PENGALAMAN DAN PEMBELAJARAN DALAM PENYUSUNAN ATLAS SEBAGAI PROFIL SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR LAMPUNG
2. KEGIATAN PENYUSUNAN PROFIL PESISIR LAMPUNG 1 Deskripsi dan tujuan penyusunan profil
2.2 Tahapan dalam penyusunan atlas
Dalam pembuatan atlas sumberdaya pesisir wilayah Propinsi Lampung telah disepakati bahwa :
setiap desa yang mempunyai garis pantai harus dikunjungi oleh Tim Proyek Pesisir untuk mendapatkan data primer dan verifikasi data sekunder tentang desa tersebut;
kegiatan ini melibatkan instansi-instansi pemerintah di tingkat propinsi, kabupaten serta aparat desa, lembaga swadaya masyarakat setempat, staf dan mahasiswa Universitas Lampung agar dampak Proyek Pesisir dalam mempromosikan konsep pengelolaan pesisir secara terpadu di kalangan masyarakat Lampung menjadi lebih efektif.
Untuk melengkapi informasi yang diperlukan tentang gambaran sta- tus dan potensi pesisir Lampung, Proyek Pesisir Lampung memutuskan untuk mengangkat seorang konsultan lokal dan dua orang penasehat dari Univer- sitas Lampung. Untuk sejumlah bidang tertentu yang tidak tersedia di Lampung, maka diangkat sejumlah konsultan dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Secara umum proses
pembuatan atlas sumberdaya wilayah pesisir Propinsi Lampung (Gambar 2) dimulai dengan penentuan jenis informasi yang perlu ditampilkan dalam atlas dan diakhiri dengan pencetakan serta penyebar-luasannya.
Penentuan jenis informasi yang perlu ditampilkan dalam profil pesisir Lampung
Penentuan jenis informasi yang perlu ditampilkan dalam atlas dilakukan dalam diskusi-diskusi dengan berbagai pihak, seperti Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan - IPB, staf instansi pemerintah daerah Propinsi Lampung (khususnya Tim Pengarah Propinsi atau Provincial Steer- ing Committee), para konsultan proyek, pimpinan Proyek Pesisir dan Coastal Resources Center - URI. Diskusi Proyek Pesisir Lampung dengan PKSPL- IPB dimulai pada bulan April 1998. Secara umum disimpulkan bahwa informasi tersebut harus mencakup aspek biofisik, ekonomi dan sosial-budaya serta kelembagaan.
Penentuan strategi pengumpulan informasi dari lapang
Berdasarkan kebutuhan informasi di atas, disusunlah rancangan studi atau kajian dengan topik-topik yang relevan. Setiap topik kajian dilaksanakan oleh sebuah tim yang dikoordinir oleh seorang konsultan, baik konsultan nasional maupun internasional). Penentuan konsultan pelaksana studi ditentukan berdasarkan diskusi dan informasi dari berbagai pihak. Tim pengkajian ini beranggotakan beberapa sukarelawan (volunteers) yang berminat, baik mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat, masyarakat lokal maupun staf dinas/instansi terkait di Propinsi Lampung. Para konsultan bertanggungjawab terhadap proses pelaksanaan kajian sampai penulisan laporan teknis. Field Project Manager Proyek Pesisir Lampung berperan sebagai koordinator kegiatan pengkajian ini. Jangka waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing tim pengkajian sangat bervariasi (Wiryawan et al., 1999). Pelaksanaan pengumpulan dan pengkajian informasi lapang
Pelaksanaan pengumpulan dan pengkajian informasi lapang dapat dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah persiapan awal dalam bentuk pengumpulan dan pengkajian literatur, pembuatan sketsa peta dasar (jika
diperlukan) dan penyusunan daftar isian pertanyaan (quesioner) untuk penggalian informasi dan data primer di lapangan. Tahap kedua adalah penggalian informasi dan data primer di lapangan. Studi-studi ini sebagian besar dilakukan dengan mewawancarai stakeholder secara langsung dan pengisian kuesioner. Di setiap desa pantai dilakukan wawancara terhadap 4 orang responden, yaitu tokoh masyarakat, nelayan, petambak, staf pemerintah desa atau petani. Penggalian data primer juga dilakukan dengan menghubungi instansi atau dinas pemerintah dan non-pemerintah. Data sekunder diambil untuk melengkapi dan pengecekan silang data primer yang diperoleh di lapangan. Tahap ketiga adalah analisis data lapangan dan penyusunan laporan teknis serta ringkasan studi. Pelaksanaan pengumpulan dan pengkajian informasi lapang dimulai pada bulan Agustus 1998 dan berakhir pada bulan Februari 1999.
Konfirmasi dan klarifikasi hasil kajian informasi lapang
Informasi dan data yang diperoleh di lapangan selanjutnya dikonfirmasikan dengan dinas atau instansi terkait di tingkat propinsi dan kabupaten serta lembaga non-pemerintah, seperti LSM dan perusahaan- perusahaan. Kegiatan ini dilakukan sebanyak dua kali sebelum penyusunan atlas. Konfirmasi pertama yang bertujuan untuk verifikasi dilakukan dalam rangka mendapatkan tanggapan terhadap kecukupan kajian dan kebenaran atau validitas data dan informasi yang tertuang dalam laporan-laporan teknis yang disusun oleh para konsultan. Dari kegiatan ini disimpulkan perlunya kajian tambahan tentang kondisi oseanografi dan pariwisata serta kajian khusus tentang Bandar Lampung. Penambahan studi tentang oseanografi dan pariwisata diperlukan dengan pertimbangan bahwa perencanaan pengelolaan wilayah pesisir perlu dilengkapi dengan informasi tentang kedua aspek tersebut. Kajian tambahan tentang Bandar Lampung adalah permintaan stakeholder setempat yang mempertimbangkan bahwa meskipun secara geografis wilayah pesisirnya tidak luas namun Bandar Lampung sangat mempengaruhi kerumitan permasalahan pesisir Lampung, khususnya Teluk Lampung. Kegiatan konfirmasi dan klarifikasi ini berlangsung dari bulan Desember 1998 sampai April 1999.
Penyusunan laporan teknis
Setiap konsultan diwajibkan untuk menyusun laporan teknis (technical report) dan melengkapinya dengan sebuah ringkasan hasil kajian sebanyak 2 lembar dengan tenik penulisan menggunakan bahasa populer agar mudah dimengerti oleh khalayak umum. Lama waktu yang diperlukan untuk penyusunan laporan teknis tersebut sesuai dengan waktu yang disediakan untuk setiap konsultan dalam menyelesaikan
kajiannya. Ringkasan hasil kajian tersebut adalah teks bahan utama yang dimasukan kedalam atlas. Untuk itu, selanjutnya Tim Editor yang terdiri dari Proyek Pesisir Lampung dibantu oleh Learning Team PKSPL-IPB melakukan perbaikan redaksional, perubahan dan penambahan terhadap laporan teknis dan ringkasan kajian tersebut tanpa mengubah isi substansinya. Perbaikan redaksional laporan teknis dan ringkasannya tersebut dilakukan pada bulan Januari 1999.
Pembuatan atlas
Atlas merupakan suatu format penyajian informasi yang ditampilkan dalam bentuk peta-peta tematik dan dilengkapi dengan teks yang mudah dipahami oleh khalayak umum sehingga dapat ditelaah oleh banyak pihak. Atlas Sumberdaya Pesisir Lampung memuat permasalahan atau isu-isu pengelolaan wilayah pesisir yang teridentifikasi di Propinsi Lampung. Isu- isu tersebut disajikan dengan konsep‘hot spot’ sehingga permasalahan- permasalahan tersebut diketahui dimana lokasi geografinya. Atlas ini juga menampilkan permasalahan yang diprioritaskan untuk ditangani dalam pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.
Atlas tersebut terdiri dari dua bagian utama, yaitu ringkasan studi dan peta-peta tematik yang menggambarkan kondisi Lampung. Pembuatan peta- peta yang disajikan dalam atlas diawali dengan pembuatan peta dasar dan peta tematik secara manual. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan peta- peta melalui proses digitasi. Pembuatan peta secara manual dilakukan pada
bulan Januari 1999. Pembuatan peta dasar dan peta-peta tematik digital dilakukan di Lampung sebagai kerjasama antara Proyek Pesisir Lampung dengan Bappeda Propinsi Lampung; pembuatan peta di Bogor adalah kerjasama antara Proyek Pesisir Lampung dengan PKSPL- IPB yang dilaksanakan oleh sebuah tim di Laboratorium GIS. Pembuatan peta digital ini dimulai dari bulan Agustus 1998.
Secara singkat kegiatan penyusunan atlas meliputi kegiatan perbaikan redaksional setiap ringkasan studi, perumusan permasalahan atau isu-isu pesisir untuk empat wilayah pesisir (a. Pantai Barat dan Teluk Semangka, b. Teluk Lampung, c. Pantai Timur dan d. Bandar Lampung), pembuatan peta dasar dan peta- peta tematik, penulisan kata pengantar, sambutan, ucapan terimakasih, pendahuluan, daftar akronim, daftar istilah, daftar pustaka. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah draft dokumen atlas.
Sosialisasi dan penyebarluasan atlas
Sosialisasi atlas dilakukan sejak proses konfirmasi dan verifikasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dan berperan dengan jenis data dan informasi yang terkandung di dalamnya. Setelah dicetak, atlas setebal 120 halaman ini disebarluaskan ke seluruh sekolah menengah umum, baik SMU negeri maupun SMU swasta, semua instansi pemerintah dan non-pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan-perusahaan swasta dan masyarakat umum. Atlas juga dikirim kepada Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (Ditjen Bangda) untuk dijadikan contoh dan disebarluaskan kepada seluruh Bappeda propinsi-propinsi lain di Indonesia. Sosialisasi atlas kepada masyarakat dilakukan bersamaan dengan proses konsultasi umum dalam penggalian visi untuk keperluan penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung (Renstra Pesisir). Sosialisasi isi atlas juga dilakukan dalam bentuk penulisan beberapa artikel ilmiah (Mahi dan Wiryawan 1999; Wiryawan et al., 1999).
Jumlah orang yang berpartisipasi dalam proses penyusunan atlas
26 orang tim teknis
50 orang volunter (mahasiswa)
10 orang staf pemerintah daerah Lampung 30 orang dari LSM dan perusahaan swasta 20 orang dari media massa
40 orang dari CRC - URI, Proyek Pesisir, perguruan tinggi, Ditjen Pembangunan Daerah
2.3 Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam penyusunan atlas