• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keragaan Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Umum Kabupaten Sragen

Luas Kabupaten Sragen sebesar 941,55 km2 secara astronomis terletak pada 110 45’ dan 111 10’ BT serta 7 15’ dan 7 30, LS. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sragen dengan nama ibukotanya Sragen mempunyai batas-batas sebelah utara berbatasan Kabupaten Grobogan, sebelah timur berbatasan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, sebelah selatan berbatasan Kabupaten Karanganyar dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.

Kabupaten Sragen memiliki topografi bervariasi dari dataran rendah sampai dataran tinggi, dimana sebesr 53,63% wilayah termasuk klas lereng 1 (0-2%) dan 43,30% wilayahnya termasuk klas lereng 2 (2-15%). Wilayah Sragen mempunyai ketinggian rata- rata 109 m di atas permukaan laut dengan standar deviasi 50 m. Tekstur tanah pada lokasi penelitian sebagian besar bertekstur halus sampai sedang, kedalaman efektif tanah berkisar 30-90 cm dan jenis tanah yang dominan adalah tanah Grumusol, Aluvial dan Latosol. Iklim termasuk beriklim tropik dan temperatur sedang. Curah hujan rata-rata di bawah 2.438 mm pertahun dan hari hujan dengan rata-rata di bawah 106 hari pertahun. Bulan basah berkisar antara 4-8 bulan, bulan lembab berkisar antara 2-5 bulan dan bulan kering berkisar antara 2-4 bulan.

Kabupaten Sragen dibelah menjadi dua bagian oleh Sungai Bengawan Solo, dimana Sragen bagian selatan merupakan sentra pertanian tanaman pangan karena kondisi tanah subur dan berpengairan yang lebih baik, sedangkan di bagian utara tanahnya kering dan berkapur sehingga sebagian besar penduduk bekerja berkebun, berdagang dan industri pengolahan. Kegiatan pertanian selain mengandalkan irigasi dari sungai bengawan solo, juga memperoleh air dari Waduk Botok, Kembangan, Brambang, Gebyar, Blimbing, Gembong, Kreto dan Terban.

Kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan, 204 desa dan 3 kelurahan. Jumlah penduduk Kabupaten Sragen pada tahun 2003 sebanyak 853.711 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 907 jiwa/km2. Secara rinci terlihat pada Lampiran 6.

Sebagian besar penduduk di Kabuapaten Sragen bekerja di sektor pertanian (58,40%), jasa (17,22%), perdagangan (13,04%), dan industri (5,21%) , selebihnya bekerja di sektor lainnya.

Dilihat dari struktur PDRB, maka di Kabupaten Sragen kontribusi sektor pertanian mencapai 41,09%, industri pengolahan 16,17%, perdagangan, hotel dan restoran 14,60%, jasa-jasa 12,40%, pengangkutan dan komunikasi 4,43%, keuangan 4,18%, bangunan 4,16%, pertambangan dan galian 1,70% serta listrik, serta gas dan air bersih 1,27%. Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2002 sebesar Rp. 1 milyar.

Sarana jalan darat dan kereta api melintasi Kabupaten Sragen menjadikan akses ke kota-kota lain menjadi mudah. Akses ke Bandar Udara Adi Sumarmo Solo dapat ditempuh dalam waktu satu jam dan ke pelabuhan Tanjung Mas Semarang dapat ditempuh sekitar tiga jam.

Kabupaten Sragen berdekatan langsung dengan kota Solo. Sarana perekonomian yang ada antara lain terdapat pasar desa 42 buah, 46 pasar pemda. Pasar hewan 9 buah. Jumlah koperasi pada tahun 2003 sebanyak 770 terdiri atas non KUD 741 buah dan KUD 29 buah dengan anggota 120.750 orang, serta jumlah kios saprodi 149 unit.

4.1.2. Keragaan Usaha tani Padi

Hasil pengamatan dan pengecekan lapangan, lahan yang digunakan budi daya padi sawah umumnya jenis tanah aluvial (vertisol) yaitu tanah lempung liat berwarna hitam dan retak-retak jika kering. Hasil analisis contoh tanah di Laboratprium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB menunjukkan sifat tanah dapat dilihat pada Lampiran 7. Tanah aluvial umumnya terbentuk dari sedimen sungai yang berupa sedimen liat, tidak menemukan adanya perkembangan penampang, tekstur liat sampai liat berdebu, struktur pejal, konsistensi teguh (lembab) lekat dan plastis (basah), reaksi tanah (pH) 5,75 – 7,85 dan kandungan bahan organik 0,76 – 6,91 %. Apabila dibandingkan dengan persyaratan tumbuh tanaman padi pada Lampiran 9, maka tanah yang ada di daerah penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan antara Sesuai Marjinal (S3) sampai Sangat Sesuai (S1) seperti yang ada pada Lampiran 8. Berdasarkan data tersebut, tanah yang tergolong pada kelas S1 ada pada Kecamatan Sambungmacan, Masaran, dan Gondong; yang tergolong Cukup Sesuai (S2) ada pada Kecamatan Sambunganmacan, Masaran, Karangmalang dan Gondong; sedangkan yang tergolong pada Sesuai Marginal (S3) ada pada Kecamatan Karangmalang.

Kelas kesesuaian tanah pada golongan Cukup Sesuai (S2) pada daerah penelitian adalah tanah yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat (karena kandungan C-

organiknya antara 0,8 – 1,5 %) untuk penggunaan lahan sawah yang lestari. Pembatas C- organik yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tanah yang ada di daerah penelitian dapat ditingkatkan menjadi kelas kesesuaian golongan S1 apabila dilakukan penambahan C-organik yang cukup, akan memiliki produktivitas yang tinggi sesuai dengan potensi lahannya.

Hasil pengamatan dan pengecekan di lapangan, air yang digunakan untuk budi daya padi swah pada umumnya dari air hujan dan air irigasi. Sampel Air dianalisis di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB menunjukkan sifat air, kandungan pH antara 6,0 – 9,0; kandungan N antara 7,76 – 10,40 mg/l; P antara 0,2 – 0,7 mg/l; K antara 1,0 – 7,0 mg/l; Ca antara 10,2 – 30,1 mg/l; Mg antara 1,6 – 7,4 mg/l; Fe antara 0,1 – 3.7 mg/l; dan Mn tak terukur sampai 0,05 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82/2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, maka sampel air yang berada di lokasi penelitian termasuk dalam batas toleransi untuk golongan IV yaitu golongan air untuk irigasi pertanian. Sedangkan sampel air limbah ternak tidak dapat langsung digunakan untuk air irigasi pertanian dan untuk dapat digunakan sebagai air irigasi harus melalui proses pelarutan ke dalam air sungai terlebih dahulu. Hasil sampel air sebagaimana Lampiran 10.

Kabupaten Sragen merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Tengah, Luas lahan pertanian 94.649 hektar berupa (1) lahan sawah 40.193 hektar terdiri irigasi teknis 18.957 hektar, setengah teknis 3.475 hektar, sederhana 1.527 hektar, pengairan desa/non PU 1.282 hektar, tadah hujan 14.341 hektar, lebak dan lainnya 611 hektar dan (2) lahan kering seluas 54.456 hektar terdiri atas bangunan/pekarangan 23.054 hektar, tegal/kebun 19.545 hektar, ladang/huma/padang rumput 72 hektar dan sisanya berupa hutan Negara, hutan rakyat dan lainnya (Jawa Tengah dalam Angka 1999). Lahan sawah dapat ditanami 2-3 kali setahun dengan produksi hingga 450.000 ton gabah pertahun. Produksi padi pada tahun 2002 sebanyak 451.337 ton, dengan kebutuhan beras penduduk Sragen 113.180 ton berarti kabupaten Sragen termasuk surplus besar dan mampu mensuplai di daerah lain terutama kota Solo. Perkembangan luas panen dan produksi padi di Kabupaten Sragen disajikan pada Lampiran 11.

Pada tahun 2002, seluas 1.000 hektar lebih ditanami padi organik dengan produksi gabah GKG 6.441 ton. Jumlah ini meningkat lima kali lipat dibanding pada tahun sebelumnya. Penanaman padi organik dilakukan oleh sekitar 72 kelompoktani di sembilan kecamatan di Sragen sebelah selatan.

Tanaman padi sebagai salah satu produser energi dalam rantai makanan membutuhkan input antara lain energi matahari dan unsur hara berupa bahan-bahan organik, unsur N, P, K dan unsur mineral dan vitamin lainnya. Penggunaan pupuk alami (organik) merupakan salah satu usaha yang digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah serta meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Petani di Sragen sudah sejak lama menggunakan pupuk kompos yang dibuat dari kotoran ternak dan tumbuh- tumbuhan, namun tidak dapat langsung digunakan untuk pertanian organik, karena harus mencampur pupuk urea dengan komposisi yang seimbang. Misal bila menggunakan pupuk kimia dibutuhkan 300 kg/ha, maka dengan aplikasi pupuk organik hanya dibutuhkan pupuk kimia sekitar 100-150 kg/ha. Pemda Kabupaten Sragen menghimbau agar tidak menggunakan pestisida, karena dapat mengganggu kesehatan petani dan merusak hasil pertanian.

Produksi jagung pada tahun 2001 sebanyak 16.574 ton dengan luas panen 4.398 hektar, ubi kayu produksi 102.281 ton dengan luas panen 6.884 hektar, kacang tanah produksi 16.760 ton luas panen 13.800 hektar, kedelai produksi 2.213 ton luas panen 1.492 hektar dan kacang hijau produksi 3.118 ton luas panen 3.124 hektar. Jenis buah- buahan yang dominan mangga, pisang, jambu dan pepaya.

Jumlah penyuluh yang dikerahkan untuk pembangunan pertanian sebanyak 140 penyuluh yang membina 1.400 kelompok tani di 20 Kecamatan. Sarana alat dan mesin pertanian yang dimiliki petani pada tahun 2003 berupa hand-traktor 1.224 unit, pompa air 8.947 unit, hand-spayer 12.420 unit, tresher perontoh sebanyak 11.684 unit, power tresher 14 unit, polisher 684 unit, RMU 684 unit dan huller 684 unit.

Usaha tani padi merupakan salah satu komoditas prioritas petani sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Dalam hal pola tanam, usaha yang dilakukan oleh para petani masih bersifat sangat luwes dan dinamis. Untuk meningkatkan pendapatan, petani memilih jenis tanaman disesuaikan dengan kondisi lingkungan, ketersediaan air irigasi dan kepastian hasilnya. Pola tanam yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian Gambar 9.

Gambar 9. Pola Tanam yang Dilakukan Petani di Lokasi Penelitian.