• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF SEJAK LAHIR HINGGA REMAJA

Dalam dokumen Menurut Psikolog Jean Piaget (Halaman 43-50)

Pada saat seorang bayi terlahir di dunia, ia sudah diciptakan dengan milliaran jaringan sel otak yang sangat luar biasa. Hal ini menjadi pondasi penting bagi perkembangan kognitifnya kelak. Perkembangan kognitif (cognitive development) dalam buku Human Development (Papalia, Old dan Feldman, 2009;12) didefinisikan sebagai suatu pola perubahan dalam kemampuan-kemampuan mental, seperti; belajar, perhatian, ingatan, bahasa, berpikir, penalaran dan kreativitas.

Sedangkan menurut Muhibin Syah (2008;60) dalam bukunya “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru” perkembangan Konitif (cognitive development) adalah perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak.

Selain itu menurut Desmita (2009), perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Sehingga kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.

Menurut Piaget berbagai perubahan kualitatif pada pikiran muncul antara masa bayi dan masa remaja (dalam Papalia, Old dan Feldman, 2009;42). Berikut ini beberapa teori tahap-tahap perkembangan kognitif sejak lahir hingga remaja menurut tokoh-tokoh, yaitu antara lain ;

I. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget 1. Masa Sensori Motor (0-2 tahun)

Masa ketika bayi mempergunakan sistem pengindraan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan (Sunarto, 2008:24)

Piaget membagi tahap sensori motor dalam enam periode, yaitu : a. Refleks (umur 0-1 bulan)

Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan.

Contoh: refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-lain.

b. Kebiasaan (umur 1-4 bulan)

Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan.

Contoh: seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan akhirnya bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu jari.

c. Reproduksi kejadian yang menarik (4-8 bulan)

Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.

Misalnya seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan diberi mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang. Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka, ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang sama.

d. Koordinasi skemata (8-12 bulan)

Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Contoh: seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan menggunakannya untuk menggapai mainan tersebut.

e. Eksperimen (12-18 bulan)

Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen.

Contoh: anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan memakannya.

f. Representasi (18-24 bulan)

Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya.

Misal: Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi diseberangnya. Ia pergi di sisi lain dan memindahkan kursi yang menghambat tersebut, padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut, tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila

penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak melihat.

Berikut ini table sub tahapan sensorimotor menurut Piaget dalam buku Life Span Development (Santrock, 2007 ; 149 ) :

2. Masa Pra-Operasional (2-7 tahun)

Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Misal, seseorang anak yang pernah melihat dokter berpraktek, akan dapat bermain “dokter-dokteran” (Sunarto, 2008:24). Piaget membagi perkembangan kognitif tahap praoperasional dalam dua bagian:

1. Umur 2-4 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran logis

Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal.dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan dengan tandanya sendiri misalnya anak bermain pasar pasaran dengan uang dari daun.”daun”di sini sebagai tanda ,sedangkan “uang”adalah yang di tanda kan.dalam kenyataan daun dan uang tidak sama.dalam pengertian”indeks” dan “sinyal” tidak di bedakan antara tanda dan objek yang di tandakan.

Piaget juga membedakan antara “simbol” dan “tanda”. Simbol adalah suatu hal yang lebih menyamai dengan yang di simbolkan seperti gambaran dan bayangan . tanda lebih merupakan sembarang benda yang di guna kan tanpa ada kesamaan dengan yang ditandakan.

2. Umur 4-7 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran intuitif Menurut piaget (1981) pemikiran anak pada umur 4 -7 tahun berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan oprasional . tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami oprasi yang tidak lengkap

dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirif dengan tahap sensorimotor

Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar tetapi tanpa di nalar terlebih dahulu. kelemahan pemikiran ini adalah bahwa pemikiran nya searah

(centred) dimana anak hanya dapat melihat dari satu segi saja.dalam pemikiran ini anak belum dapat melihat pluralitas gagasan tetapi hanya satu persatu. apabila beberapa gagasan di gabungkan pemikiran anak menjadi kacau. Pada tahap ini anak belum dapat berpikir decentred yaitu melihat berbagai segi dalam satu kesatuan.

3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. 4. Tahap Operasional Formal (11 tahun-dewasa)

Menurut Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif. Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2008;554).

Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai kemungkinan (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46). Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.

II. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky

Vygotsky memberikan pandangan berbeda dengan Piaget terutama pandangannya tentang pentingnya faktor sosial dalam perkembangan anak. Vygotsky memandang pentingnya bahasa dan orang lain dalam dunia anak-anak.

Vigostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural yang penting sebagai dimensi psikologis. ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan aktual dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap, yaitu :

1. More dependence to others stage, yaitu tahapan kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.

2. Less dependence external assistence stage, pada tahapan ini kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri.

3. Internalization and automatization stage, tahap ini menunjukkan kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai

kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas diri yang matang.

4. De-automatization stage, ketika anak memasuki tahap ini maka mereka akan mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya.

Berikut alur tahap perkembangan menurut Vygotsky untuk mendeskripsikan bagaimana anak berkembang dari tahap kapasitasnya mulai berfungsi hingga masa perkembangan lanjutan :

III. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Holistik

Beberapa tahap perkembangan kognitif sejak lahir sampai remaja dari pandangan holistik dalam buku Human Development (Papalia, Old, Feldman, 2009) adalah :

* Neonatal (lahir sampai 1 bulan)

Tahapan sensorimotorik dimulai. Bayi dapat belajar sesuai pengkodisian atau pembiasaan. lebih banyak memperhatikan rangsangan baru daripada yang sudah dikenal.

* Usia 1-6 bulan

Bayi mengulang berbagai perilaku yang menghasilkan kesenangan, mengoordinasikan informasi sensoris dan dapat mengulag sebuah tindakan yang telah dipelajari jika diingatkan konteks yang asli.

* Usia 6-12 bulan

Mulai melibatkan dirinya pada perilaku-perilaku yang bertujuan, dapat membedakan seperangkat objek kecil dan memperlihatkan penundaan untuk meniru dan mencoba perilaku yang telah dipelajari.

* Usia 12-18 bulan

Bayi mulai memahami hubungan sebab akibat, melibatkan diri dalam permainan yang bersifat membangun serta mecari objek-objek yang terakhir dilihat pada tempat yang tersembunyi.

* Usia 18-30 bulan

Batita menggunakan representasi mental dan symbol-simbol, dapat mencapai kepermanenan objek, dapat membentuk konsep dan pengelompokan, ingatan episodic muncul serta dimulainya tahap praoperasional.

* Usia 30-36 bulan

Pada usia ini anak dapat menghitung, mengetahui kata-kata warna dasar, memahami perumpamaan mengenai benda-benda yang dikenal serta dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang dikenali.

* Usia 3-4 tahun

Anak memahami simbol, dimulainya ingatan otografikal (ingatan mengenai sejarah seseorang), melibatkan diri dalam permainan pura-pura, dapat menghitung menggunakan seluruh angka dan memahami kualitas yang terpecah-pecah.

* Usia 5-6 tahun

Teori pikiran telah matang, anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, serta mulai lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasi dan membangun strategi.

* Usia 7-8 tahun

Pada usia ini tahap operasi konkret dimulai, anak memahami sebab akibat, seriasi, penyimpulan transitif, inklusi kelas, penalaran induktif dan konservasi. Selain itu pemrosesan lebih dari satu tugas pada saat yang sama jadi lebih mudah.

* Usia 9-11 tahun

Kemampuan untuk mempertimbangkan banyak sudut pandang meningkat dan berbagai strategi ingatan meningkat.

* Usia 12-15 tahun

Remaja bisa mencapai tahap operasi formal; penggunaan abstraksi dan penalaran deduktif-hipotetis, rintangan ingatan meluas menjadi enam digit.

* Usia 16-20 tahun

Kemampuan menggunakan penalaran deduktif-hipotetis meningkat dan basis pengetahuan terus tumbuh.

TAHAP PERKEMBANGAN EMOSI SEJAK LAHIR HINGGA REMAJA

Dalam dokumen Menurut Psikolog Jean Piaget (Halaman 43-50)

Dokumen terkait