• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN DAN TAKLIK

B. Taklik Talak

33

menetapkan secara permanen bahwa dalam perkara cerai gugat, yang bertindak dan berkedudukan sebagai penggugat adalah “istri”. Pada pihak lain, “suami” ditempatkan sebagai pihak tergugat. Dengan demikian masing-masing telah mempunyai jalur tertentu dalam upaya menuntun perceraian. Jalur jalur suami melalui upaya cerai talak dan jalur istri melalui upaya cerai gugat.13

Begitu juga mengenai tata cara cerai gugat yang sesuai dalam pasal 39 Undang-undang No 1 Tahun 1974 tertulis lengkap dalam PP No 9 Tahun 1975 dalam bab V pasal 20 sampai pasal 36 sebagai pelaksaannya.

B. Taklik Talak

1. Pengertian Taklik Talak

Arti kata taklik, ialah menggantungkan. Bila dihubungkan dengan talak menjadi taklik talak, akan mempunyai arti suatu talak yang digantungkan dan dijatuhkan pada saat terjadinya suatu hal yang memang mungkin terjadi, yang telah disebutkan terlebih dahulu dalam suatu perjanjian atau telah diperjanjikan terlebih dahulu. Ada kalanya kedua kata tersebut dibalik letaknya sehingga menjadi taklik talak yang mempunyai maksud yang sama, walaupun arti katanya mempunyai perbedaan sedikit. Taklik talak adalah talak yang digantungkan, yang

13 Ibid, 234

34

diucapkan oleh suami sesudah akad nikah sebagai suatu perjanjian pernikahan yang mengikat suami dan dikaitkan dengan Iwadl.14

Menurut Sayuti Thalib taklik talak adalah suatu talak yang digantungkan jatuhnya pada suatu hal yang telah diperjanjikan itu dan jika hal atau syarat yang telah diperjanjikan itu dilanggar oleh suami, maka terbukalah kesempatan mengambil inisiatif untuk talaq oleh istri, kalau ia menghendaki demikian itu.15

Sedangkan dari segi istilah taklik talak adalah suatu bentuk khusus dari talak dengan persyaratan tertentu. Taklik dalam bahasa Arab berarti “syarat atau janji”. Talak berlaku segera setelah diucapkan oleh suami. Akan tetapi dalam masalah taklik talak, maka talak tidak berlaku saat diucapkan, tetapi saat terpenuhinya persyaratan yang ditetapkan sebelumnya. Contohnya apabila suami mengatakan kepada istrinya, “engkau ku talak besok pagi”, maka perceraian atau talak baru jatuh pada pagi berikutnya.16

Taklik talak menurut pengertian hukum di Indonesia adalah semacam ikrar. Ikrar tersebut menunjukkan bahwa suami menggantungkan adanya talak terhadap isterinya, maka apabila dikemudian hari salah satu atau semua yang telah di ikrarkan terjadi maka isteri dapat mengaduknnya ke Pengadilan Agama dan apabila

14 Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Sejarah Perkembangan Hukum Perceraian di Indonesia dan di Belanda, (Surabaya: Airlangga University Press, 1996), hlm. 38

15Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penerbit VI, 1974), hlm.119

16 Hisako Nakamura, Perceraian Orang Jawa, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1991),hlm. 37

35

alasannya terbukti maka Hakim akan memutuskan perkawinannya. Dengan kata lain taklik talak akan memberikan akibat hukum.17

Juga dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengenai pengertian taklik talak, yaitu dalam pasal 1 poin e yang berbunyi taklik talak adalah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang dicantumkan dalam akta nikah berupa janji talak yang digatungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.

Dari beberapa pengertian yang telah dijabarkan diatas. Bahwa dapat disimpulkan bahwa taklik talak adalah suatu pernyataan talak yang diucapkan oleh suami setelah akad nikah, dimana pernyataan tersebut digantungkan pada suatu syarat yang pembuktiannya dimungkinkan terjadi diwaktu yang akan datang.

2. Dasar Hukum Taklik Talak

Taklik talak yang berlaku di Indonesia didasarkan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 128 yang berbunyi :

                                

Artinya : Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya

36

kikir. Dan jika kamu memperbaiki (pergaulan dengan istrimu) dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap acuh tak acuh), maka sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.18

Ayat ini menjadi dasar untuk merumuskan tata cara dan syarat bagi taklik talak sebagai perjanjian perkawinan. Taklik talak mempunyai arti suatu talak yang digantungkan jatuhnya pada terjadinya suatu hal yang memang mungkin terjadi yang telah disebutkan terlebih dahulu dalam suatu perjanjian yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.19

Dan juga dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) mulai dari pasal 45 sampai pasal 46 bahwa taklik talak adalah perjanjian perkawinan yang berbunyi :

Pasal 45

Kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam bentuk :

a. Taklik talak dan

b. Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum islam. Pasal 46

(1) Isi taklik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum islam.

(2) Apabila keadaan yang diisyaratkan dalam taklik talak betul-betul terjadi kemudian, tidak dengan sendirinya talak jatuh. Supaya talak sungguh-sungguh jatuh, isteri harus mengajukan persoalannya ke pengadilan Agama.

18 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), hlm. 282 19 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia,... hlm. 118

37

(3) Perjanjian taklik talak bukan salah satu yang wajib diadakan pada setiap perkawinan, akan tetapi sekali taklik talak sudah diperjanjikan tidak dapat dicabut kembali.20

Yang kemudian juga dikuatkan dengan peraturan menteri agama no 11 tahun 2007 tentang pencatatan nikah, dalm pasal 23 menerangkan bahwa taklik talak dapat dilakukan oleh suami dan akan sah jika taklik talak tersebut di tanda tangani oleh suami.

Pasal 23

1. Suami dapat menyatakan sighat taklik.

2. Sighat taklik dianggap sah apabila ditandatangani suami. 3. Sighat taklik ditetapkan oleh Menteri Agama.

4. Sighat taklik talak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat dicabut kembali.21

3. Syarat-syarat Taklik Talak

Jumhur ulama fiqh mengemukakan tiga syarat bagi berlakunya taklik talak:

a. Syarat tersebut adalah sesuatu yang belum ada, belum terjadi dan mungkin terjadi.

Misalnya: ucapan suami pada istrinya “ jika kamu keluar negeri tanpa seizin saya, maka talakmu jatuh”, artinya keluar negeri

20 Kompilasi Hukum Islam,

38

sesuatu yang belum terjadi tetapi mungkin terjadi. Maka taklik al-Muallaq jatuh sendirinya.

b. Ketika lafal taklik talak diucapkan suami, wanita tersebut masih berstatus istri.

c. Ketika syarat yang dikemukakan dalam lafal taklik talak terpenuhi, wanita tersebut masih berstatus istri.22

Tentang taklik bersyarat Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Qayyim berpendapat bahwa taklik talak yang berarti janji dipandang tidak berlaku sedang orang yang mengucapkannya wajib membayar kafarat dengan memberi makan sepuluh orang miskin atau memberi pakaian kepada mereka dan jika tidak, maka ia wajib berpuasa selama tiga hari. Mengenai talak bersyarat keduanya berpendapat bahwa talak bersyarat dianggap sah, apabila yang dijadikan persyaratan telah terpenuhi.23

Adapun syarat sahnya taklik talak ada tiga yaitu:

1. Perkaranya belum ada tetapi mungkin terjadi di kemudian hari.

2. Hendaknya istri ketika lahirnya akad talak dapat dijatuhi talak (dalam keadaan memenuhi persyaratan untuk di jatuhi talak), umpamanya istri ada dalam pemeliharaan suami.

3. Ketika terjadinya perkara yang ditaklikkan istri berada dalam pemeliharan suami.24

22 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996), hlm. 1781

23 Sayid Sabiq, Fikih Sunah, Terjemahan Mohamad thalib, (Bandung : Al Maarif, 1980), hlm 39-40

39

Sedangkan syarat dalam rumusan taklik talak, sebagaimana diatur dalam peraturan menteri Agama RI Nomor 2 tahun 1990 berbunyi sebagai berikut :

“sesudah akad nikah, saya....bin...berjanji dengan sepenuh hati, bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami dan saya akan pergauli istri saya bernama...bin...dengan baik (mu’asyaroh bil ma’ruf) menurut ajaran syariat Islam. Selanjutnya saya mengucapkan sighat taklik atas istri saya itu sebagai berikut:

Sewaktu-waktu saya:

(1) Meninggalkan istri saya dua tahun berturut-turut;

(2) Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya;

(3) Atau saya menyakiti badan/jasmani istri saya itu;

(4) Atau saya membiarkan (tidak memedulikan) istri saya enam bulan lamanya;

Kemudian istri saya tidak ridlo dan mengadukan halnya kepada Pengadilan Agama atau petugas yang memberinya hak untuk mengurus pengaduan itu dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh Pengadilan atau petugas tersebut, dan istri saya membayar uang sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) sebagai iwadl (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak satu saya kepadanya. Kepada pengadilan atau petugas tersebut tadi saya kuasakan untuk menerima upah iwadl (pengganti) itu dan kemudian menyerahkannya kepada Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) pusat, untuk keperluan ibadah sosial.25

Dokumen terkait