• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak."

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KETERPAPARAN LAGU DEWASA LIRIK PERCINTAAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA AKHIR MASA ANAK-ANAK

Fransisca Christy Utami

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Hipotesis penelitian adalah ada korelasi yang positif antara keterpaparan lirik lagu dewasa terhadap perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia 8-10 tahun yang berjumlah 45 orang. Pengumpulan data yang digunakan adalah skala rating keterpaparan lirik lagu dewasa dan skala rating perilaku seksual anak. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan uji Pearson Product Moment. Korelasi yang diperoleh sebesar 0,693 dengan taraf signifikan 0,000 (p< 0,05) dan hasil data menunjukkan adanya korelasi positif antara keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Artinya, semakin tinggi keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan maka perilaku seksualnya akan semakin tinggi.

(2)

THE RELATION BETWEEN EXPOSURE OF LOVE SONG LYRIC FOR ADULT AND SEXUAL BEHAVIOUR ON LATE CHILDHOOD

Fransisca Christy Utami

ABSTRACT

This study was a correlation study which aimed to see the corelation between exposure of love song lyric for adult and sexual behaviour among late childhood (8-10 Age). The hypothesis y was there was a positive correlaion between exposure of love song lyric for adult and sexual behaviour on late childhood (8-10 Age). The subject of this research are children which have age

8 till 10 years old amounting to 45 people. The data collection to be used was song lyric’s

exposure scale and child sexual behaviour scale. The research was analyzed by Pearson Product Moment Correlation analysis. The correlation was 0,693 with significance score 0,000 (p< 0,05) and the result of the data analyzed showed that there was positive correlation between exposure of love song lyric for adult and sexual behaviour with F (157.172). It mean’s if the children had more exposure of love song lyric for adult their sexual behaviour will progressively increase.

(3)

HUBUNGAN KETERPAPARAN LAGU DEWASA LIRIK PERCINTAAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA AKHIR MASA ANAK-ANAK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Fransisca Christy Utami NIM : 099114117

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

Don’t worry that children never listen to you.

Worry that they are always watching you.

By: Robert Fulghum

Kita tidak bisa merubah arah angin, tetapi

kita bisa mengatur posisi layar kapal kita

untu

k

tetap pada arah tujuan

.

(7)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus,

Papa Agustinus Sukarmo,

Mama Fransisca Romana Indriyani,

Lidwina Desi Kurniawati,

(8)
(9)

HUBUNGAN KETERPAPARAN LAGU DEWASA LIRIK PERCINTAAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA AKHIR MASA ANAK-ANAK

Fransisca Christy Utami

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Hipotesis penelitian adalah ada korelasi yang positif antara keterpaparan lirik lagu dewasa terhadap perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia 8-10 tahun yang berjumlah 45 orang. Pengumpulan data yang digunakan adalah skala rating keterpaparan lirik lagu dewasa dan skala rating perilaku seksual anak. Uji hipotesis

penelitian ini menggunakan uji Pearson Product Moment. Korelasi yang diperoleh sebesar 0,693

dengan taraf signifikan 0,000 (p< 0,05) dan hasil data menunjukkan adanya korelasi positif antara keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak. Artinya, semakin tinggi keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan maka perilaku seksualnya akan semakin tinggi.

(10)

THE RELATION BETWEEN EXPOSURE OF LOVE SONG LYRIC FOR ADULT AND SEXUAL BEHAVIOUR ON LATE CHILDHOOD

Fransisca Christy Utami

ABSTRACT

This study was a correlation study which aimed to see the corelation between exposure of love song lyric for adult and sexual behaviour among late childhood (8-10 Age). The hypothesis y was there was a positive correlaion between exposure of love song lyric for adult and sexual behaviour on late childhood (8-10 Age). The subject of this research are children which have age

8 till 10 years old amounting to 45 people. The data collection to be used was song lyric’s

exposure scale and child sexual behaviour scale. The research was analyzed by Pearson Product Moment Correlation analysis. The correlation was 0,693 with significance score 0,000 (p< 0,05) and the result of the data analyzed showed that there was positive correlation between exposure of love song lyric for adult and sexual behaviour with F (157.172). It mean’s if the children had more exposure of love song lyric for adult their sexual behaviour will progressively increase.

(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Keterpaparan Lagu Dewasa Lirik Percintaan Dengan Perilaku

Seksual Pada Akhir Masa Anak-Anak”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan program strata satu (S1) Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada proses penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa moral, material maupun spiritual. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan saran selama proses pengerjaan skripsi hingga terselesainya skripsi ini.

3. Victoria Didik Suryo Handoko, M.Si., selaku dosen mata kuliah Seminar yang telah membimbing peneliti dan memberikan masukan selama proses di matakuliah seminar sehingga topik ini dapat direalisasikan dalam skripsi. 4. Seluruh dosen dan staf yang telah membantu penulis selama proses

(13)

5. Kepala sekolah SD Kanisius Kalasan, Kanisius Kotabaru dan SD Negeri Golo yang sudah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

6. Kedua orang tua tercinta papa Agustinus Sukarmo dan mama Fransisca Romana Indriyani yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Adekku Lidwina Desi Kurniawati yang selalu memberikan perhatian dan mengingatkan penulis untuk mengerjakan skripsi.

8. Andi Paddusung Prabandaru yang telah memberikan doa, perhatian, kesabaran, motivasi, dan selalu mendengarkan segala keluhan penulisan. Terimakasih udah jadi partner yang oke banget. “Terimakasih untuk

dukungan semangatnya dari berjuang lulus UAN hingga skrispi.”

9. Ibu Monica Rubiyati yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang selayaknya orang tua sendiri.

10. Teman-teman Psikologi 2009, teman-teman kelas C angkatan 2009. Terimakasih untuk kebersamaan dan segala proses yang pernah dilalui. Semoga kita sukses selalu.

11. Mbak Veenu, M.Si yang telah memberikan kesempatan dan pengalaman yang bermanfaat untuk bergabung di biro FOCUS Psikologi.

12. Teman-teman Crew Radio Masdha FM angkatan 2009, terimakasih untuk proses dinamikanya selama 2 tahun.

(14)

14. Alumni SD Tarakanita 5 dan SMP Tarakanita 4 Jakarta Timur, terimakasih sudah mengajarkan penulis mengenai betapa petingnya bersaing secara akademik.

15. Semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas semua dukungan dan doanya sehingga karya ini dapat diselesaikan dengan baik

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna menunjang kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut

Penulis,

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN MOTTO iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ix

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xvii

DAFTAR SKEMA xviii

DAFTAR LAMPIRAN xix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 9

1. Manfaat Teoretis 9

(16)

BAB II LANDASAN TEORI 11

A. Perilaku Seksual 11

1. Definisi Perilaku Seksual 11

2. Tahap-tahap Perilaku Seksual 12 B. Karakteristik Anak Usia 8-10 Tahun

(Masa Akhir Anak-anak) 18

1. Definisi Masa Anak-anak 18

2. Karakteristik Perkembangan Masa Akhir Anak-anak 19

C. Perilaku Seksual Anak 20

1. Tahap Perkembangan Perilaku Seksual Anak

Hingga Remaja 20

2. Bentuk Perilaku Seksual Anak Hingga Remaja 32 3. Bentuk Perilaku Seksual Anak Hingga Remaja

dalam Tingkatan Intensitas 36

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Anak Hingga Remaja 38

D. Lagu 40

1. Definisi Lagu 40

2. Unsur-unsur pada Lagu 41

3. Fungsi Lagu Bagi Anak-anak 43

(17)

E. Keterpaparan 48

F. Proses Belajar 49

G. Dinamika Hubungan Keterpaparan Lagu Dewasa Lirik Percintaan dengan Perilaku Seksual pada Akhir Masa

Anak-anak 50

H. Hipotesis 55

BAB III METODE PENELITIAN 56

A. Jenis Penelitian 56

B. Identifikasi Variabel Penelitian 57

C. Definisi Operasional 57

1. Keterpaparan Lagu Dewasa dengan Lirik Percintaan 57

2. Perilaku Seksual Anak 58

D. Subjek Penelitian 59

E. Metode Pengumpulan Data 60

1. Skala Rating Keterpaparan Lirik Lagu 61 2. Skala Rating Perilaku Seksual Anak 63

F. Prosedur Penelitian 66

G. Kredibilitas Alat Ukur 67

1. Validitas 67

2. Reliabilitas 68

(18)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 69

A. Pelaksanaan Penelitian 69

B. Data Demografi Subjek Penelitian 70

C. Deskripsi Data Penelitian 71

1. Deskripsi Data Statistik 71

2. Deskripsi Data Respon Subjek 76

D. Hasil Penelitian 80

1. Uji Asumsi 80

2. Uji Hipotesis 83

E. Pembahasan 84

BAB V PENUTUP 91

A. Kesimpulan 91

B. Saran 92

1. Bagi Orang Tua dan Guru 92

2. Bagi Penelitian Selanjutnya 92 3. Bagi Produser Musik Indonesia 93

DAFTAR PUSTAKA 94

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print Skala Rating Keterpaparan Lirik Lagu 62 Tabel 2 : Blue Print Skala Rating Perilaku Seksual Anak 65 Tabel 3 : Data Demografi Subjek Penelitian 70 Tabel 4 : Deskripsi Statistik Data Empiris Skala Keterpaparan

Lirik Lagu Dewasa 71

Tabel 5 : Perbandingan Data Empirik dan Data Teoritik Skala

Keterpaparan Lirik Lagu Dewasa 72 Tabel 6 : Kriteria Kategorisasai Variabel Keterpaparan Lirik

Lagu Dewasa 74

Tabel 7 : Deskripsi Statistik Data Empiris Skala Perilaku Seksual

Anak 74

Tabel 8 : Perbandingan Data Empirik dan Data Teoritik Skala

Perilaku Seksual Anak 75

Tabel 9 : Kriteria Kategorisasi Variabel Perilaku Seksual Anak 76 Tabel 10 : Deskripsi Respon Subjek terhadap Keterpaparan Lirik

Lagu Dewasa 77

Tabel 11 : Deskripsi Respon Subjek terhadap Perilaku Seksual

Anak 78

Tabel 12 : Hasil Uji Normalitas 81

Tabel 13 : Hasil Uji Linearitas 82

(20)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Hubungan Keterpaparan Lagu Dewasa Lirik Percintaan

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala Rating Keterpaparan Lagu Dewasa Lirik Percintaan 98 Lampiran 2 : Skala Rating Perilaku Seksual Anak untuk Orang Tua 101 Lampiran 3 : Skala Rating Perilaku Seksual Anak untuk Guru 110 Lampiran 4 : Pembobotan Aitem Skala Rating Perilaku Seksual Anak 119 Lampiran 5 : Hasil Skor Total Keterpaparan Lirik Lagu Dewasa 124 Lampiran 6 : Hasil Skor Perilaku Seksual Anak dari Orang Tua 127 Lampiran 7 : Hasil Skor Perilaku Seksual Anak dari Guru 134

Lampiran 8 : Hasi Uji Asumsi 141

Lampiran 9 : Hasil Uji Hipotesis 143

Lampiran 10 : Respon Subjek terhadap Keterpaparan Lirik Lagu

Dewasa Percintaan 145

Lampiran 11 : Lirik Lagu dengan Frekuensi Sering Didengar oleh

Anak 150

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara selalu dituntut untuk dapat dinamis dalam mengikuti perkembangan globalisasi. Salah satu perkembangan yang terjadi di arus global ini ialah perkembangan trend dengan konsep budaya pop. Dunia seakan menjadi tempat untuk menampung derasnya aliran budaya pop yang hadir melalui ruang dan waktu. Secara disadari atau tidak, jenis budaya ini telah mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya. Menurut McQual, 1996 (dalam Mahar, 2012) wujud budaya pop beraneka macam, misalnya bahasa, teknologi, busana, tata cara, dan musik.

Musik merupakan gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai penyaluran pikiran dan perasaan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), musik adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan. Secara umum, musik dikelompokkan menurut kegunaannya menjadi tiga ranah besar, yaitu musik seni, musik tradisional dan musik populer (Wikipedia, 2013).

(23)

diungkapkan oleh Storey, John (2008), “Budaya musik pop seperti lagu,

majalah, konser, festival, film dan sebagainya membantu memperlihatkan

pemahaman akan identitas di kalangan muda.” Fenomena budaya pop

menyebabkan para produser musik di Indonesia saling berlomba-lomba menciptakan lagu dengan aliran pop yang khususnya ditujukan untuk kalangan muda dan mulai meninggalkan lagu anak-anak, sehingga secara perlahan anak mulai disuguhi oleh lagu dewasa.

Pada dasarnya anak suka mendengarkan semua jenis lagu karena lagu dapat dijadikan sarana hiburan untuk anak-anak. Lagu merupakan sarana hiburan yang paling mudah ditemui, ekonomis, dan dapat didengar bersamaan dengan melakukan aktivitas lain. Oleh sebab itu, lagu dapat didengar dimana saja dengan bersamaan melakukan aktivitas lain, seperti saat bermain dan di dalam mobil saat menuju perjalanan. Mendengarkan musik dan lagu juga merupakan hiburan yang populer di kalangan anak-anak. Mendengarkan musik dan berbicara tentang lagu yang disukai dengan teman sebayanya dapat berfungsi sebagai pengikat yang mendukung penerimaan sosial (Hurlock, 1990).

(24)

Lagu (nyanyian) anak adalah lagu yang pantas didengarkan dan dinyayikan untuk anak-anak yang terkandung unsur hiburan maupun unsur pendidikan juga (Ibu & balita, 2013). Namun sangat disayangkan lagu anak di era sekarang semakin langka di dengar. Secara perlahan musik anak di Indonesia tidak mendapatkan tempat seperti era-era sebelumnya. Sepinya lagu anak tersebut juga tidak terlepas dari masalah industri musik di Indonesia, dimana lagu anak adalah salah satu industri musik yang tidak menguntungkan untuk era ini.

Berdasarkan dari segi keuntungan dan pendapatan, para produser musik di Indonesia lebih berminat pada lagu-lagu dewasa yang komersial sehingga menyebabkan jumlah lagu anak lebih sedikit dibandingkan dengan lagu dewasa. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya program musik di televisi dengan konten lagu-lagu dewasa yang berlomba-lomba dalam mencapai rating yang tinggi (Utari, 2013). Oleh karena itu, banyak dari anak-anak yang akhirnya mendengarkan lagu dengan lirik dewasa yang tidak sesuai dengan perkembangannya sehingga sangatlah wajar apabila sebagian besar anak jaman sekarang lebih mudah menyanyikan lagu dengan lirik cinta dewasa dibandingkan menyanyi lagu anak.

(25)

ungkapkan oleh Direktur Utama Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Sumadi, mengatakan, sepuluh tahun belakangan ini, lagu-lagu anak hampir tidak ada sama sekali. Bahkan penyanyi cilik saat ini cenderung menyanyikan lagu orang-orang dewasa. Anak-anak seakan-akan tidak diberikan pilihan untuk mendengarkan lagu yang sesuai dengan umurnya melainkan di sodorkan lagu-lagu orang dewasa.

Lagu orang dewasa merupakan lagu yang layak dikonsumsi oleh tingkat dewasa yaitu diatas usia dua puluh tahun ke atas, sedangkan lagu anak-anak merupakan lagu yang dikhususkan untuk dikonsumsi oleh anak yang berusia 4 hingga 16 tahun. Berdasarkan lirik dan tema, lagu anak-anak dan lagu orang dewasa juga sangat berbeda. Lirik lagu pada lagu anak-anak memiliki lirik yang ringan, seperti adanya pengulangan nada dan kata yang sama, sedangkan lirik pada lagu orang dewasa biasanya memiliki makna yang lebih mendalam. Begitupun dari segi tema lagu, lagu anak-anak lebih bertemakan kepada kehidupan anak-anak itu sendiri, seperti sekolah, orangtua, guru, teman, dan binatang peliharaan. Lagu orang dewasa biasanya bertemakan hubungan antara pria dan wanita dalam percintaan (Ibu & balita, 2013).

(26)

terjadi di kalangan anak SD. Hal ini dikarenakan permasalahan kehidupan orang dewasa disampaikan melalui lirik-lirik lagu yang dapat mengakibatkan anak-anak menelan mentah-mentah lirik pada lagu tersebut.

Fenomena ini juga menjadi salah satu sorotan keprihatinan Dr. Seto Mulyadi yang merupakan ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak. Beliau sempat menyampaikan pendapatnya bahwa anak-anak zaman sekarang disuguhi dengan lagu-lagu dewasa yang bukan untuk mereka (Lampost, 2013). Kenyataannya lagu dewasa yang sering dinyanyikan anak-anak dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak. Hal ini dikarenakan isi lagu dewasa penuh dengan tema percintaan, kisah asmara, jatuh cinta antara kedua insan, dan cenderung berbau porno (Faldana, 2011).

(27)

ingatannya dengan baik melalui belajar menggunakan bantuan-bantuan memori seperti pengulangan verbal secara terus-menerus.

Pada usia 8 hingga 10 tahun, karakteristik sosial emosi anak juga berada pada tahap pengenalan gender dengan ruang gerak hubungan sosial yang semakin luas. Reaksi emosional pada anak juga lebih bervariasi, seperti rasa takut, rasa marah, cemburu, kegembiraan dan kasih sayang (Hurlock,1990). Pemahaman emosional anak juga semakin tinggi bila dibandingkan masa sebelumnya. Sehubungan dengan karakteristik perkembangan anak usia 8 hingga 10 tahun tersebut, maka sungguh mudah bagi seorang anak untuk menerima dan mengingat suatu lagu termasuk lagu dengan lirik dewasa. Oleh karena itu, anak yang terbiasa terpapar lagu dengan lirik tersebut dikhawatirkan akan ditiru ke dalam kehidupan kesehariannya khususnya dalam perilaku seksualnya.

(28)

seks tersebut. Oleh karena itu pada umumnya anak akan berusaha memperoleh informasi dari buku atau bertukar cerita maupun lelucon dengan teman-temannya (Hurlock, Elizabeth B. 1990).

(29)

Dengan dilatarbelakangi keprihatinan penulis akan fenomena pemaparan lagu dewasa lirik percintaan terhadap anak-anak dan meningkatnya perilaku seksual pada anak-anak, maka timbul ketertarikan khusus bagi penulis untuk membuat penelitian mengenai hubungan pemaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual khususnya pada akhir masa anak-anak. Peneliti memiliki dugaan bahwa semakin tinggi keterpaparan lagu dewasa dengan lirik percintaan maka semakin mempengaruhi perilaku seksual pada anak, khususnya akhir masa anak-anak yang berusia 8-10 tahun. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari fenomena tersebut yang di dikhawatirkan nantinya dapat menjadi

“bom waktu” bagi penyimpangan perilaku anak-anak ke depannya khususnya

dalam perilaku seksualnya.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan positif antara tingkat keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan dan tingkat perilaku seksual anak?

C. Tujuan Penelitian

(30)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis

a. Bagi Ilmuwan Psikologi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu psikologi perkembangan pada anak, khususnya tentang hubungan pemaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak.

b. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi pada penelitian berikutnya yang ada kaitannya dengan perilaku seksual anak. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orangtua

Memberikan masukan bagi orang tua untuk memberikan pendampingan bagi anak-anaknya untuk mendengarkan lagu yang sesuai dengan umurnya sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan umurnya baik secara psikologi maupun bahasa serta pembentukan karakter anak.

b. Bagi Prosedur Musik Indonesia

(31)
(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Seksual 1. Definisi Perilaku Seksual

Secara harafiah kata seks mengacu pada aktivitas biologis yang berhubungan dengan alat kelamin (genitalia). Akan tetapi, pengertian seks yang menekankan pada keadaan anatomis dan biologis sebenarnya hanyalah pengertian sempit dari apa yang dimaksud dengan seksualitas. Para ahli berpendapat bahwa seks dapat memicu atau menghasilkan suatu perilaku. Hal ini dikarenakan, seksualitas merupakan keseluruhan kompleksitas emosi, perasaan, kepribadian dan sikap seseorang yang berkaitan dengan perilaku serta orientasi seksualnya (Gunawan,1993).

Pengertian seksual secara umum menurut Gunawan (1993) mencakup:

a. Sex act (tindakan seksual)

Pengertian seks yang dikonotasikan pada persetubuhan. Berdasarkan tujuannya sex acts dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, bertujuan untuk memiliki anak (sex as procreational), kedua, untuk sekadar mencari kesenangan (sex as recreational) dan ketiga, dimaksudkan sebagai bentuk ungkapan penyatuan rasa, seperti cinta

(33)

b. Sexual behavior (perilaku seksual)

Pengertian seksual yang bersifat psikologis, seperti cara berpakaian yang seronok, gerak-gerik yang erotis, membaca majalah porno dan gambar-gambar yang sensual, serta ketertarikan pada pesona lawan jenis.

Nevid, Rathus (1995), mendefinisikan perilaku seksual sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi.

Menurut Sarwono (1985), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk perilaku seksual ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai pada munculnya tindakan untuk berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya dapat berupa orang lain, seseorang dalam khayalan maupun diri sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa perilaku seksual adalah tindakan yang dilakukan untuk mengekspresikan peraasaan erotis atau perasaan afeksi, tidak hanya dikaitkan dengan persetubuhan namun juga dapat bersifat psikologis.

2. Tahap-tahap Perilaku Seksual

(34)

a. Bergandengan tangan dan memegang

Bergandengan tangan dan memegang adalah salah satu bentuk dari sentuhan. Sentuhan merupakan bentuk perilaku ataupun maksud suatu arti dari beberapa hal, seperti mengucapkan salam dan memberi selamat. Ditingkat yang lebih tinggi lagi sentuhan dapat diartikan untuk memberikan rasa aman dan kepercayaan. Akan tetapi, disisi yang lain sentuhan berarti pula untuk mendapatkan kesenangan seksual.

b. Berpelukan

Berperlukan merupakan bentuk ungkapan kasih sayang ataupun untuk mendapatkan kesenangan seksual. Berpelukan untuk kasih sayang dapat berupa pelukan selamat tinggal sedangkan berpelukan untuk kesenangan seksual berupa tindakan pelukan dengan saling meraba tubuh pasangan.

c. Berciuman

Berciuman merupakan salah satu bentuk sentuhan yang merupakan simbol afeksi dan dapat bersifat sangat sensual. Ciuman yang tergolong simbol afeksi berupa ciuman ringan seperti cium kening, cium pipi sedangakan ciuman yang bersifat sensual seperti ciuman bibir dan leher (necking).

d. Menyentuh daerah sensitif

(35)

e. Memegang alat kelamin

Menyentuh dengan memberi stimulus pada alat vital akan memberi kesenangan secara seksual, dikarenakan daerah genital merupakan salah satu bagian tubuh yang sensitif ketika disentuh. Bila pasangan saling memegang alat kelamin hingga memberikan stimulasi secara kontinyu, sering disebut saling masturbasi.

f. Petting

Petting adalah kontak fisik antara pria dan wanita dengan tujuan

untuk menghasilkan kesenangan seksual tanpa coitus (tanpa memasukan penis ke vagina). Beberapa pendapat menyatakan bahwa

petting dilakukan untuk mengekspresikan perilaku seksual dengan tetap

menjaga keperawanan pada perempuan.

g. Oral genital sex

Oral genital sex merupakan perilaku seksual dengan cara

pemberian stimulus genital oleh mulut. Pemberian stimulus genital oleh mulut biasanya dilakukan sebelum seseorang melakukan coital seksual.

Oral genital seksual dapat berupa jilatan, hisapan dan gigitan.

h. Anal sex

Anal sex adalah perilaku seksual dengan penetrasi pada anus

oleh penis pria atau dengan menggunakan alat lain.

(36)

Coital sex play adalah hubungan seksual dengan memasukan penis ke vagina. Oleh karena itu, coital sex play sering disebut vaginal sex dalam hubungan seksual heteroseksual. Perilaku seksual ini dianggap normal dan wajar.

Menurut Rathus, dkk., (2008) tahap dari perilaku seksual meliputi: a. Menyentuh

Sentuhan ini mengandung arti kesenangan seksual. Beberapa bentuk dari menyentuh yaitu memegang, memeluk dan sentuhan

nongenital.

b. Mencium

Ciuman dilakukan dengan menyentuh satu sama lain dengan bibir. Bentuk ciuman tersebut bersifat afeksi namun juga bisa bersifat sensual. Ciuman afeksi bisa dalam bentuk mencium tangan, pipi, kening sedangkan ciuman yang bersifat sensual berupa ciuman leher dan bibir. Ciuman bibir mempunyai 2 jenis yaitu ciuman sederhana dan ciuman yang dalam. Ciuman sederhana yaitu pasangan berciuman dalam keadaan bibir tertutup. Ciuman yang dalam yaitu ciuman yang dilakukan dengan cara memasukan lidah dalam mulut satu sama lain sehingga dalam ciuman ini masing-masing membuka mulutnya secara lebar.

c. Stimulasi payudara

(37)

perempuan. Tangan dan mulut dapat digunakan untuk memberi stimulus pada payudara dan puting. Hal ini disebabkan payudara dan puting merupakan salah satu daerah sensitif.

d. Stimulasi oral-genital

Stimulus oral-genital adalah stimulus yang dilakukan pada alat genital menggunakan mulut. Pemberian stimulus pada alat kelamin laki-laki oleh lidah dan mulut dinamakan fellatio sedangkan pemberian stimulus pada alat kelamin perempuan oleh lidah dan mulut dinamakan

cunnilingus. Fellatio ini dilakukan dengan menghisap penis.

Cunnilingus dilakukan dengan mencium, menjilat area alat kelamin

perempuan terutama klitois.

e. Sexual intercourse

Sexual intercourse atau coitus (berasal dari bahasa latin coire)

adalah aktivitas seksual antara laki-laki dan perempuan dengan cara memasukan penis ke dalam vagina.

Menurut Schofield (1965) menyimpulkan bahwa tahap perilaku seksual meliputi:

a. Perilaku berkencan (dating), merupakan salah satu perilaku seksual dimana individu ingin bertemu dengan lawan jenisnya dan membawanya berpergian.

b. Mencium

c. Petting, misalnya seperti menyentuh payudara dalam keadaan

(38)

menyentuh alat kelamin dalam keadaan berpakaian, menyentuh alat kelamin dalam keadaan tidak berpakaian.

d. Sexual Intercourse

Berdasarkan uraian diatas mengenai tahap-tahap perilaku seksual secara umum menurut Master (1982), Rathus (2008) dan Schofield (1965) maka dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual diawali dari tahap yang paling rendah sampai tahap paling tinggi, yaitu:

a. Berkencan (Schofield)

b. Bersentuhan (Master, Rathus)

1) Bergandengan atau memegang tangan 2) Merangkul

3) Berpelukan

c. Berciuman (Master, Rathus, Schofield)

Berciuman merupakan salah satu bentuk penyampaian simbol afeksi dan dapat bersifat sangat sensual.

1) Ciuman afeksi, seperti cium tangan, cium kening, cium pipi 2) Ciuman yang bersifat sensual, seperti

i. Ciuman leher (necking)

(39)

d. Petting (Master, Rathus, Schofield) 1) Menyentuh daerah sensitif, seperti:

i. Menyentuh payudara dalam keadaan berpakaian ii. Menyentuh payudara dalam keadaan tidak berpakaian iii.Menyentuh alat kelamin dalam keadaan berpakaian iv.Menyentuh alat kelamin dalam keadaan tidak berpakaian

2) Saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan berpakaian dan tidak berpakaian

3) Oral genital, seperti jilatan, hisapan dan gigitan

4) Anal genital

e. Hubungan seksual (Master, Rathus, Schofield)

B. Karakteristik Anak Usia 8-10 Tahun (Masa Akhir Anak-anak) 1. Definisi Masa Akhir Anak-anak

Menurut Hurlock (1990) pada periode perkembangan utama menyatakan bahwa masa kanak-kanak terdiri dari rentang usia 2 tahun sampai masa remaja. Pada periode ini anak-anak terdiri dari 2 masa, yaitu: a. Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun)

Merupakan usia prasekolah atau “prakelompok”. Pada masa ini

anak berusaha mengendalikan lingkungannya dan sudah mulai belajar mengendalikan dirinya secara sosial.

(40)

Merupakan usia sekolah atau “usia kelompok”. Oleh karena itu,

perkembangan utama dari periode ini ialah sosialisasi. Akhir masa kanak-kanak juga merupakan periode dimana terjadinya kematangan seksual dan dimulainya masa remaja.

2. Karakteristik Perkembangan Masa Akhir Anak-anak

Berikut berbagai macam karakteristik perkembangan masa akhir anak-anak (Hurlock, 1990) :

a. Perkembangan Kognitif

Mengacu pada teori Piaget, masa akhir anak memasuki tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah konkret (aktual). Anak dapat berpikir lebih logis serta dapat memahami konsep percakapan. Ingatan anak pada masa ini juga mencapai intensitas paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan daya memori adalah paling kuat.

b. Perkembangan Emosional

(41)

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada akhir masa anak-anak memiliki hubungan yang lebih luas dengan anak lain dibandingkan dengan masa prasekolah. Pada periode ini, permainan yang bersifat individual berkurang dan digantikan dengan permainan kelompok. Anak juga menjadi anggota dari suatu kelompok teman sebaya yang secara bertahap dapat menggantikan keluarga dalam memperngaruhi perilaku d. Perkembangan Seksual

Masa akhir anak memiliki minat seks yang meningkat dan biasanya mencapai puncaknya selama periode perubahan pubertas. Minat anak terhadap seks semakin meningkat karena hubungan dengan teman sebaya bertambah erat. Tekanan teman sebaya merupakan suatu hal yang lumrah untuk mengobrol tentang seks. Bila sedang berkumpul dengan anggota teman sebaya, maka kemampuan menceritakan atau mengerti lelucon porno dan menangkap humornya dapat memperbesar reputasi anak sebagai anak yang sportif.

C. Perilaku Seksual Anak

1. Tahap Perkembangan Perilaku Seksual Anak Hingga Remaja

(42)

pada tahap perilaku seksual remaja. Peneliti menggunakan tahap perkembangan perilaku seksual anak hingga remaja menurut Rathus (2008), Wenar (1999), Sugiasih dan Wuryani (2008).

Berikut tahap perkembangan perilaku seksual anak hingga remaja menurut Rathus (2008) :

a. Bayi (0-2 tahun)

Perilaku seksual sudah tampak pada janin. Teknik imaging dengan ultrosound telah menunjukkan bahwa janin laki-laki memiliki ereksi saat di kandungan. Anak laki-laki tidak hanya mengalami ereksi saat di dalam rahim. Kenyataannya banyak anak laki-laki lahir dengan kondisi ereksi. Ereksi adalah refleks yang mulai muncul sejak awal kehidupan. Sebagian besar anak laki-laki mengalami ereksi selama beberapa minggu pertama kelahirannya, sedangkan tanda-tanda gairah seksual pada bayi perempuan tampak pada pembengkakan dan pelumasan di vagina, namun sulit dideteksi (Mazur, 2006 dalam Rathus,dkk., 2008). Akan tetapi jangan menafsirkan refleks seksual pada anak-anak sesuai dengan konsep seksualitas pada orang dewasa. Ereksi dan pelumasan pada vagina tidak selalu berarti mengenai kepentingan atau minat seks pada anak.

(43)

sensitivitas lapisan mukosa pada mulut. (Rathus, Nevid & Fichner-Rathus, 2008). Memberikan stimulasi pada alat kelamin juga menghasilkan kesenangan pada bayi. Seperti orangtua yang menyentuh alat kelamin bayi pada saat mereka membersihkannya, maka bayi akan tersenyum atau menjadi bersemangat. Bayi menemukan kesenangan untuk diri mereka sendiri (masturbasi) ketika mereka memperoleh kemampuan untuk menggerakan kelamin dengan menggunakan tangan mereka. Oleh karena itu, perilaku seks yang sering ditunjukan balita adalah menyentuh alat kelamin diri mereka sendiri, saat telanjang. Mereka akan meraba menarik atau mengusap kelaminnya. Hal ini wajar karena pada tahap ini mereka mendapatkan perasaan nyaman dan mereka sedang tertarik pada tubuh mereka.

(44)

2008). Pada usia ini pula, anak masih belum terlalu mengerti tentang

“malu” dalam keadaan telanjang sehingga anak sering tertarik untuk

melihat tubuhnya sendiri dan tubuh teman-temanya. b. Masa Kanak-kanak (3-8 tahun)

Pada usia 3 dan 4 tahun biasanya anak mengungkapkan kasih sayangnya melalui ciuman. Pada tahap ini rasa ingin tahu tentang alat kelamin juga meningkat. Anak juga semakin sering saling menunjukkan satu sama lain alat kelaminnya (Pike, 2005 dalam Rathus,dkk., 2008). “Aku akan menunjukkan milikku jika kamu mau menunjukkan milikmu juga.” Permainan seks seperti “show” dan bermain dokter menjadi

lebih sering dilakukan pada usia 6 dan 10 tahun (Pike, 2005 dalam Rathus,dkk., 2008).

Permainan “show” biasanya terjadi pada saat anak laki-laki

(45)

Beberapa Perilaku Seksual yang Umum Terjadi pada Masa Kanak-kanak

Laki-laki Perempuan

Usia 2-5 tahun

Mencoba menyentuh payudara Ibu atau perempuan lain

Menyentuh bagian-bagian pribadi ketika di rumah

Mengintip orang lain ketika telanjang atau menanggalkan pakaian

42,4% 43,7%

60,2% 43,8%

26,8% 26,9%

Usia 6-9 tahun

Menyentuh bagian-bagian sensitif tubuh ketika di rumah

Mengintip orang lain ketika telanjang atau menanggalkan pakaian

(46)

c. Pra-remaja (9-13 tahun)

Beberapa perilaku praremaja pada umumnya terkait dengan seksual, misalnya menjalin hubungan dengan sahabat dari jenis kelamin yang sama, sehingga mereka dapat saling berbagi rahasia dan kepercayaan. Walaupun demikian minat mereka terhadap lawan jenis mulai meningkat secara bertahap ketika mereka sudah mendekati pubertas. Pada tahap ini pula anak perempuan sebagian besar

memberikan julukan “norak atau gombal” pada anak laki-laki.

Ketika anak memasuki usia 10 – 13 tahun, anak lebih terfokus pada hubungan sosial dan harapan serta mulai mengalami perasaan seksual yang lebih jelas. Berbagai macam kegiatan berkelompok dengan lawan jenis telah memberikan praremaja pengalaman terhadap kegiatan heteroseksual, namun pada umumnya mereka tidak akan berpasangan atau berpacaran sampai masa remaja.

(47)

rekan-rekannya (2002) juga menyatakan bahwa frekuensi melakukan masturbasi juga terkait dengan norma-norma sosial yang menilai bahwa masturbasi lebih dapat diterima atau terlihat normal bagi laki-laki daripada perempuan.

d. Remaja (13-21 tahun)

Remaja memiliki hasrat seks yang tinggi dikarenakan adanya lonjakan hormon seks. Dorongan seks yang tinggi pada remaja juga didukung oleh media di sekeliling remaja yang pada umumnya bertemakan seksual akan tetapi aktivitas mereka biasanya masih dibatasi oleh orangtua (McGue et al, 2005; Renk et al., 2005).

Organ seksual yang dimiliki remaja juga sudah mengalami kematangan, sehingga membuat remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar akan hal yang berhubungan dengan seksualitas. Hasrat seks yang tinggi serta didukung adanya rasa ingin tahu, maka menyebabkan para remaja akan mencari informasi dari berbagai macam sumber secara mandiri.

(48)

mencapai tahap keinginan untuk berpasangan dan pergi keluar dengan seorang gadis atau laki-laki tertentu.

Hubungan seksual sebelum menikah juga merupakan salah satu masalah seksualitas yang sering terjadi pada tahap remaja. Masalah tersebut pada umumnya dimotivasi oleh sejumlah faktor, diantaranya masa pubertas mengalami lonjakan hormon seks yang secara langsung akan mengaktifkan gairah seksual khususnya hal ini lebih banyak terjadi pada laki-laki (Peplau, 2003 dalam Rathus,dkk., 2008).

Masturbasi adalah penyaluran seksual utama selama masa remaja. Survei menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih mungkin melakukan masturbasi dibandingkan perempuan. (Larsson & Svedin, 2002 dalam Rathus,dkk., 2008 ). Petting juga merupakan salah satu perilaku seksual yang praktis dan banyak dilakukan oleh beberapa generasi remaja. Banyak remaja yang melakukan petting untuk mengekspresikan kasih sayang, memuaskan rasa ingin tahu mereka, meningkatkan gairah seksual dan mencapai orgasme dengan tetap mempertahankan keperawanan serta menghindari kehamilan (Larsson & svrdin, 2002 dalam Rathus,dkk., 2008). Perilaku oral sex juga meningkat diiringi dengan bertambahnya usia, khususnya pada remaja.

Berikut penjelasan tahap perkembangan perilaku seksual anak hingga remaja menurut Wenar, (1999) :

(49)
(50)

tertarik dengan pasangan lawan jenis atau yang disebut heteroseksual. Pada tahap ini seseorang juga akan menjalani hubungan secara fisik dan psikologis dengan orang lain sebagai usaha mencapai kepuasan seksual.

Berikut penjelasan tahap perkembangan perilaku seksual anak pada usia 4 hingga 6 tahun menurut Sugiasih dalam Proyeksi, Vol.6:

Perilaku seksual pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun adalah: (1) Menyentuh bagian-bagian pribadi mereka di depan umum, (2) Menggosok- gosokkan bagian pribadi mereka dengan tangan atau benda yang lain, (3) Mencoba untuk menyentuh payudara Ibu atau wanita lain, (4) Mencoba untuk melepas baju mereka di depan umum, (5) Mencoba untuk melihat orang lain yang sedang telanjang dan (6) Mengajukan pertanyaan tentang bagian-bagian tubuh mereka beserta fungsinya. Pada usia 4 – 6 tahun perilaku seksual yang pada umumnya muncul adalah : (1) Menjelajah bagian-bagian tubuh mereka sendiri dengan teman-teman

seusianya, misalnya dengan bermain “dokter-dokteran”, (2) Meniru

perilaku orang dewasa, misalnya mencium, memegang tangan teman lawan jenisnya, (3) Menyebutkan organ-organ vitalnya dengan istilah mereka sendiri.

Berikut penjelasan tahap perkembangan perilaku seksual anak pada usia 6 hingga 10 tahun menurut Wuryani (2008) pada buku Pendidikan Sex Untuk Keluarga:

(51)

perempuan, 8 tahun anak mulai menyinggung masalah seks, 9 tahun mulai berbicara tentang seks dengan teman sebayanya dan menggunakan istilah seksual dalam mengucapkan kata-kata kotor atau membuat puisi dan mulai belajar tentang organ seks mereka sendiri, dan pada umur 10 tahun anak akan belajar dari temannya tentang menstruasi dan hubungan dengan lawan jenis. Anak usia sekolah yang memasuki umur 10 tahun minat dan kebutuhan terhadap materi seks bertambah dramatis. Ini karena terjadi perubahan fisik dan emosi didalam dirinya. Berfikir tentang seks lebih dari sebelumnya dan berbicara tentang materi seks dengan temannya, yang sama-sama tidak mendapatkan informasi seperti dirinya.

Berdasarkan tahap perkembangan perilaku seksual anak menurut Rathus (2008), Wenar (1999), Sugiasih dan Wuryani (2008) yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti merangkum tahap perilaku seksual anak hingga remaja. Berikut penjelasannya:

a. Masa Kanak-kanak Dini (2 sampai 6 tahun)

1) Mengungkapkan rasa ingin tahu mengenai lingkungan dan orang-orang disekitarnya dengan cara memeluk, dipeluk, mencium dan naik di atas tubuh orang lain (Rathus, 2008).

2) Meniru perilaku orang dewasa (Sugiasih, 2008), misalnya mencium, memegang tangan teman lawan jenisnya.

(52)

sebaya maupum orang lain orang dewasa (Rathus, 2008; Wenar, 1999).

4) Masturbasi (Rathus, 2008; Wenar, 1999; Sugiasih, 2008), seperti menyentuh bagian-bagian pribadi mereka di depan umum, menyentuh bagian-bagian sensitifnya ketika di rumah, menggosok- gosokkan bagian pribadi mereka dengan tangan atau benda yang lain, meraba, menarik atau mengusap kelaminnya, melakukan masturbasi bersama-sama.

5) Menunjukkan rasa ingin tahu mereka tentang anatomi seksual (Rathus, 2008; Wenar, 1999; Sugiasih, 2008), seperti bermain dokter-dokteran, ingin melihat orang tua mandi, menyentuh payudara Ibu atau wanita lain, mencoba untuk melihat orang lain yang sedang telanjang, menyelidiki alat kelamin anak-anak lain, mengajukan pertanyaan tentang bagian-bagian tubuh mereka beserta fungsinya, menunjukkan satu sama lain alat kelaminnya dengan anak sebayanya.

b. Masa Akhir Kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki)

(53)

2) Sudah mengerti bahwa masturbasi dapat memunculkan kenikmatan sendiri sehinga memunculkan orgasme (Rathus, 2008)

3) Masturbasi (Rathus, 2008; Wenar, 1999)

4) Mulai tertarik dengan lawan jenis namun pada umumnya mereka tidak akan berpasangan atau berpacaran sampai masa remaja (Rathus, 2008; Wenar, 1999).

c. Remaja

1) Remaja mulai mencari informasi mengenai topik seksual dari berbagai macam sumber secara mandiri, seperti membaca majalah dewasa, menonton blue film (Rathus, 2008)

2) Kencan pertama (Rathus, 2008) 3) Masturbasi (Rathus, 2008) 4) Petting (Rathus, 2008) 5) Oral sex (Rathus, 2008)

6) Hubungan seksual (Rathus, 2008)

2. Bentuk Perilaku Seksual Anak Hingga Remaja

(54)

1991). Buklet CSBI terdiri atas 38 item yang mencakup perilaku seksual dengan 8 domain utama (psychassessment, 2012), yaitu:

a. Isu-isu batas perilaku seksual, misalnya seperti mencium orang lain yang bukan merupakan anggota keluarga, memeluk orang lain yang tidak terlalu dikenal.

b. Ketertarikan seksual, misalnya seperti tertarik melihat gambar telanjang atau orang yang berpakaian minim, nampak sangat tertarik dengan lawan jenis.

c. Eksibisionisme, misalnya seperti menunjukkan kemaluan atau bagian pribadi kepada orang lain, melepas pakaian sendiri di depan orang lain, berjalan-jalan hanya memakai pakaian dalam.

d. Perilaku peran gender, misalnya seperti berpakaian seperti lawan jenis, berbicara mengenai keinginan menjadi lawan jenis, mencoba menirukan lawan jenis ketika bermain.

e. Pengetahuan seksual , misalnya seperti menirukan gerakan hubungan intim, berbicara mengenai hubungan intim, mencoba menirukan suara erotis.

f. Stimulasi oleh diri sendiri, seperti misalnya memegang atau menggosok kemaluan, mencoba memasukan benda-bensa ke kemaluan atau pantat. g. Perilaku mengintip, misalnya seperti melihat orang lain ketika mereka

sedang telanjang atau melepaskan pakaian.

(55)

Keseluruhan domain CSBI tidak digunakan dalam penelitian ini. Peneliti menyeleksi beberapa domain yang sesuai dengan tujuan dari penelitan sehingga dapat dipergunakan sebagai data pelengkap dalam membuat skala rating perilaku seksual anak. Domain yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya isu-isu batas perilaku seksual, ketertarikan seksual, eksibisionisme, pengetahuan seksual, stimulasi oleh diri sendiri dan perilaku mengintip.

Penelitian ilmiah dalam negeri juga banyak membahas mengenai bentuk perilaku seksual anak hingga remaja. Berikut beberapa hasil penelitian yang memberikan informasi mengenai bentuk perilaku seksual anak hingga remaja di Indonensia:

a. KOMNAS anak (2009)dalam Rahmawati (2012) mendapatkan, 97% anak SD pernah mengakses pornografi dari media internet. Berdasarkan data Depkominfo 2007, terdapat 25 juta pengakses internet di Indonesia dengan konsumen terbesar 90% adalah anak usia 8-16 tahun, 30% pelaku sekaligus korban pornografi adalah anak.

(56)

perkembangan anak seperti penyimpangan perilaku-perilaku seksual maupun perilaku yang tidak bermoral.

c. Menurut Observasi di Provinsi Nanggro Aceh Darussalam yang dilakukan oleh Lembaga Centra Muda Putro Phang (LCMPP) 2007 dalam Rahmawati (2012) yang bekerjasama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di dapatkan bahwa 115 anak yang bermasalah tentang perilaku seksual terungkap telah melakukan pacaran dan seks sebanyak 51,30%.

d. Berdasarkan penelitian yang pernah dilaksanakan di SD Negeri 16 Banda Aceh dengan jumlah subjek 390 siswa, ditemukan informasi bahwa siswa mengaku pernah memegang tangan teman lawan jenisnya. Adapun wali kelas yang menyatakan bahwa terdapat siswa yang sering mengganggu teman lawan jenisnya dengan mencium kawan sebangkunya.

e. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) ditemukan data mengenai perilaku seksual anak, diantaranya melihat ponografi 6,4%, bergaya seperti orang dewasa 5%, berkata kotor terkait seksual 5,3%, mencium teman lawan jenis 2,9%, melihat organ seksual orang lain 6,7%, dll.

(57)

definisi perilaku seksual menurut Gunawan, R (1993) pada penjelasan sebelumnya.

3. Bentuk Perilaku Seksual Anak Hingga Remaja dalam Tingkatan Intensitas

Pada penelitian ini perilaku seksual anak hingga remaja dalam tingkatannya ditentukan dengan menggunakan penjelasan sebelumnya yang ditinjau dari definisi perilaku seksual, tahap perilaku seksual, tahap perkembangan perilaku seksual anak hingga remaja, dan bentuk perilaku seksual anak. Keempat tinjauan tersebut digunakan untuk saling melengkapi satu sama lain.

(58)

tahapan perilaku seksual anak hingga remaja. Bentuk perilaku seksual anak sumbangannya untuk melengkapi daftar perilaku seksual.

Berikut adalah bentuk perilaku seksual anak hingga remaja dalam tingkatannya pada penelitian ini:

a. Bersifat psikologis

1) Berdandan dan menggunakan aksesoris 2) Berpakaian yang seronok

3) Mengucapkan kata-kata yang menunjukkan hubungan lawan jenis 4) Ketertarikan pada pesona lawan jenis

5) Mengucapkan kata-kata kasar atau mengumpat yang bersifat sensual 6) Melihat orang lain melepaskan pakaian

7) Melihat gambar-gambar sensual 8) Menonton film berkonten seksual b. Berkencan

c. Bersentuhan

1) Duduk berdempetan

2) Memegang tangan lawan jenis 3) Bergandengan tangan

4) Bersandar kepala di pundak 5) Merangkul

6) Berpelukan

7) Meraba tubuh lawan jenis

(59)

d. Berciuman

1) Mencium tangan 2) Mencium kening 3) Mencium pipi 4) Mencium bibir e. Pengetahuan seksual

1) Menirukan gerakan hubungan intim 2) Menirukan suara erotis

3) Berbicara mengenai hubungan intim dan topik seksual lainnya f. Stimulasi oleh diri sendiri

1) Menyentuh kemaluannya

2) Menempelkan atau menggesekkan alat kelaminnya dengan benda atau tubuh orang lain

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Anak Hingga Remaja

(60)

a. Perubahan hormonal

Perubahan hormonal dapat meningkatkan hasrat seksual. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku terntentu.

b. Penundaan usia perkawinan

Penyaluran perubahan hormonal tidak dapat dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan baik secara hukum menngenai undang-undang yang menetapkan batas usia menikah (16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki) maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang semakin tinggi untuk perkawinan (seperti, pendidikan, pekerjaan, persiapan mental).

c. Sikap orang tua

Sikap orang tua yang masih mentabukan pembicaraan seks dengan anak serta adanya ketidak terbukaan orang tua dengan anak mengenai diskusi seksualitas akan cenderung membuat jarak antara orangtua dan anak dalam masalah seksual.

d. Kurangnya informasi tentang seksual

Pada umumnya anak tidak dibekali pengetahuan mengenai seks. Dengan demikian anak akan mencari informasi sendiri dan berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat dan dapat disalah artikan oleh anak, seperti teman,majalah.

(61)

Pergaulan antara pria dan wanita juga memiliki peranan dalam meningkatkan perilaku seksual pada anak maupun remaja, khususnya pada pergaulan yang bebas.

f. Rangsangan seksual melalui media

Perilaku seksual yang tidak sesuai pada tahap perkembangan anak makin meningkat dikarenakan adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa dan teknologi canggih. Perkembangan anak yang sedang dalam tahap ingin mencoba dan memiliki rasa ingin tahu, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa.

Penulis memfokuskan pada faktor rangsangan seksual melalui media massa dikarenakan meningkatnya perilaku seksual yang disebabkan oleh penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa menjadi semakin marak. Pada era sekarang media massa dapat diakses semua kalangan masyarakat dan lapisan umur dengan mudah. Anak yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa. Salah satu bentuk hiburan dari media masa tersebut ialah lagu.

D. Lagu

1. Definisi Lagu

(62)

lain-lain) atau nyanyian. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan juga bahwa musik dan lagu merupakan dua hal yang berkaitan erat satu sama lain. Pengertian musik lebih luas dari pada pengertian lagu. Ada yang berpendapat bahwa lagu merupakan bagian dari satu karya musik. Karya musik sendiri meliputi karya musik yang mengunakan lirik (lagu) maupun karya musik tanpa lirik (instrumental)

Menurut Wikipedia (2013), lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu.

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa lagu adalah suara yang berirama dan terdapat unsur lirik yang saling berkesinambungan.

2. Unsur-unsur pada Lagu

Suatu karya musik terutama lagu terdiri dari unsur-unsur tertentu sebagai pembentuknya yang mempunyai kaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lain. Unsur-unsur tersebut diantaranya:

a. Nada

(63)

oleh notasi musik sebagai seperangkat atau sistem lambang (tanda) yang menggambarkan suatu nada.

b. Irama

Dalam proses penyusuan nada atau suara menjadi suatu karya musik, maka juga diperlukan unsur lain seperti irama atau ritme. Irama terdiri dari tempo dan dinamika. Tempo merupakan ukuran waktu, tempo menentukan turun naiknya atau cepat lambatnya suatu lagu. Adakalanya suatu lagu mempunyai irama yang lambat pada awalnya dan menjadi cepat saat bagian pengulangannya atau sebaliknya. Contohnya lagu-lagu perjuangan rata-rata mempunyai dinamika yang keras. Sedangkan lagu-lagu pop rata-ratanya mempunyai dinamika yang lemah.

c. Lirik/ Syair

(64)

sastra dengan unsur-unsur yang lainnya menjadi suatu kesatuan yang harmonis.

d. Arasemen

Arasemen menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, yaitu rangkaian, susunan. Unsur nada, irama dan lirik kemudian dikombinasikan menjadi suatu kesatuan yang harmonis dalam arasemen musik. Aransemen musik mempunyai peran besar dalam mengatur dan mengkombinasikan unsur-unsur suatu karya musik dan lagu yang ada. 3. Fungsi Lagu bagi Anak-anak

Menurut Gardner (dalam Sheppard, 2007), terdapat beberapa fungsi lagu bagi anak diantarantya:

a. Melatih otak kanan dan kiri b. Melatih kemampuan mendengar c. Mengubah mood anak

d. Belajar bersosialisasi e. Melatih anak berbicara

f. Memberikan ketenangan pada anak

g. Belajar Calistung (Membaca, Menulus, Berhitung) 4. Perkembangan Lagu di Indonesia

Era Sebelum 70-an

(65)

sedang melakukan perjuangan melawan Belanda dan Jepang, seperti lagu Maju tak gentar, Bandung lautan api, dll. Lagu-lagu pada era ini kebanyakan telah dijadikan sebagai lagu Nasional.

Era 70-an

Pada Era 70-an secara tema, di dominasi dengan percintaan dan kancah peperangan. Beberapa lagu yang menggunakan lirik berbahasa asing pada era ini akan dicekal dan masuk penjara, contohnya seperti Koes Bersaudara. Pada saat itu penguasa Orde Lama sangat anti Barat menurut pemerintahan Soekarno musik barat dianggap tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Pandangan tersebut mengakibatkan

semua lagu yang berbau rock‟n roll harus diberangus. Lagu-lagu yang

(66)

penyanyi dari sanggar-sanggar berprestasi (Harian Kompas Kamis, 30 Oktober 2008).

Era 80-an

Era 80-an sering di sebut era lagu-lagu patah hati. Jenis lagu didominasi lagu pop yang mendayu-dayu, bertempo lambat dan cenderung berkesan cengeng. Beberapa lagu sempat menjadi fenomenal, diantaranya

lagu „gelas-gelas kaca‟ dan lagu „hati yang luka‟ milik Betharia Sonata.

Lagu yang berjudul ”Aku masih seperti yang dulu‟, yang di

nyanyikan Dian Piesesha bahkan sampai terjual 2 juta kopi. Harmoko yang waktu itu menjabat sebagai mentri Penerangan mengatakan bahwa lagu era 80-an sebagai lagu „ngak-ngik-ngok‟. Harmoko melarang peredaran lagu -lagu jenis tersebut dengan alasan, membuat mental bangsa menjadi lemah, masyarakat jadi cengeng dan malas bekerja.

Era 90-an

(67)

bergoyang sedikit dan memainkan ekspresi muka ternyata dapat di terima masyarakat luas. Jenis musik ini ternyata cepat membuat bosan terutama setelah kematian Nike Ardilla dan tak adanya inovasi dari musisi.

Beberapa label rekaman kemudian mengeluarkan album kompilasi dari beberapa group musik yang mengambil aliran alternatif. Album-album kompilasi tersebut akhirnya menjadi trend dan laris-manis pada waktu itu. Beberapa nama yang terangkat pada trend ini, yaitu Padi, Cokelat, Peterpan, Sheila on7.

Era 90an penyanyi cilik juga cukup mendapatkan tempat di hati masyarakat. Lagu anak tahun 90an cukup banyak beredar di pasaran, seperti Bondan Prakosa dengan albumnya “Lumba-lumba”, Enno Lerian

dengan “Malas Bersih-bersih”, Trio Kwek-kwek dengan “Si Jago Mogok”,

Laura Dacosta dengan “Anak Jalanan”, Kak Seto (Si Komo) dengan “Si

Komo Lewat”, Joshua dengan “Diobok-obok. Terdapat banyak pesan

moral yang dihadirkan melalui lagu anak-anak ini (Lagu Anak-Anak., 2011). Lagu yang dibawakan oleh penyanyi cilik pada masa itu pun sesuai dengan porsi mereka sebagai anak-anak. Lagu yang bukan tentang cinta-cintaan layaknya lagu orang dewasa, tetapi cinta universal kepada alam atau orang tua.

Era 2000

(68)

group-group musik yang makin ramai oleh para pendatang baru, seperti Ungu, Dewa, Gigi,Ten 2 Five, Maliq d esential, Samson, Nidji, dan

Radja seakan mendominasi ruang musik Indonesia. Tahun 2010 sampai

tahun 2012 musik Indonesia sedang diramaikan dengan boy dan girl band. Lagu anak pada tahun 2000an seakan-akan lenyap dari peredaran, sehingga hal ini membuat anak-anak cenderung lebih memilih lagi-lagu Pop Dewasa sebagai lagu favorit mereka. Anak-anak yang dulu dengan mudah menghafal lagu-lagu anak hingga saat ini lebih memilih untuk menghafalkan lagu-lagu Pop Dewasa yang kebanyakan bertemakan

“Cinta”. Selain itu, sedikit sekali penyanyi cilik di era 2000 yang

benar-benar menyanyikan lagu dengan semangat anak-anak. Kebanyakan, musik mereka dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan lagu dewasa. Sementara, perkembangan musik anak-anak di negeri ini sendiri semakin menurun. Memang masih ada beberapa penyanyi cilik yang sering muncul di televisi, seperti Umay dan Coboy Junior. Akan tetapi lagu yang mereka nyanyikan tidak memiliki spirit anak-anak (Kompasiana, 2013).

5. Lagu Dewasa dengan Lirik Percintaan

(69)

Kriteria dari lirik lagu dewasa percintaan, diantaranya (lagu2anak.blogspot, 2011):

a. Lirik lagu dewasa percintaan bertemakan kisah asmara, jatuh cinta antara kedua insan serta perselingkuhan.

b. Lirik lagu dewasa percintaan bertemakan patah hati dan kesedihan, contohnya seperti lagu Pedih yang dinyanyikan oleh Geisah, Penyelasan Terdalam dari Viera dan Kesepian.

c. Lirik lagu dewasa percintaan cenderung berbau porno, contohnya seperti lagu keong racun.

E. Keterpaparan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), terpapar berasal dari imbuhan ter- yang artinya telah mengalami dan paparan yang artinya proses atau sesuatu yang diuraikan. Berdasarkan definisi tersebut, maka disimpulkan bahwa keterpaparan merupakan tingkat peristiwa yang pernah dialami dari suatu proses.

(70)

F. Proses Belajar

Belajar (learning) adalah perubahan perilaku yang muncul melalui pengalaman dan relatif menetap (King, 2010). Proses belajar yang sesuai dengan penelitian ini menggunakan persepektif modeling. Model ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran Albert Bandura yang lebih mengajukan perasaan faktor-faktor kognitif daripada analisis tingkah laku. Asusmsi terpentingnya adalah bahwa belajar observasional terjadi ketika tingkah laku observer (anak) berubah sebagai hasil dari pandanganya terhadap tingkah laku seorang model (seperti orangtua, guru, saudara, teman dan bintang film). Menurut Bandura perilaku dibentuk dan berubah melalui situasi sosial dan interaksi

sosial dengan orang lain. Hal yang sangat penting dari “modeling” adalah

mencontoh tingkah laku yang diobservsi atau mengabstraksinya dalam bentuk yang umum.

Bandura (dalam King, 2010) meyakini bahwa belajar melalui observasi (observational learning) atau modeling melibatkan 4 proses, yaitu: 1. Perhatian (Attentional), yaitu proses dimana observer atau anak menaruh

perhatian terhadap tingkah laku atau penampilan model (orang yang diimitasi). Untuk menghasilkan tingkah laku seperti yang dilakukan oleh model, maka kita harus benar-benar memperhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan.

(71)

Ketika memproduksi tindakan seorang model, individu harus menyimpan setiap informasi di dalam ingatan terlebih dahulu. Sebuah deskripsi verbal yang sederhana dapat membantu proses pengendapan.

3. Reproduksi motorik (Motor production), yaitu proses melakukan peniruan terhadap tindakan model.

4. Motivational, yaitu proses pemilihan tingkah laku model yang diimitasi

oleh individu. Dalam proses ini terdapat faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu “reinforcement” atau “punishment” terhadap model atau langsung kepada anak.

G. Dinamika Hubungan Keterpaparan Lagu Dewasa Lirik Percintaan dengan Perilaku Seksual pada Akhir Masa Anak-anak

(72)

Lagu juga merupakan sarana hiburan yang paling mudah ditemui, ekonomis, dan dapat didengar bersamaan dengan melakukan aktivitas lain. Oleh sebab itu, lagu dapat didengar dimana saja dengan bersamaan melakukan aktivitas lain, seperti saat bermain dan di dalam mobil saat menuju perjalanan. Mendengarkan musik dan lagu juga merupakan hiburan yang populer di kalangan anak-anak. Mendengarkan musik dan berbicara tentang lagu yang disukai dengan teman sebayanya dapat berfungsi sebagai pengikat yang mendukung penerimaan sosial (Hurlock, 1990).

Melalui lagu, maka secara langsung anak memperoleh informasi berupa isi atau tema dari lagu yang mereka dengar. Hal ini dikarenakan anak menaruh perhatian terhadap lagu-lagu yang didengar. Bandura dengan teori belajar sosialnya mengatakan bahwa manusia belajar meniru bukan hanya melalui model hidup namun dari banyak model, seperti model simbolik. Bentuk lain pemodelan simbolik ini adalah instruksi verbal, sehingga keterpaparan lagu dengan lirik dewasa secara intensif dikhawatirkan dapat berdampak pada meningkatnya perilaku seksual pada anak. Hal ini dikarenakan isi lagu dewasa penuh dengan tema percintaan, kisah asmara, jatuh cinta antara kedua insan, dan cenderung berbau porno (lagu2anak.blogspot, 2011).

(73)

(Santrock, 2007). Dalam kasus ini, anak sudah dapat memahami konsep atau isi dari lirik lagu dewasa percintaan yang mereka dengar. Anak juga akan sangat mudah untuk mengingat informasi yang didapatkan, dikarenakan ingatan anak terutama pada usia 8 hingga 10 tahun mencapai intensitas paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan daya memori anak pada tahap ini adalah paling kuat (Kartono, 1986).

Karakteristik perkembangan sosial pada akhir masa anak-anak juga memiliki kebutuhan untuk membentuk ikatan baru dengan teman sebaya

(peer group) atau dengan teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan

sosialnya menjadi lebih luas (Hurlock,1990). Pada tahap ini anak juga memiliki kebutuhan untuk diterima secara sosial, sehingga mendengarkan musik dan berbicara tentang lagu yang populer dengan teman sebayanya dapat berfungsi sebagai pengikat yang mendukung penerimaan sosial.

(74)
(75)

Skema 1. Hubungan Keterpaparan Lagu Dewasa Lirik Percintaan dengan Perilaku Seksual pada Akhir Masa Anak-anak

LAGU DEWASA DENGAN LIRIK PERCINTAAN

PERILAKU SEKSUAL PADA ANAK MENINGKAT

PRODUKSI PERILAKU

MOTIVASI untuk mengulangi perilaku

Karakteristik Perkembangan Akhir Masa Anak-anak:

 Kognitif  Sosial  Emosi

 Perilaku Seksual

ATTENTIONAL SECARA AUDITORI

(76)

H. Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah ada hubungan postif antara antara tingkat keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan tingkat perilaku seksual anak. Semakin tinggi keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan maka semakin tinggi tingkat perilaku seksualnya. Sedangkan semakin rendah keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan yang diterima, maka semakin rendah juga tingkat perilaku seksualnya.

(77)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan tuntunan tentang bagaimana secara berurut penelitian sebaiknya dilakukan (Widi, 2010). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah metode yang digunakan harus disesuaikan dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai sehingga penelitian dapat berjalan dengan sistematis.

Penggunaan metode penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian, serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun metode-metode penelitian yang digunakan dijelaskan sebagai berikut.

A. Jenis Penelitian

(78)

keterpaparan lirik lagu dewasa dewasa dan tingkat perilaku seksual pada anak.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai nilai dan dapat diukur (Widi, 2010). Berdasarkan definsi tersebut maka dapat diidentifikasikan variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel bebas : Keterpaparan Lagu Dewasa Lirik Percintaan 2. Variabel terikat : Perilaku Seksual Pada Anak

C. Definisi Operasional

1. Keterpaparan Lagu Dewasa dengan Lirik Percintaan

Data keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan berupa skor yang diperoleh dari pengisian subjek pada skala rating keteterpaparan lirik lagu. Skor ini menunjukkan jumlah lagu dewasa lirik percintaan yang pernah didengar anak dan frekuensi mendengarkan lagu tersebut. Frekuensi dinyatakan dalam bentuk rating; Pernah (P) mendapatkan skor 1, Jarang (J) mendapatkan skor 2, Sering (S) mendapatkan skor 3.

Gambar

  Tabel 1     Blue Print Skala Rating Keterpaparan Lirik Lagu
Tabel 2
Tabel 3 Data Demografi Subjek Penelitian
Tabel 4 Deskripsi Statistik Data Empiris Skala Keterpaparan Lirik Lagu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ciri anatomi yang khas pada jenis kayu kamper adalah saluran damar berderet tangensial dengan diameter lebih kecil dibandingkan diameter sel pembuluh, serta sel

Pembelajaran dilanjutkan dengan tahap melakukan penyelidikan individual maupun kelompok. Dengan menggunakan alat dan bahan yang telah diberikan tersebut, siswa

Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan pada Sistem Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disebut Kecurangan JKN adalah tindakan yang

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian bubur kedelai (Glycine max (L) Merril) dengan dosis 200 mg/kg BB/hr, dan 500 mg/kg BB/hr dapat

Perencanaan yang disusun oleh mahasiswa tipe Artisan sudah dapat dipakai sebagai pedoman untuk menyelesaikan soal, sehingga mahasiswa tipe Artisan dapat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Kabupaten Bantul tentang Lokasi Desa Program Peningkatan

Inovasi yang dilakukan dalam garapan Gerahing Medang Kemulan ini sebagai suatu sarana penyampaian ide-ide penggarap dalam garapan agar mampu menampilkan garapan

Terlihat pada gambar, beton yang menggunakan air sumur yang disaring memiliki kuat tekan rata-rata yang lebih baik daripada yang tidak disaring.. Beton yang menggunakan air PDAM