• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Pelaksanaan Program SANIMAS

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 21-33)

Tahapan pelaksanaan SANIMAS meliputi : Persiapan, Seleksi Kabupaten/ Kota, Seleksi Lokasi, Penguatan Kelembagaan, Penyusunan RKM (Rencana Kegiatan Masyarakat), Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan sarana terbangun. (Panduan Umum Pelaksanaan SANIMAS dalam Choiriyyah, 2010).

1. Persiapan

Persiapan SANIMAS meliputi :

a. Sosialisasi kegiatan SANIMAS kepada seluruh pemerintah kabupaten/ kota pada akhir tahun anggaran sebelumnya yang diselenggarakan oleh Dinas PU/ Cipta Karya Provinsi.

b. Penyampaian surat pernyataan minat oleh pemerintah Kabupaten/ Kota untuk ikut serta dalam kegiatan SANIMAS.

c. Workshop regional yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP), Dep. Pekerjaan Umum.

d. Penyampaian surat minat oleh pemerintah Kabupaten/ Kota untuk ikut serta dalam kegiatan SANIMAS bagi pemerintah Kabupaten/ Kota yang belum menyampaikan. 2. Seleksi Kabupaten/ Kota

Kriteria seleksi Kabupaten/ Kota :

a. Mengirim Surat Minat ditandatangani Walikota/ Bupati atau Pejabat yang berwenang untuk implementasi SANIMAS.

b. Ada Dinas Pertanggungjawab yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota. c. Berminat untuk melaksanakan kegiatan SANIMAS secara partisipatif.

d. Terdapat lingkungan yang rawan sanitasi dan padat penduduk perkotaan di wilayah permukiman perkotaan.

e. Bersedia kontribusi tunai berupa Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sampai 60% (± sebesar Rp. 200 juta) untuk biaya fisik, dan in-kind yaitu berupa sarana kantor dan staf dinas penanggung jawab sebagai fasilitator.

f. Road Show terhadap Kabupaten/ Kota terpilih untuk meninjau calon lokai SANIMAS, mempersiapkan penandatanganan Nota Kesepakatan dan pemilihan TFL (Tim Fasilitator Lapangan).

g. Penandatanganan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Kabupaten/ Kota, Konsultant pendamping dan diketahui oleh Bappenas.

3. Seleksi Lokasi

a. Seleksi lokasi dimulai dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota menetapkan atau mengusulkan calon lokasi penerima SANIMAS dalam bentuk daftar- panjang permukiman/ kampung/ kelurahan.

b. Penetapan daftar-panjang didasarkan pada wilayah yang merupakan prioritas perencanaan sarana dan prasarana air limbah kota. Oleh karena itu perlu disusun

pemetaan prasarana dan sarana air limbah sehingga pendekatan menjadi lebih komprehensif. Daftar Panjang merupakan data sekunder calon lokasi yang diusulkan oleh pemerintah daerah kota/ kabupaten pada saat MoU (nota kesepakatan), dengan ketentuan memiliki kelayakan sebagai berikut :

1) Kepadatan > 700 jiwa/ Km² (wilayah Jawa dan Bali) 2) Kumuh secara fisik

3) Lingkungan masyarakat berpendapat rendah (kumuh miskin, bukan kumuh kaya)

4) Memiliki masalah kesehatan/ kasus diare kejadian luar biasa 5) Terdapat masalah fisik sanitasi

6) Selalu masuk di semua program penataan kampung kumuh/ penataan kawasan di semua dinas.

c. Pemerintah Kabupaten/ Kota bersama dengan fasilitator pendamping ( BORDA atau Konsultant) akan menyusun daftar-pendek sesuai persyatan teknis minimal yang ditetapkan dan melalui pengecekan lapangan. Daftar pendek merupakan data primer yang ditentukan berdasarkan hasil survey dan identifikasi daftar panjang

(longlist) yang dilakukan TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan sanitasi

berbasis masyarakat (SANIMAS) berdasarkan criteria kelayakan maksimal. Tujuan penyusunan daftar pendek adalah mempermudah dan mengefektifkan sosialisasi stakeholderkampung dan seleksi kampung sasaran program.

Syarat kriteria kelayakan lokasi sasaran sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS) adalah :

1) Terdaftar dalam administrasi pemerintahan Kota/ Kabupaten & cakupan 50-100 KK-RT/RW/Lingkungan Kampung.

2) Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak untuk segera ditangani. 3) Tersedia lahan :

a) Luas minimal 100 m² ( Untuk Simplified Sewerage System (SSS) atau komunal).

b) Luas minimal 150 m² (untuk Community Sanitation Center (CBS) atau ++mck.

c) Jarak dengan jalan besar ± 100 m.

4) Tersedia sumber air (PDAM, sumur gali, mata air), dan saluran untuk pembuangan air limbah (saluran drainase/ sungai).

5) Bersedia untuk berkontribusi (in cash + in kind).

6) Tertarik untuk mengimplementasikan sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS).

d. Kegiatan Seleksi Kampung

Kegiatan seleksi kampung dilakukan dengan metode Rapid Participatory

Assesment (RPA) dan Community Self Selection Stakeholder Meeting.

1) Rapid Participatory Assesment (RPA)

Rapid Participatory Assesment (RPA) merupakan metode yang digunakan untuk

melakukan pemetaan kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan untuk emecahkan masalah sanitasi secra cepat dan dilakukan secara partisipatif, atau bersama-sama masyarakat setempat melalui teknik RPA yaitu : Timeline, Leader 1, Transect WALK, Venn Diagram dan Problem Tree.

Alasan penggunaan metode ini adalah :

b) Memberikan “ruang” kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan keinginannya.

c) Sebagai salah satu media pemberdayaan masyarakat pada tingkat bawah.

Dalam tahap implementasi SANIMAS, RPA dilakukan setelah kegiatan presentasi Konsep SANIMAS kepada stakeholder masyarakat, RPA akan dilakukan hanya jika ada undangan atau permintaan dari masyarakat setelah mereka memahami konsep SANIMAS melalui presentasi. Hal ini sesuai dengan Demand Responsive Approach (DRA), dimana undangan/ permintaan menjadi salah satu indicator kebutuhan untuk memecahkan sanitasi yang dihadapi.

Hasil RPA ini akan dipresentasikan pada sesi Seleksi Lokasi Sendiri oleh masyarakat bersama-sama dengan hasil RPA dari kampung lain dalam 1 Kabupaten/ Kota. Sesi ini dinamakan Self Selection Stakeholder Meeting, yang bertujuan untuk menentukan lokasi masyarakat yang paling siap untuk implementasi SANIMAS.

Untuk menilai kesiapan masyarakat akan diukur dengan 5 variabel yaitu :

a) Pengalaman membangun infrastruktur kampung. b) Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi. c) Kelayakan teknis untuk infrastruktur sanitasi.

d) Kesiapan lembaga setempat untuk mengelola sanitasi. e) Prioritas perbaikan sanitasi.

Penentuan kampung yang lolos seleksi didasarkan pada total skor yang dimiliki oleh masing-masing kampung. Logikanya : semakin miskin kondisi kampung dan semakin besar tingkat keswadayaan masyarakat, maka semakin tinggi skornya, dan begitu pula sebaliknya. Maka kampung yang mengumpulkan skor nilai tertinggi yang dianggap paling siap untuk implementasi SANIMAS.

2) Community Self Selection Stakeholders Meeting

Community Self Selection Stakeholders Meeting atau pertemuan perwakilan

kampung dalam proses seleksi pemilihan kampung merupakan alat untuk menentukan 1(atau lebih sesuai kesiapan dana Pemerintah Kota/ Kabupaten) lokasi yang paling siap dengan sistem scoring. Kegiatan tersebut diikuti oleh kampung shortlist yang telah melaksanakan RPA dengan difasilitasi oleh TFL. Kegiatan tersebut diawali dengan mengundang masyarakat tiap lokasi/ kampung yang telah melaksanakan RPA, kemudian wakil masyarakat tiap kampung mempresentasikan hasil RPA langkah terakhir dengan difasilitasi oleh TFL dan dilakukan perhitungan hasil scoring tiap kampung secara terbuka.

4. Penyusunan RKM

a. Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) merupakan bukti dokumen resmi perencanaan perbaikan sanitasi oleh masyarakat, sekaligus sebagai dasar untuk pencairan dana/ material dari berbagai stakeholder yang telah meberikan komitmen, RKM SANIMAS hanya dilakukan oleh masyarakat yang kampungnya terseleksi sebagai lokasi.

b. Lokasi terpilih menyusun Rencana Kerja Msyarakat (RKM) SANIMAS berupa pemilihan teknologi sanitasi, calon penerima manfaat, pembentukan, forum penguna, pembentukan KSM, DED & RAB, jadwal konsrtruksi, rencana kontribusi, rencana pelatihan serta rencana pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas air limbah yang dibangun.

c. Dokumen perencanaan SANIMAS diusulkan dan disahkan dalam forum musyawarah di kelurahan tempat/ lokasi pelaksanaan SANIMAS.

5. Konstruksi

a. Tahapan pelaksanaan konstruksi dilakukan oleh masyarakat calon pengguna dengan didampingi oleh TFL dan pengawas teknis konsultan pendamping. b. Konstruksi dilakukan setelah RKM selesai disusun dan disahkan oleh para wakil

stakeholder.

c. Kegiatan konstruksi dapat dilakukan oleh pihak ketiga jika ada kesepakatan bersama masyarakat.

6. Operasi dan Pemeliharaan

a. Setelah konstruksi selesai dilaksanakan diperlukan pengoperasian dan pemeliharaan yang tepat agar sarana yng dibangun dapat berfungsi dengan baik dan berkelanjutan.

b. Sarana yang sudah dibangun dikelola oleh KSM pengelolaan tersebut dapat menggunakan kelembagaan masyarakat yang sudah ada ataupun dengan membentuk kelembagaan baru sesuai dengan kebutuhan. Proses pengelolaan dilakukan berdasarkan hasil musyawarah masyarakat pengguna. Pada tahap ini masyarakat memperoleh fasilitas baik dan aparat, tenaga pendamping maupun pihak-pihak lain yang berkompeten.

c. Mekanisme pengelolaan pada tahap pemanfaatan dilakukan sebagaimana proses pelaksanaan kegiatan SANIMAS dimana proses musyawarah, transparansi, akuntabilita public maupun kontrol social dapat tetap berjalan.

d. Operasi dan pemeliharaan dilakukan oleh operator yang ditunjuk oleh KSM sesuai dengan petunjuk operasional (SOP).

Penguatan kelembagaan dalam SANIMAS ditekankan pada upaya peningkatan kapasitas/ pengetahuan maupun keterampilan bagi fasilitator dan masyarakat penerima manfaat SANIMAS. Untuk itu penguatan kelembagaan tersebut bertujuan mendukung pencapaian sasaran program SANIMAS. Penguatan kelembagaan masyarakat berupa pengorganisasian masyarakat & pengembangan institusi lokal. Identifikasi seleksi dan implementasi pilihan-pilihan teknologi sanitasi berbasis masyarakat, dan penerapan Perilaku Hidup Sehat dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi yang meliputi :

a. Pelatihan terhadap TFL (RPA & RKM) : Dalam pelatihan ini para TFL disiapkan untuk memfasillitasi masyarakat dalam penilaian kondisi sanitasi secara tepat dan mendampingi masyarakat dalam menyusun RKM.

b. Pelatihan terhadap KSM : Dalam pelatihan ini ketua dan bendahara dibekali pengetahuan tentang organisasi dan pengelolaan administrasi keuangan.

c. Pelatihan terhadap mandor & tukang : Dalam pelatihan ini mandor dana tukang disiapkan untuk membangun sarana SANIMAS terpilih sesuai dengan DED yang telah disusun.

d. Pelatihan terhadap operator : Dalam pelatihan ini operator disiapkan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana SANIMAS.

e. Sosialisasi terhadap kelompok pengguna : Dalam kegiatan ini kelompok masyarakat calon pengguna diberi penjelasan mengenai Pola Hidup Sehat (PHS) dan tata cara penggunaan sarana SANIMAS.

8. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

a. KSM ditetapkan dalam Musyawarah Masyarakat calon penerima manfaat dan disaksikan oleh Kepala Desa/ Lurah dan diketahui Camat.

b. KSM bertugas memfasilitasi pemilihan/ penentuan lokasi survey kajian cepat yang partisipatif (RPA).

1) Memfasilitasi pembentukan KSM penerima manfaat. 2) Memonitor/ mengawasi pelaksanaan proyek.

3) Mengidentifikasi permasalahan prasarana dan kebutuhan akan sanitasi di tingkat desa/ kelurahan/ masyarakat.

4) Membuat usulan kegiatan sesuai hasil musyawarah masyarakat calon penerima manfaat dan jenis teknologi sanitasi yang akan dibangun, dengan didampingi oleh LSM dan tenaga fasilitator.

5) Menyetujui rencana kerja dan rencana pelaksanaan fisik yang disusun oleh masyarakat calon penerima manfaat.

6) Menandatangani kontrak kerja apabila pekerjaan konstruksi dikerjakan oleh pihak ketiga/KSO.

7) Menyusun Laporan pelaksanaan kegiatan (laporan penggunaan dana dan laporan harian) dan mengajukan kepada Satker/ Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

8) Menyusun dan mengajukan anggaran kepada Satker/ Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

9) Menyelenggarakan dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan, penggunaan dana, kemajuan pelaksanaan kegiatan dan hasil akhir pelaksanaan kegiatan melalui forum musyawarah desa dan menempelkan di papan-papan informasi, kemudian menyampaikannya kepada Pemda.

10) KSM dibentuk berdasarkan musyawarah masyarakat calon penerima manfaat yang pembentukkannya difasilitasi oleh Fasilitator dari LSM setempat dan disaksikan oleh Kepala Desa yang diketahui oleh Camat.

11) Susunan pengurus KSM minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Tenaga Teknis dan Anggota.

12) Dalam KSM dapat dibentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP). 9. Monitoring dan Evaluasi

a. Monitoring dilakukan oleh semua stakeholder pada berbagai tingkatan. Fasilitator dan KSM membuat laporn secara periodic sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan, sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh aparat fungsional dalam mekanisme pengawasan pembangunan dimaksudkan agar penyelenggraan SANIMAS dapat dipertanggungjawabkan. Monitoring dilakukan sejak tahap rembug warga tahap pertma, untuk menjaga dilaksanakannya prinsip-prinsip dasa SANIMAS.

b. Evaluasi dilakukan oleh instansi terkait di berabagai tahapan pelaksanaan sejak Perencanaan hingga akhir konstruksi untuk memperoleh gambaran hasil yang dicapai beserta factor-faktor penyebabnya baik kelemahan maupun kekuatannya. Hasil evaluasi tersebut merupakan dasar penyempurnaan SANIMAS untuk masa selanjutnya. Evaluasi pelaksanaan SANIMAS akan mengacu pada pencatatan terhadap pencapaian indicator-indikator kinerja, yang selanjutnya direalisasikan dalam format-format baku yang bisa dibaca secara kuantitatif.

10. Sumber Pendanaan

Secara umum dana kegiatan SANIMAS per lokasi kegiatan berasal dari 4 sumber yaitu : Pemerintah pusat, APBD, Donor (LSM donator) serta Masyarakat. Pola

pendanaan dan kontribusi di kegiatan SANIMAS terdiri dari 2 macam yaitu : cash (tunai) dan in-cash (material/ lahan)

Metode pencairan dana adalah sebagai berikut :

a. Dana yang bersumber dari pemerintah pusat dalam bentuk material dicairkan melaui Satuan Kerja Peningkatan Kinerja Pengelolaan Penyehatan Lingkungan Permukiman Propinsi dalam bentuk in-cash per lokasi. Pengadaannya melaui tender dan disalurkan ke masyarakat sesuai dengan kesepakatan.

b. Dana yang bersumber dari Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam bentuk cash (upah) dan in-cash (material dan lahan). Proses pencairan/ pengadaan sesuai dengan proposal KSM saat mengajukan rencana kegiatan masyarakat.

c. Dana yang bersumber dari swasta/LSM Donatur dalam bentuk cash dan in-cash. d. Dana yang bersumber dari masyarakat berupa cash dan in –cash.

Untuk memonitor dan mengawasi progress keuangan maka KSM membuat Jurnal Keuangan, yang dibuat tiap minggu oleh KSM dan diinformasikan kepada masyarakat. Sedangkan laporan akhir keuangan dibuat oleh KSM SANIMAS setelah semua pekerjaan konstruksi selesai disertai bukti-bukti semua transaksi.

2.5.2. Pendekatan, Prinsip dan Pola Penyelengaraan Program SANIMAS. 1. Pendekatan Program SANIMAS Program SANIMAS menggunakan pendekatan

pemberdayaan masyarakat melalui :

a. Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan rendah, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil ditujukan kepada penduduk miskin yang bermukim di permukiman padat perkotaan berdasarkan kebutuhan.

b. Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan dan kesempatan yang luas dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan pengelolaan hasilnya.

c. Mendorong prakarsa local dengan iklim keterbukaan, dimana masyarakat menyampaikan permasalahan dan merumuskan kebutuhannya secara demaokratis dan transparan.

d. Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan pengelolaan.

e. Keswadayaan, dimana kemampuan masyarakat menjadi factor pendorong utama dalam keberhasilan kegiatan baik perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupan pemanfaatan, hasil kegiatan.

2. Prinsip-Prinsip SANIMAS Prinsip dasar SANIMAS adalah :

a. Program ini bersifat tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti SANIMAS akan bersaing mendapatkan program ini dengan cara menunjukkan komitmen serta kesiapan untuk melaksanakan sistem sesuai pilihan mereka b. Pengambilan keputusan berada sepenuhnya di tangan masyarakat, peran LSM/

Swasta, sedangkan pemerintah hanya sebatas sebagai fasilitator.

c. Masyarakat menentukan, merencanakan, membangun, dan mengelola sistem yang mereka pilih sendiri dengan di fasilitasi oleh LSM atau konsultan pendamping yang bergerak secara profesional dalam bidang teknologi pengolahan limbah maupun bidang sosial.

d. Pemerintah daerah tidak sebagai pengelola sarana, hanya memfasilitasi inisiatif kelompok masyarakat.

Prinsip penyelenggaraan SANIMAS adalah : a. Dapat diterima

Pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh dukungan dan diterima masyarakat.

b. Transparan

Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dan aparatur sehingga dapat diawasi dan dievalusi oleh semua pihak. c. Dapat dipertanggung jawabkan

Pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada seluruh lapisan masyarakat.

d. Berkelanjutan

Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan, yaitu ditandai dengan adanya manfaat bagi pengguna serta pemeliharaan dan pengelolaan sarana dilakukan secara mandiri oleh masyarakat pengguna.

3. Pola Penyelenggaraan SANIMAS

Pola penyelenggaraan SANIMAS dilakukan oleh masyarakat dengan difasilitasi Lembaga Sawadaya Mayarakat (LSM) atau konsultant pendamping yang memiliki kemampuan teknis dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

2.5.3 Tujuan dan indikator keberhasilan penyelenggaraan pembangunan

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 21-33)

Dokumen terkait