• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

3.2 Tahap Sintesa

Tahap sintesa dalam tesis ini adalah hasil rancangan yang telah dilakukan dengan cara mengimplementasikan kriteria rancangan yang telah ditentukan

sebelumnya dalam kajian pustaka. Hasil rancangan yang ditampilkan berupa konsep rancangan yang didapat dari telaah makna batik Kawung, kemudian denah dan 3 dimensional rancangan yang merupakan pengejwantahan konsep rancangan.

Melalui studi tapak didapatkan beberapa data yang kemudian mempengaruhi rancangan yaitu batas ketinggian maksimal 18 m, pada kedalaman 0-60 m dari ruas jalan sesuai dengan peraturan pemerintah kota, hal ini menyebabkan tatanan massa rancangan bersifat linear. Hal yang kedua adalah tentang gaya arsitektur kolonial bangunan yang membentuk citra kawasan. Pendekatan desain kontras merupakan pendekatan rancangan yang diambil, untuk membedakan rancangan City Hotel dengan bangunan sekitar. Hal ini dilakukan dengan harapan rancangan dengan arsitektur yang unik dan mudah dikenali dapat menambah daya jual dibanding hotel-hotel sejenis.

Proses perancangan dimulai dengan melakukan telaah terhadap makna batik Kawung, sehingga didapatkan sebuah konsep spesifik yang menandai makna batik Kawung. Pada proses perancangan, metoda rancang yang digunakan mengacu pada cara-cara dan pandangan Peter Eisenman terhadap dekonstruksi dalam arsitektur. Peter Eisenman memiliki cara yang khas dan konsisten terhadap karya-karya nya. Proses Perancangan yang dilakukan Eisenman dimulai dari mempertanyakan esensi dari elemen-elemen aristektur, kaitannya dengan fungsi yang didukung dan sebagai sebuah entitas ynag berdiri sendiri (tanpa terikat fungsi).Terkait dengan site/ lokasi di mana rancangan berada, Eisenman mengemukakan ide palymsest dan quarry, berupa penggalian karakter site yang tersembunyi, atau tidak nyata akan tetapi berkaitan erat dengan site, kemudian ditransformasikan sebagai order untuk mengatur geometri racangan dan atau desain programatik (Aviv, 2013).

Pada perancangan ini referensi desain telah ditentukan sebelumnya yaitu makna batik Kawung, berbeda dengan proses yang ditempuh Peter Eisenman yang mendapatkan referensi melalui penggalian terhadap tapak. Kondisi the between, menurut Eisenman merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan dekonstruksi dalam arsitektur. Sebuah tanda yang merepresentasikan hal diluar arsitektur (terkait dengan referensi desain), sekaligus merupakan tanda atas elemen arsitektur. Eisenman merumuskan ide displacement yang didalamnya

terdapat empat buah aspek yang dijadikan parameter atas dekonstruksi dalam arsitektur.

Elaborasi proses perancangan yang dilakukan Peter Eisenman, terhadap proses perancangan dalam tesis ini bertujuan untuk menunjukkan sistematika perancangan dengan ide rancang dekonstruksi dalam arsitektur. Terkait dengan isu perancangan dalam thesis ini City Hotel bintang 4 dengan batik Kawung sebagai referensi desain, maka didapat sebuah diagram proses :

Gambar 3.3 Diagram proses perancangan City Hotel dengan makna batik Kawung sebagai

referensi desain

Setelah mendapatkan konsep yang berasal dari telaah makna batik Kawung, proses perancangan dilakukan dengan mentransformasikan hubungan antara rakyat dan raja ke perancangan dengan analogi pada hubungan program ruang. Proses yang dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dengan merujuk pada displacement yang dicetuskan oleh Peter Eisenman. Keempat aspek kriteria dalam displacement, yang digunakan dalam tahapan merancang terkandung pula kriteria perancangan yang telah ditetapkan berdasarkan kajian pustaka dan kajian preseden. Keempat kriteria tersebut :

1. Traces

Traces atau jejak menyatakan kondisi lain dari sebuah teks. Makna batik Kawung merupakan hal diluar arsitektur yang ingin dicoba untuk dihadirkan. Analogi, merupakan cara yang ditempuh untuk mentransformasikan hubungan raja dan rakyat dalam makna batik Kawung ke hubungan program/ fungsi dalam City Hotel, sehingga hasilnya adalah hubungan antara program/ fungsi dalam City Hotel tidak lagi hanya merepresentasikan sebuah City Hotel, akan tetapi sekaligus merepresentasikan makna yang terkandung dalam batik Kawung.

Aspek traces juga dapat dilihat melalui geometri rancangan. Bentuk geometri terpusat yang terdiri atas massa dengan program/ fungsi pendukung dan massa dengan program/ fungsi utama di translasi, kemudian difragmentasi dan di rotasi. Hal ini bertujuan untuk menghadirkan sekaligus mengaburkan (betweenes), sehingga hasilnya adalah sebuah tatanan geometri rancangan, yang merupakan jejak atas hubungan terpusat. Sebuah hubungan yang diterjemahkan dari konsep perancangan.

2. Twoness

Twooness atau kesetaraan antara dua buah oposisi konsep dalam rancangan. Kesetaraan antara fungsi/ program utama dalam hotel yaitu sebagai fasilitas akomodasi dan fungsi pendukung yaitu fasilitas komersial, fasilitas sewa, administrasi dan ME, dengan cara menerapkan konsep dari batik Kawung.

Kesetaraan antara bentuk dan fungsi, perhatian perancangan dibalik dengan cara mengutamakan bentuk geometri rancangan yang sesuai dengan konsep dari makna batik Kawung, kemudian mewadahi fungsi yang telah ditetapkan.

Kesetaraan antara ruang pakai dan ruang servis dalam unit kamar hotel dicapai dengan memberikan luasan ruang yang sama antara keduanya, dengan cara memandang hubungan antar ruang dalam sebuah unit kamar hotel tidak secara horisontal (denah) melainkan vertikal (melalui gambar potongan).

3. Betweenes

Keantaraan dalam proses perancangan diwujudkan dengan menghadirkan sekaligus mengaburkan bentuk geometri rancangan yang merupakan terjemahan dari hubungan program yang mengacu pada konsep makna batik Kawung. Translasi, fragmentasi serta rotasi geometri bentuk terpusat menunjukkan kondisi tersebut.

Pengalaman ruang yang berbeda akibat penerapan konsep pada hubungan fungsi/ program dalam City Hotel, menghasilkan kondisi keantaraan yang memaksa pemaknaan baru terhadap sebuah City Hotel, bukan lagi sebuah fasilitas akomodasi penunjang aktivitas rekreasi, melainkan bagian dari area rekreasi.

4. Interiority

Interiority mengacu pada upaya untuk memunculkan hal-hal yang tadinya terabaikan dalam rancangan City Hotel. Hal ini dapat dicapai dengan pembalikan hirarki atau perhatian pada hal-hal yang tadinya terabaikan dalam rancangan City Hotel. Upaya memunculkan bentuk arsitektural yang dibagi atas massa yang mewadahi program utama dan program pendukung, disusun berdasarkan konsep yang didapat dari telaah makna batik Kawung, sehingga hasilnya adalah sebuah tatanan arsitektural yang tidak hanya merepresentasikan fungsi sebuah hotel, tetapi juga merepresentasikan makna batik Kawung.

Penjelasan tentang proses perancangan disertai dengan gambar konseptual, denah, tampak, potongan ruang serta perspektif bangunan. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana ide rancangan diwujudkan. Langkah selanjutnya adalah evaluasi rancangan, yang terdiri atas evaluasi hasil rancangan terhadap kriteria rancangan serta komparasi hasil rancangan terhadap kajian preseden.

Dokumen terkait