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya, sehingga dapat hidup selaras (harmoni) dengan orang lain”

Penjelasan tersebut mengisyaratkan bahwa tugas perkembangan ialah tidak jauh darikajian suatu nilai. Nilai adalah sesuatu yang dihargai dan manusia yang berkarakterlah yang mampu menghargai suatu nilai yang berkembang dalam masyarakat atau disebut dengan bermoral. Seorang individu dapat dikatakan sebagai orang yang bermoral jika orang tersebut dapat menghargai dan melaksanakan nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Moral adalah sesuatu yang setelah anda lakukan anda merasa nyaman ( Santrock, 2007 : 129).

Teori Piaget menyampaikan adanya perkembangan moral pada anak. Piaget menyimpulkan bahwa anak melewati dua tahap yang berbeda dalam cara mereka berfikir tentang moralitas :

a. Dari usia 4 sampai 7 Tahun anak menunjukkan moralitas heteronom, tahap pertama dari perkembangan dalam teori Piaget. Anak berfikir bahwa keadilan dan peraturan adalah properti dunia yang tidak bisa diubah, dan tidak dikontrol oleh orang.

b. Dari usia 7 sampai 10 Tahun, anak berada dalam transisi menunjukkan sebagian ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan moral dan sebagian ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan dan tahap ke-2 moralitas otonom.

c. Mulai 10 Tahun keatas, anak menunjukkan moralitas otonom. Mereka sadar bahwa peraturan dan hukum dibuat oleh manusia, dan ketika menilai sebuah perbuatan, mereka mempertimbangkan niat dan juga konsekuensinya. (Santrock, 2007 : 117 – 118)

Menurut Hurlock (1999 : 75) “belajar berperilaku dengan cara yang disetujui masyarakat merupakan proses yang panjang dan lama yang terus berlanjut hingga masa remaja”. Oleh karena itu, dalam tahap perkembangan inilah seorang individu khusunya anak dalam masa sekolah dasar perlu diarahkan,diajak untuk berpartisipasi dan diberi stimulus sesuai dengan tahapan perkembangannya agar dapat terbentuk pribadi yang kuat dan bermoral. Karena sesungguhnya, tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri.Sebaliknya, tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang yang benar dan yang salah. (Hurlock, 1999 : 75). Disamping itu, Lawrance Walker (2002) juga berpendapat bahwa sangat penting bagi pendidikan karakter untuk terlibat lebih dalam daripada sekedar membuat daftar kebajikan moral dikelas.Tetapi ia menekankan bahwa anak dan remaja perlu berartisipasi dalam diskusi kritikal tentang nilai. “…pendidikan karakter mencerminkan dominan dari perkembangan moral” (Santrock, 2007 : 136).

Sependapat dengan pernyataan Hurlock,, Thomas Lickona mengatakan bahwa “karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita saat anak-anak biasanya bertahan sampai remaja. Orang tua bisa memengaruhi baik/buruk, pembentukan kebiasaan anak-anak mereka” (Thomas Lickona, 2013 : 50). Pengajaran tersebut dapat diberikan kepada anak melalui berbagai jalur salah satunya yaitu melalui jalur pendidikan baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal.Pada pendidikan nonformal, anak dapat diberikan stimulus pada tahap

perkembangannya melalui beberapa kegiatan diluar jam pendidikan formal seperti mengikutsertakan anak pada kegiatan belajar agama disore hari.

Dokumen terkait