• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Perkembangan Perilaku Seksual Anak Hingga Remaja

LANDASAN TEOR

C. Perilaku Seksual Anak

1. Tahap Perkembangan Perilaku Seksual Anak Hingga Remaja

Peneliti mencantumkan perkembangan seksual anak hingga remaja dikarenakan peneliti memiliki dugaan bahwa anak yang terpapar lagu dewasa lirik percintaan akan memiliki tahap perkembangan seksual yang lebih cepat dari usianya dengan menunjukkan perilaku seksual sampai

pada tahap perilaku seksual remaja. Peneliti menggunakan tahap perkembangan perilaku seksual anak hingga remaja menurut Rathus (2008), Wenar (1999), Sugiasih dan Wuryani (2008).

Berikut tahap perkembangan perilaku seksual anak hingga remaja menurut Rathus (2008) :

a. Bayi (0-2 tahun)

Perilaku seksual sudah tampak pada janin. Teknik imaging dengan ultrosound telah menunjukkan bahwa janin laki-laki memiliki ereksi saat di kandungan. Anak laki-laki tidak hanya mengalami ereksi saat di dalam rahim. Kenyataannya banyak anak laki-laki lahir dengan kondisi ereksi. Ereksi adalah refleks yang mulai muncul sejak awal kehidupan. Sebagian besar anak laki-laki mengalami ereksi selama beberapa minggu pertama kelahirannya, sedangkan tanda-tanda gairah seksual pada bayi perempuan tampak pada pembengkakan dan pelumasan di vagina, namun sulit dideteksi (Mazur, 2006 dalam Rathus,dkk., 2008). Akan tetapi jangan menafsirkan refleks seksual pada anak-anak sesuai dengan konsep seksualitas pada orang dewasa. Ereksi dan pelumasan pada vagina tidak selalu berarti mengenai kepentingan atau minat seks pada anak.

Perilaku seksual juga tampak pada janin laki-laki dan perempuan pada kegiatan mengisap. Bayi juga tampak menuai kenikmatan saat menghisap jari, puting, mengedot maupun mengisap benda apapun yang masuk ke dalam mulut. Hal ini dikarenakan adanya

sensitivitas lapisan mukosa pada mulut. (Rathus, Nevid & Fichner- Rathus, 2008). Memberikan stimulasi pada alat kelamin juga menghasilkan kesenangan pada bayi. Seperti orangtua yang menyentuh alat kelamin bayi pada saat mereka membersihkannya, maka bayi akan tersenyum atau menjadi bersemangat. Bayi menemukan kesenangan untuk diri mereka sendiri (masturbasi) ketika mereka memperoleh kemampuan untuk menggerakan kelamin dengan menggunakan tangan mereka. Oleh karena itu, perilaku seks yang sering ditunjukan balita adalah menyentuh alat kelamin diri mereka sendiri, saat telanjang. Mereka akan meraba menarik atau mengusap kelaminnya. Hal ini wajar karena pada tahap ini mereka mendapatkan perasaan nyaman dan mereka sedang tertarik pada tubuh mereka.

Anak-anak juga memililki rasa ingin tahu mengenai seksual sedini mungkin pada usia 12-15 bulan. Keingintahuan tersebut dipicu ketika mereka mulai menyadari bahwa perempuan dan laki-laki berbeda secara anatomi. Hal ini tampak pada saat anak-anak bermain dokter dan menunjukkan rasa ingin tahu mereka tentang anatomi seksual orang lain dengan cara melihat orangtua mandi (Kesehatan 24.com, 2006; Pike, 2005 dalam Rathus,dkk., 2008). Anak-anak usia 2 tahun di Amerika Serikat biasanya mulai mengungkap rasa ingin tahu mereka mengenai lingkungan dan orang-orang disekitarnya, dengan cara menyelidiki alat kelamin anak-anak lain, memeluk, dipeluk, dicium, atau naik di atas mereka (Rathus, Nevid & Fichner-Rathus,

2008). Pada usia ini pula, anak masih belum terlalu mengerti tentang

“malu” dalam keadaan telanjang sehingga anak sering tertarik untuk

melihat tubuhnya sendiri dan tubuh teman-temanya. b. Masa Kanak-kanak (3-8 tahun)

Pada usia 3 dan 4 tahun biasanya anak mengungkapkan kasih sayangnya melalui ciuman. Pada tahap ini rasa ingin tahu tentang alat kelamin juga meningkat. Anak juga semakin sering saling menunjukkan satu sama lain alat kelaminnya (Pike, 2005 dalam Rathus,dkk., 2008). “Aku akan menunjukkan milikku jika kamu mau menunjukkan milikmu juga.” Permainan seks seperti “show” dan bermain dokter menjadi lebih sering dilakukan pada usia 6 dan 10 tahun (Pike, 2005 dalam Rathus,dkk., 2008).

Permainan “show” biasanya terjadi pada saat anak laki-laki sedang bersama-sama buang air kecil dan melihat siapa yang dapat mengeluarkan urin lebih jauh atau lebih tinggi. Sebagian besar aktivitas seksual ini terjadi dalam kelompok sesama jenis kelamin. Anak-anak biasanya akan menunjukkan alat kelamin mereka satu sama lain, menyentuh alat kelamin masing-masing atau melakukan masturbasi bersama-sama (Rathus,dkk., 2008).

Beberapa Perilaku Seksual yang Umum Terjadi pada Masa Kanak-kanak

Laki-laki Perempuan

Usia 2-5 tahun

Mencoba menyentuh payudara Ibu atau perempuan lain

Menyentuh bagian-bagian pribadi ketika di rumah

Mengintip orang lain ketika telanjang atau menanggalkan pakaian

42,4% 43,7%

60,2% 43,8%

26,8% 26,9%

Usia 6-9 tahun

Menyentuh bagian-bagian sensitif tubuh ketika di rumah

Mengintip orang lain ketika telanjang atau menanggalkan pakaian

39,8% 20,7%

20,2% 20,5%

Usia 10-12 tahun

Sangat tertarik dengan lawan jenis 24,1% 28,7%

Sumber : Friedrich, W.M., Fisher,J., Broughton, D., Houston, M., 7 Shafran, C.R. (1998). Normative Seksual Behavior in Children: A contemporary sample. Pediatrics, 101(4) e9 [electronic article] dalam Rathus, Nevid & Fichner-Rathus, 2008.

c. Pra-remaja (9-13 tahun)

Beberapa perilaku praremaja pada umumnya terkait dengan seksual, misalnya menjalin hubungan dengan sahabat dari jenis kelamin yang sama, sehingga mereka dapat saling berbagi rahasia dan kepercayaan. Walaupun demikian minat mereka terhadap lawan jenis mulai meningkat secara bertahap ketika mereka sudah mendekati pubertas. Pada tahap ini pula anak perempuan sebagian besar

memberikan julukan “norak atau gombal” pada anak laki-laki.

Ketika anak memasuki usia 10 – 13 tahun, anak lebih terfokus pada hubungan sosial dan harapan serta mulai mengalami perasaan seksual yang lebih jelas. Berbagai macam kegiatan berkelompok dengan lawan jenis telah memberikan praremaja pengalaman terhadap kegiatan heteroseksual, namun pada umumnya mereka tidak akan berpasangan atau berpacaran sampai masa remaja.

Pada tahap ini pula anak sudah mengenal bahwa masturbasi dapat memunculkan kenikmatan sendiri yang disebut sebagai orgasme. Kinsey dan rekan-rekannya (1948, 1953) melaporkan bahwa masturbasi merupakan sarana utama untuk mencapai orgasme pada masa praremaja untuk laki-laki maupun perempuan. Mereka menemukan bahwa 45% laki-laki dan 15% perempuan melakukan masturbasi pada usia 13. Sedangkan penelitian lain setuju bahwa remaja laki-laki lebih mungkin melakukan masturbasi dibandingkan perempuan remaja (Pinkerton dkk., 2002 dalam Rathus,dkk., 2008 ). Steven Pinkerton dan rekan-

rekannya (2002) juga menyatakan bahwa frekuensi melakukan masturbasi juga terkait dengan norma-norma sosial yang menilai bahwa masturbasi lebih dapat diterima atau terlihat normal bagi laki-laki daripada perempuan.

d. Remaja (13-21 tahun)

Remaja memiliki hasrat seks yang tinggi dikarenakan adanya lonjakan hormon seks. Dorongan seks yang tinggi pada remaja juga didukung oleh media di sekeliling remaja yang pada umumnya bertemakan seksual akan tetapi aktivitas mereka biasanya masih dibatasi oleh orangtua (McGue et al, 2005; Renk et al., 2005).

Organ seksual yang dimiliki remaja juga sudah mengalami kematangan, sehingga membuat remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar akan hal yang berhubungan dengan seksualitas. Hasrat seks yang tinggi serta didukung adanya rasa ingin tahu, maka menyebabkan para remaja akan mencari informasi dari berbagai macam sumber secara mandiri.

Kencan pertama merupakan peristiwa penting dalam kehidupan remaja yang mencerminkan adanya minat seksual saat pubertas. Remajapada saat ini sudah mulai pergi jalan bersama teman-temannya dan kencan lebih awal dibandingkan pada generasi masa lalu. Kencan merupakan salah satu perilaku seksual dimana individu ingin bertemu dengan lawan jenisnya dan membawanya berpergian. Remaja akan

mencapai tahap keinginan untuk berpasangan dan pergi keluar dengan seorang gadis atau laki-laki tertentu.

Hubungan seksual sebelum menikah juga merupakan salah satu masalah seksualitas yang sering terjadi pada tahap remaja. Masalah tersebut pada umumnya dimotivasi oleh sejumlah faktor, diantaranya masa pubertas mengalami lonjakan hormon seks yang secara langsung akan mengaktifkan gairah seksual khususnya hal ini lebih banyak terjadi pada laki-laki (Peplau, 2003 dalam Rathus,dkk., 2008).

Masturbasi adalah penyaluran seksual utama selama masa remaja. Survei menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih mungkin melakukan masturbasi dibandingkan perempuan. (Larsson & Svedin, 2002 dalam Rathus,dkk., 2008 ). Petting juga merupakan salah satu perilaku seksual yang praktis dan banyak dilakukan oleh beberapa generasi remaja. Banyak remaja yang melakukan petting untuk mengekspresikan kasih sayang, memuaskan rasa ingin tahu mereka, meningkatkan gairah seksual dan mencapai orgasme dengan tetap mempertahankan keperawanan serta menghindari kehamilan (Larsson & svrdin, 2002 dalam Rathus,dkk., 2008). Perilaku oral sex juga meningkat diiringi dengan bertambahnya usia, khususnya pada remaja.

Berikut penjelasan tahap perkembangan perilaku seksual anak hingga remaja menurut Wenar, (1999) :

Pada usia 1-3 tahun anak sudah mampu mengungkapkan jenis kelamin mereka sebagai laki-laki atau perempuan, akan tetapi anak belum

memiliki konsep bahwa jenis kelamin merupakan kondisi yang melekat dan permanen. Di usia 2-3 tahun anak mulai memilih mainan yang telah distereotipekan oleh masyarakat, seperti permainan mobil-mobilan untuk laki-laki dan boneka untuk perempuan. Pada usia ini anak juga lebih memilih bermain bersama teman sejenisnya meskipun terkadang anak juga masih bermain dengan teman lawan jenisnya. Pada tahap pra-sekolah anak mulai mengeksplor dan menstimulasi organ genital mereka. Masturbasi dianggap sebagai sumber sensasi kenikmatan, oleh karena itu anak akan merasakan perasaan nyaman dan menyenangkan saat melalukan aktivitas masturbasi. Anak juga senang memperlihatkan organ genitalnya pada teman sebaya dan orang dewasa serta senang melihat organ genital milik teman sebayanya. Pada tahap pra sekolah anak juga memiliki rasa penasaran dengan perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan, sehingga mereka akan mempertanyakan perbedaan anatomi seksual tersebut. Usia 6-7 tahun, anak sudah mulai paham bahwa jenis kelamin mereka permanen dan tidak bisa berubah. Pada pertengahan masa anak- anak akan terjadi pemisahan teman sebaya antara laki-laki dan perempuan. Pada tahap ini anak laki-laki senang membuat lelucon mengenai seks, membicarakan masalah seks dengan teman sebayanya dan melakukan pengalaman masturbasi dengan teman mereka, sedangkan anak perempuan lebih banyak membicarakan soal cinta dan fantasi seksual meskipun meskipun lebih sedikit mempraktekannya. Tahap pubertas ditandai kematangan secara fisiologis. Anak-anak usia pubertas mulai

tertarik dengan pasangan lawan jenis atau yang disebut heteroseksual. Pada tahap ini seseorang juga akan menjalani hubungan secara fisik dan psikologis dengan orang lain sebagai usaha mencapai kepuasan seksual.

Berikut penjelasan tahap perkembangan perilaku seksual anak pada usia 4 hingga 6 tahun menurut Sugiasih dalam Proyeksi, Vol.6:

Perilaku seksual pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun adalah: (1) Menyentuh bagian-bagian pribadi mereka di depan umum, (2) Menggosok- gosokkan bagian pribadi mereka dengan tangan atau benda yang lain, (3) Mencoba untuk menyentuh payudara Ibu atau wanita lain, (4) Mencoba untuk melepas baju mereka di depan umum, (5) Mencoba untuk melihat orang lain yang sedang telanjang dan (6) Mengajukan pertanyaan tentang bagian-bagian tubuh mereka beserta fungsinya. Pada usia 4 – 6 tahun perilaku seksual yang pada umumnya muncul adalah : (1) Menjelajah bagian-bagian tubuh mereka sendiri dengan teman-teman

seusianya, misalnya dengan bermain “dokter-dokteran”, (2) Meniru perilaku orang dewasa, misalnya mencium, memegang tangan teman lawan jenisnya, (3) Menyebutkan organ-organ vitalnya dengan istilah mereka sendiri.

Berikut penjelasan tahap perkembangan perilaku seksual anak pada usia 6 hingga 10 tahun menurut Wuryani (2008) pada buku Pendidikan Sex Untuk Keluarga:

Pada saat anak memasuki umur 6 hingga 7 tahun, anak mulai menunjukkan kesadaran, minat terhadap perbedaan fisik laki-laki dan

perempuan, 8 tahun anak mulai menyinggung masalah seks, 9 tahun mulai berbicara tentang seks dengan teman sebayanya dan menggunakan istilah seksual dalam mengucapkan kata-kata kotor atau membuat puisi dan mulai belajar tentang organ seks mereka sendiri, dan pada umur 10 tahun anak akan belajar dari temannya tentang menstruasi dan hubungan dengan lawan jenis. Anak usia sekolah yang memasuki umur 10 tahun minat dan kebutuhan terhadap materi seks bertambah dramatis. Ini karena terjadi perubahan fisik dan emosi didalam dirinya. Berfikir tentang seks lebih dari sebelumnya dan berbicara tentang materi seks dengan temannya, yang sama-sama tidak mendapatkan informasi seperti dirinya.

Berdasarkan tahap perkembangan perilaku seksual anak menurut Rathus (2008), Wenar (1999), Sugiasih dan Wuryani (2008) yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti merangkum tahap perilaku seksual anak hingga remaja. Berikut penjelasannya:

a. Masa Kanak-kanak Dini (2 sampai 6 tahun)

1) Mengungkapkan rasa ingin tahu mengenai lingkungan dan orang- orang disekitarnya dengan cara memeluk, dipeluk, mencium dan naik di atas tubuh orang lain (Rathus, 2008).

2) Meniru perilaku orang dewasa (Sugiasih, 2008), misalnya mencium, memegang tangan teman lawan jenisnya.

3) Belum terlalu mengerti tentang “malu” sehingga anak sering telanjang di depan umum, mencoba untuk melepas baju di depan umum dan senang memperlihatkan organ genitalnya pada teman

sebaya maupum orang lain orang dewasa (Rathus, 2008; Wenar, 1999).

4) Masturbasi (Rathus, 2008; Wenar, 1999; Sugiasih, 2008), seperti menyentuh bagian-bagian pribadi mereka di depan umum, menyentuh bagian-bagian sensitifnya ketika di rumah, menggosok- gosokkan bagian pribadi mereka dengan tangan atau benda yang lain, meraba, menarik atau mengusap kelaminnya, melakukan masturbasi bersama-sama.

5) Menunjukkan rasa ingin tahu mereka tentang anatomi seksual (Rathus, 2008; Wenar, 1999; Sugiasih, 2008), seperti bermain dokter-dokteran, ingin melihat orang tua mandi, menyentuh payudara Ibu atau wanita lain, mencoba untuk melihat orang lain yang sedang telanjang, menyelidiki alat kelamin anak-anak lain, mengajukan pertanyaan tentang bagian-bagian tubuh mereka beserta fungsinya, menunjukkan satu sama lain alat kelaminnya dengan anak sebayanya.

b. Masa Akhir Kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki)

1) Membicarakan topik seksual dengan teman sebaya (Rathus, 2008; Wenar, 1999; Wuryani, 2008), seperti senang membuat lelucon mengenai seks, menggunakan istilah seksual dalam mengucapkan kata-kata kotor, membuat puisi, membicarakan soal cinta dan fantasi seksual

2) Sudah mengerti bahwa masturbasi dapat memunculkan kenikmatan sendiri sehinga memunculkan orgasme (Rathus, 2008)

3) Masturbasi (Rathus, 2008; Wenar, 1999)

4) Mulai tertarik dengan lawan jenis namun pada umumnya mereka tidak akan berpasangan atau berpacaran sampai masa remaja (Rathus, 2008; Wenar, 1999).

c. Remaja

1) Remaja mulai mencari informasi mengenai topik seksual dari berbagai macam sumber secara mandiri, seperti membaca majalah dewasa, menonton blue film (Rathus, 2008)

2) Kencan pertama (Rathus, 2008) 3) Masturbasi (Rathus, 2008) 4) Petting (Rathus, 2008) 5) Oral sex (Rathus, 2008)

6) Hubungan seksual (Rathus, 2008)

Dokumen terkait