• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.7. Ruang Terbuka Hijau

4.7.3. Taman Makam

Di Kota Ambon terdapat beberapa lokasi pemakaman, diantaranya TPU Benteng dan Taman Makam Pahlawan Kapahaha. TPU Benteng pada awalnya merupakan pemakaman Cina yang berlokasi di perbukitan yang menurut kepercayaan Cina harus menghadap ke laut, namun sampai saat ini telah menjadi pemakaman umat Kristen. Tanaman yang terdapat di TPU Benteng adalah tanaman semak dan rumput yang tampak tidak terawat.

Sebaliknya di TMP Kapahaha, tampak rapi dikelilingi taman dan pepohonan dengan dominasi jenis palem (Crysalidocarpus indicus), dan cemara kipas (Thuja orientalis Linn), serta disekelilingnya ditumbuhi reruputan yang sangat terawat.

4.7.4. Lapangan Olah Raga

Terdapat 2 (dua) lapangan terbuka yang dapat digunakan oleh masyarakat Kota Ambon untuk berolah raga. Yang pertama adalah Stadion Mandala Remaja yang terletak di Jalan InaTuni Kelurahan Karang Panjang, berjarak sekitar 2 km dari pusat kota. Stadion ini biasanya digunakan untuk pertandingan sepak bola dan atletik, selain itu juga untuk acara lainnya seperti konser musik. Fasilitas yang terdapat di Stadion Mandala Remaja adalah lapangan sepak bola, jogging track, dan lapangan atletik.

Berikutnya adalah Lapangan Merdeka, yang baru saja selesai direnovasi, berada di Jalan Pattimura, tepat berhadapan dengan Kantor Gubernur Maluku. Fasilitas yang terdapat di lapangan ini bukan saja untuk berolah raga, seperti lapangan bola kaki, lapangan volly, lapangan basket, dan jogging track, tetapi juga terdapat taman Pattimura Park untuk tempat sosialisasi bagi masyarakat Kota Ambon.

4.7.5. Taman Kota Lainnya

Selain taman kota yang dikelola oleh Pemerintah Kota Ambon, ada juga Taman yang dikelola oleh Pemerintah Australia, yaitu Taman Australia yang terdapat di Kelurahan Pandan Kasturi. Di taman ini terdapat tugu peringatan yang bertuliskan nama-nama para pejuang yang berasal dari Australia yang gugur saat berperang di Kota Ambon. Setiap tahun Taman Australia dikunjungi oleh perwakilan dari

46

Pemerintah Australia dan pihak keluarga korban yang gugur untuk melakukan upacara peringatan.

Di taman ini terdapat berbagai jenis pohon yang rimbun dan tanaman hias yang indah dan terawat. Sepertinya di Kota Ambon, taman inilah yang sangat diperhatikan dan dirawat, walaupun bukan oleh Pemerintah Kota Ambon sendiri. Ironis sekali keadaannya dengan taman lainnya yang berada dan dikelola langsung oleh Pemerintah Kota Ambon.

5.1. Luas Hutan Kota Berbasis Hidrologi dan Analisis Spasial Hutan Kota

Air yang dikonsumsi oleh manusia dapat berasal dari dalam tanah, juga dari air permukaan. Ketersediaan air suatu kawasan bergantung pada daur hidrologis kawasan tersebut. Ruang terbuka hijau merupakan salah satu cara konservasi air, banyaknya akar tanaman akan mampu menambah lubang pori-pori tanah sehingga air dapat masuk, dan kelebihan air permukaan menjadi berkurang.

5.1.1.Kebutuhan Air

Analisis kebutuhan air yang meliputi kebutuhan air untuk kebutuhan domestik, industri, dan peternakan selain dilakukan untuk kebutuhan air saat ini juga dilakukan untuk kebutuhan air di masa akan datang dimana faktor-faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan tersebut akan mengalami perubahan.

5.1.1.1.Kebutuhan Air Domestik

a) Kebutuhan Air Domestik tahun 2007

Kebutuhan air rumah tangga atau domestik adalah kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Kebutuhan air rumah tangga tersebut antara lain untuk minum, memasak, mandi, cuci, kakus (MCK), dan lain- lain seperti cuci mobil, menyiram tanaman dan sebagainya.

Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di masa yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan antara kebutuhan air untuk penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural (perdesaan). Adanya pembedaan kebutuhan air dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di daerah urban cenderung memanfaatkan air secara berlebih dibandingkan penduduk di daerah pedesaan.

Besarnya konsumsi air dapat mengacu pada berbagai macam standar yang telah dipublikasikan. Standar kebutuhan air domestik berdasarkan kriteria jumlah penduduk dan jenis kota seperti disajikan pada Tabel 11. Jumlah penduduk yang

48

digunakan dalam standar ini adalah jumlah penduduk yang menetap pada satu wilayah.

Tabel 11 Standar kebutuhan air rumah tangga berdasarkan jenis kota dan jumlah penduduk

Jumlah Penduduk

Jenis Kota Jumlah Kebutuhan Air

(jiwa) (liter/orang/hari) >2.000.000 Metropolitan >210 1.000.000-2.000.000 Metropolitan 150-210 500.000-1.000.000 Besar 120-150 100.000-500.000 Besar 100-150 20.000-100.000 Sedang 90-100 3.000-20.000 Kecil 60-100

Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU.

Sedangkan besarnya kebutuhan air untuk tiap orang per hari berdasarkan standar dari Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a) Kebutuhan untuk penduduk kota besar sebesar 120 liter/kapita/hari. b) Kebutuhan untuk penduduk kota kecil sebesar 80 liter/kapita/hari. c) Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60 liter/kapita/hari.

Berdasarkan Tabel 11, sesuai dengan jumlah penduduk, Kota Ambon dapat dikategorikan sebagai Kota Besar dengan jumlah kebutuhan air sebesar 100 – 150 liter/orang/hari. Untuk Kota Ambon dengan jumlah penduduk sebesar 271.972 jiwa pada tahun 2007, kebutuhan air domestik rata-rata dapat diasumsikan sama dengan rata-rata konsumsi air bersih per kapita per hari masyarakat Indonesia, yaitu sebesar 138,5 liter/hari (Gupta, 1989 dalam Adriyanto, 2007). Dengan demikian dapat diketahui kebutuhan air domestik di Kota Ambon pada tahun 2007 adalah 13.748.864,53 m3/tahun.

Jika dilihat dari sebaran penduduk, pada tahun 2007 daerah yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Sirimau sebanyak 105.010 jiwa dan kepadatan tertinggi terdapat di Desa Batu Merah dengan 36.608 jiwa dengan kebutuhan air sebesar 1.850.626 m3/tahun. Jumlah penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan air, di daerah yang banyak jumlah penduduknya kebutuhan air di daerah tersebut juga besar, demikian pula sebaliknya. Jumlah penduduk dan kebutuhan air domestik Kota Ambon per Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 12. Peta sebaran penduduk dan kebutuhan air domestik di Kota Ambon ditunjukkan oleh Gambar 12.

Tabel 12 Jumlah dan kebutuhan air penduduk Kota Ambon tahun 2007

Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) KA total 2007 (m3/th) Nusaniwe 82.760 4.183.724,90 Sirimau 105.010 5.308.518,03 Teluk Ambon 27.990 1.414.964,48 Teluk Ambon Baguala 47.149 2.383.499,82 Leitimur Selatan 9.063 458.157,31 KOTA AMBON 271.972 13.748.864,53

Sumber: BPS Kota Ambon (diolah).

Gambar 12 Sebaran penduduk dan kebutuhan air di Kota Ambon tahun 2007

b) Perkiraan Kebutuhan Air Domestik Tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025

Perkembangan jumlah penduduk dapat dilihat dari laju pertumbuhan penduduk. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Ambon tahun 2000-2007 yaitu 2,59% yang dapat dilihat pada Tabel 13.

50

Tabel 13 Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Ambon tahun 2003 - 2007

Kecamatan

Laju Pertumbuhan Tahunan Penduduk Laju Rata- rata 2003 - 2004 2004 - 2005 2005 - 2006 2006 - 2007 Nusaniwe 5,58% 1,83% -0,92% 0,25% 1,69% Sirimau 7,61% 1,84% 1,07% 4,07% 3,65% Teluk Ambon 1,98% 2,48% 9,68% 6,37% 5,13% TA Baguala 1,96% 2,45% -4,54% 5,95% 1,45% Leitimur Selatan 3,37% 2,24% -3,64% 2,12% 1,02% Rata-rata Laju Pertumbuhan 4,10% 2,17% 0,33% 3,75% 2,59%

Sumber: BPS Kota Ambon (diolah).

Berdasarkan data penduduk tersebut, dapat diperkirakan jumlah penduduk dan kebutuhan air domestik Kota Ambon pada tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025. Jumlah penduduk tahun 2015 diperkirakan sebanyak 333.706 jiwa dengan kebutuhan air domestik sebesar 16.869.689 m3/tahun.

Pada tahun 2020 dan 2025, jumlah penduduk masing-masing sebanyak 379.219 jiwa dan 430.938 jiwa, dengan kebutuhan air domestik masing-masing sebesar 19.170.446 m3/tahun dan 21.784.990 m3/tahun. Grafik perkiraan jumlah penduduk dan kebutuhan air domestik Kota Ambon per Kecamatan dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Perkiraan jumlah penduduk dan kebutuhan air tiap kecamatan di Kota Ambon tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025

- 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2010 2015 2020 2025 Tahun J u m la h pe n duduk (r ib ua n j iw a ) - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 K e bu tuha n a ir ( jut a a n m 3 /t a hun)

Penduduk Nusaniwe Penduduk Sirimau Penduduk Teluk Ambon

Penduduk TA Baguala Penduduk Leitimur Selatan KA Nusaniwe

KA Sirimau KA Teluk Ambon KA TA Baguala

5.1.1.2.Kebutuhan Air Industri

a) Kebutuhan Air Industri Tahun 2007

Selain manusia, kegiatan industri juga membutuhkan air. Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri, termasuk bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri. Namun besar kebutuhan air industri ditentukan oleh kebutuhan air untuk diproses, bahan baku industri dan kebutuhan air untuk produktifitas industri. Sedangkan kebutuhan air untuk pendukung kegiatan industri seperti hidran dapat disesuaikan untuk jenis industrinya.

Untuk menghitung jumlah air yang dibutuhkan oleh industri, harus terlebih dahulu mengetahui jumlah dan jenis industri. Berdasarkan klasifikasi jenis industri, maka dapat dilihat bahwa perindustrian di Kota Ambon didominasi oleh industri rumah tangga, yang mencapai 58,84% dari total industri yang ada.

Tabel 14 Jumlah dan Persentase Kegiatan Industri di Kota Ambon Menurut Kategori Tahun 2004 – 2007

Kategori 2004 2005 2006 2007

Unit % Unit % Unit % Unit %

RT 37 52,11% 82 56,16% 106 57,92% 173 58,84% Kecil 24 33,80% 54 36,99% 67 36,61% 107 36,39% Sedang 10 14,08% 10 6,85% 10 5,46% 14 4,76% Besar 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% TOTAL 71 100,00% 146 100,00% 183 100,00% 294 100,00%

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Ambon (diolah).

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah industri selalu meningkat setiap tahunnya, dengan didominasi oleh industri rumah tangga. Peta sebaran industri dan kebutuhan air industri di Kota Ambon pada tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 14.

Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa jumlah industri tertinggi terdapat di Kecamatan Sirimau dengan jumlah 190 unit industri, dengan kategori yang terbanyak yaitu industri rumah tangga.

Kebutuhan air industri Kota Ambon tahun 2007 yaitu 163.067,40 m3/tahun. Daerah yang membutuhkan air untuk industri tertinggi terdapat di Kecamatan Sirimau yaitu sebesar 99.750,85 m3/tahun, atau 61,17% dari total kebutuhan air untuk industri di Kota Ambon.

52

Gambar 14 Peta Sebaran Jumlah dan Kebutuhan Air Industri di Kota Ambon Tahun 2007

b) Perkiraan Kebutuhan Air Industri Tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025

Pertumbuhan jumlah industri di Kota Ambon tahun 2010,2015, 2020, dan 2025 diperkirakan dengan menggunakan persamaan regresi linier. Pertambahan jumlah industri dihitung berdasarkan kategori industri per kecamatan. Persamaan regresi yang diperoleh untuk masing-masing kategori dan kecamatan berbeda- beda, demikian juga dengan kebutuhan air industri. Perkiraan jumlah kebutuhan air industri dihitung dengan menggunakan rumus regresi linier untuk masing- masing kategori industri per kecamatan yang ditunjukkan dalam Lampiran 2. Jumlah kebutuhan air industri akan mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya jumlah industri. Perkiraan penambahan jumlah industri dan perkiraan kebutuhan air industri di Kota Ambon untuk tahun 2010, 2015, 2020, dan 2015 dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Perkiraan pertambahan jumlah dan kebutuhan air industri per kecamatan di Kota Ambon Tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025

5.1.1.3.Kebutuhan Air Ternak

a) Kebutuhan Air untuk Ternak Tahun 2007

Kebutuhan air rata-rata untuk ternak ditentukan mengacu pada hasil penelitian dari FIDP yang dimuat dalam Technical Report National Water Resources Policy tahun 1992. Secara umum kebutuhan air untuk ternak dapat diestimasikan dengan mengalikan jumlah ternak dengan tingkat kebutuhan air.

Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah kebutuhan air ternak di Kota Ambon pada tahun 2007 adalah sebesar 23.285,91 m3/tahun. Tabel 15 menyajikan kebutuhan air ternak di Kota Ambon berdasarkan data jumlah dan jenis ternak.

Tabel 15 Jumlah dan kebutuhan air ternak berdasarkan jenisnya di Kota Ambon Jenis Ternak Jumlah ternak (ekor) Kebutuhan Air (m3/tahun)

Sapi 631 9.212,60 Kerbau 65 949,00 Kambing 745 1.359,63 Babi 1.151 2.520,69 Itik 838 183,52 Ayam 41.372 9.060,47 TOTAL 23.285,91

Sumber: BPS Kota Ambon (diolah)

0 200 400 600 800 1000 1200 2010 2015 2020 2025 Tahun J u m la h i ndus tr i (u n it ) 0 100 200 300 400 500 600 700 K e but uha n a ir i ndu s tr i (r ibua n m 3 /t a h un)

Jumlah Nusaniw e Jumlah Sirimau Jumlah Teluk Ambon Jumlah TA Baguala Jumlah Leitimur Selatan KA Nusaniw e KA Sirimau KA Teluk Ambon KA TA Baguala KA Leitimur Selatan

54

Total kebutuhan air untuk ternak di Kota Ambon adalah sebesar 23.285,91 m3/tahun dengan daerah yang memiliki kebutuhan air untuk ternak tertinggi adalah Kecamatan Nusaniwe yaitu sebesar 8.024,67 m3/tahun. Hal ini sesuai dengan jumlah ternak yang ada di Kecamatan Nusaniwe yang memiliki jumlah ternak sebesar 17.903 ekor, atau 39,96% dari keseluruhan ternak yang terdapat di Kota Ambon. Jumlah hewan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Teluk Ambon, namun kebutuhan air yang paling sedikit untuk ternak terdapat di Kecamatan Leitimur Selatan. Hal ini disebabkan jumlah dan kebutuhan air untuk ternak tidak berbanding lurus, karena bisa saja jumlah ternak terbanyak adalah unggas yang kebutuhan airnya sedikit.

Peta penyebaran hewan ternak dan penyebaran kebutuhan air untuk ternak per Kecamatan di Kota Ambon dapat dilihat masing-masing pada Gambar 16 dan 17.

Gambar 17 Peta Sebaran Kebutuhan Air Untuk Ternak di Kota Ambon Tahun 2007

b) Perkiraan Kebutuhan Air untuk Ternak Tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025

Perkirakan jumlah ternak pada tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025 dihitung dengan menggunakan persamaan linier untuk pertumbuhan ternak, yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 18, yang menunjukan bahwa peningkatan populasi ternak tertinggi akan terjadi untuk jenis ternak ayam di Kecamatan Sirimau, Teluk Ambon, dan Leitimur Selatan. Di Kecamatan Nusaniwe dan TA Baguala populasi ternak ayam cenderung menurun. Peningkatan populasi untuk ternak lain seperti sapi dan babi juga terjadi namun tidak terlalu signifikan.

Sementara perkiraan kebutuhan air untuk ternak pada tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025 juga akan meningkat. Peningkatan kebutuhan air ternak terbesar terjadi di Kecamatan Leitimur Selatan untuk kebutuhan air ternak sapi. Walaupun jenis ternak yang populasinya meningkat adalah ternak ayam, namun ternak ayam tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak, ternak yang memerlukan banyak air adalah ternak sapi.

56

Gambar 18 Grafik Perkiraan Jumlah Ternak Per Kecamatan di Kota Ambon Tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025

5.1.1.4. Kebutuhan Air Total Kota Ambon

Dari jumlah seluruh kebutuhan air dari setiap sektor, dapat dihitung estimasi kebutuhan air total di Kota Ambon yang disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16 Estimasi kebutuhan air Kota Ambon tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025 Tahun Kebutuhan Air

(m3/tahun)

2010 15.172.344

2015 17.403.908 2020 19.916.038 2025 22.743.956

5.1.2. Suplai Air Kota Ambon 5.1.2.1.Suplai Air Tanah

Volume suplai air tanah di Kota Ambon adalah 6.023.376 m3/tahun, sebagaimana disajikan pada Tabel 17 Suplai air tanah Kota Ambon berasal dari mata air sebesar 3.658.176 m3/tahun, dan air sumur dalam sebesar 2.365.200 m3/tahun. - 10 20 30 40 50 60 70 2010 2015 2020 2025 Tahun Ju m lah t e rn ak ( ri b u a n eko r) - 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 K e bu tu ha n a ir t e rn a k ( ri b u a n m3 /t a h u n )

Jumlah Nusaniw e Jumlah Sirimau Jumlah Teluk Ambon Jumlah TA Baguala Jumlah Leitimur Selatan KA Nusaniw e KA Sirimau KA Teluk Ambon KA TA Baguala KA Leitimur Selatan

Air tanah merupakan sumber air yang penting bagi masyarakat kota karena merupakan sumber pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari. Air sumur merupakan ground water yang bersumber dari air hujan yang meresap melalui proses perkolasi dan tersimpan dalam lapisan akuifer. Sedangkan mata air merupakan suatu titik dimana air tanah mengalir keluar dari permukaan tanah, akibat dari permukaan air tanah (akuifer) bertemu dengan permukaan tanah.

Tabel 17 Suplai Air Tanah Kota Ambon

Sumber Produksi (liter/detik) Produksi (m3/tahun) Mata Air 116 3.658.176,00 Air Sumur Dalam 75 2.365.200,00

TOTAL 191 6.023.376,00

Sumber: Lokollo, 2002

5.1.2.2.Suplai Air PDAM dan DSA

Di Kota Ambon terdapat 2 (dua) perusahaan air bersih yang menyediakan air bersih untuk masyarakat Kota Ambon. Dua perusahaan tersebut adalah PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) yang merupakan milik pemerintah dan PT. DSA (Dream Sukses Airindo) yang dimiliki swasta. Produksi air PDAM di Kota Ambon adalah 2.680.560 m3/tahun, sedangkan produksi air DSA adalah 2.944.831,68 m3/tahun. Tabel 18 memuat data kapasitas produksi air PDAM, sedangkan data kapasitas produksi air DSA disaikan pada Tabel 19.

Tabel 18 Suplai Air PDAM Kota Ambon Suplai Air

PDAM Sumber Air PDAM

Produksi (liter/detik) Produksi (m3/tahun) Sumur Dalam Hative Kecil 15 473.040,00 Rumah Tiga 10 315.360,00 Waipompa (Halong Atas) 25 788.400,00 Wainitu 5 157.680,00 Air Keluar (Kusu-kusu) 5 157.680,00 Air Besar (Soya) 5 157.680,00 Air Panas Wainiu I 5 157.680,00 Air Panas Wainiu II 5 157.680,00 Anonym 5 157.680,00

Anonym 5 157.680,00

TOTAL 85 2.680.560,00 Sumber: RTRW Kota Ambon, 2006-2016

58

Tabel 19 Suplai Air PT. DSA Kota Ambon Supply Air DSA Sumber Air DSA Produksi

(liter/detik) Produksi (m3/tahun) Mata Air Air Besar 15,88 500.791,68 Wainiuw 10,24 322.928,64 Air Panas 7,24 228.320,64 Beringin 18,35 578.685,60 Air Permukaan Water Fall Air Besar 41,67 1.314.105,12

TOTAL 93,38 2.944.831,68

Sumber: PT. DSA

Dari data yang disajikan pada Tabel 18 dan Tabel 19, dapat dilihat bahwa sumber air yang digunakan oleh PDAM adalah sumur dalam yang tersebar di 9 (sembilan) lokasi. Sementara pasokan air PT. DSA sebesar 2.944.831,68 m3/tahun berasal dari mata air sebesar 1.630.726,56 m3/tahun, dan dari air permukaan yang merupakan air sungai yang dipompa dan masuk ke dalam instalasi penyulingan air DSA sebesar 1.314.105,12 m3/tahun.

5.1.2.3.Suplai Air Simpanan Permukaan (SAtotal) dan Kemampuan Lahan Menyimpan Air (Slahan)

Berdasarkan hasil overlay antara peta tanah dan peta tutupan lahan diperoleh nilai Curve number (CN) untuk masing-masing jenis jenis tanah dan tutupan lahan. Dari nilai CN yang diperoleh dilakukan perhitungan besarnya air simpanan permukaan dan kemampuan lahan untuk menyerap air. Hasil yang diperoleh, suplai air simpanan permukaan adalah sebesar 3.536.894,01 m3/tahun. Setiap tutupan lahan memiliki kontribusi dalam suplai total air simpanan permukaan. Yang berkontribusi paling banyak untuk suplai air simpanan permukaan adalah hutan dengan suplai air sebesar 1.799.981,60 m3/tahun, sedangkan yang paling sedikit adalah, jalan dengan suplai air sebesar 224,75 m3/tahun. Total suplai air simpanan permukaan oleh keseluruhan ruang terbuka hijau adalah 3.258.394,46 m3/tahun.

Kemampuan seluruh lahan Kota Ambon dalam menyimpan air adalah sebesar 1.120,299 m3/ha/tahun, sedangkan untuk ruang terbuka hijau sendiri mampu menampung air sebesar 928,12 m3/ha/tahun.

Hasil perhitungan air simpanan permukaan dan kemampuan lahan menyimpan air pada setiap tutupan lahan dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.1.3 Selisih Kebutuhan dan Ketersedian Air Bersih

Untuk melihat kemampuan dalam penyedian air bersih maka dapat dilakukan pembandingan antara jumlah kebutuhan air bersih dengan kemampuan penyediaan air bersih Kota Ambon. Kemampuan penyediaan air bersih sudah mencakup air yang diproduksi PDAM, potensi air tanah dan kemampuan hutan dalam menyimpan air. Hasil pembandingan antara kebutuhan dan ketersediaan air bersih dapat dilihat pada Tabel 20 dan Gambar 19.

Tabel 20 Kebutuhan dan ketersediaan air bersih Kota Ambon Tahun Kebutuhan Air Suplai air Selisih 2010 15.172.345 33.652.535 18.480.190 2015 17.403.908 29.671.744 12.267.836 2020 19.916.038 25.969.093 6.053.055 2025 22.743.956 22.718.817 -25.139

Gambar 19 Kebutuhan dan ketersediaan air bersih kota Ambon

Dari Gambar 19 diketahui bahwa ketersediaan air bersih di Kota Ambon masih mencukupi kebutuhan hingga tahun 2024. Pada tahun 2025 akan terjadi kekurangan air bersih sebesar 25.139 m3.

- 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000 2010 2015 2020 2025 Tahun K e bu tuha n a ir ( m 3 ) - 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000 S u p lai a ir (m 3)

60

5.1.4.Perkiraan Luas Hutan Kota yang Dibutuhkan Kota Ambon

Dengan mengetahui nilai-nilai yang dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan air, maka dapat dihitung estimasi luas hutan kota yang dibutuhkan.

Dari hasil perhitungan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan air diketahui bahwa luas hutan kota yang dibutuhkan di Kota Ambon tahun 2007 adalah seluas 18.953,99 ha. Sedangkan perkiraan kebutuhan hutan kota di Kota Ambon untuk tahun 2010 yaitu 20.286,93 ha, tahun 2015 sebesar 22.691,32 ha, tahun 2020 sebesar 25.398,00 ha, dan tahun 2025 sebesar 28.444,93 ha. Gambar 20 memperlihatkan perkiraan kebutuhan luas hutan kota untuk ketersediaan air di Kota Ambon.

Gambar 20 Estimasi kebutuhan luas hutan kota untuk ketersediaan air di Kota Ambon tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025

Ruang terbuka hijau yang ada di Kota Ambon saat ini adalah seluas 26.320,76 ha, yang terdiri dari 14.022,61 ha RTH alami dan 12.298,15 ha RTH binaan. Dari keseluruhan luas RTH tersebut, 11.196,33 ha diantaranya merupakan kawasan hutan lindung. Namun dengan berkembangnya kota dan bertambahnya penduduk yang berarti akan bertambahnya lahan terbangun untuk pemukiman, maka lahan bervegetasi akan semakin berkurang. Berdasarkan data perubahan penggunaan lahan dari tahun-tahun sebelumnya maka dapat diperkiraan luas lahan

20.286,93 22.691,32 25.398,00 28.444,93 - 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 2010 2015 2020 2025 Tahun Lu a s ( h a )

bervegetasi yang ada di tahun-tahun yang akan datang. Estimasi luas ruang terbuka hijau di Kota Ambon dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Estimasi luas RTH di Kota Ambon tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025

Dengan mengetahui estimasi kebutuhan dan ketersediaan luas hutan kota/RTH, maka dapat dibuat kurva keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan hutan kota yang ditunjukkan pada Gambar 22.

Gambar 22 Estimasi kebutuhan dan ketersediaan hutan kota di Kota Ambon

Dari grafik pada Gambar 22 dapat dilihat bahwa titik keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan hutan kota terdapat di antara tahun 2010 dan 2015,

23.707,89 19.418,80 15.429,40 11.927,39 0 5000 10000 15000 20000 25000 2010 2015 2020 2025 Tahun L u as (h a) Luas RTH 20.286,93 22.691,32 25.398,00 28.444,93 23.707,89 19.418,80 15.429,40 11.927,39 3840 3840 3840 3840 - 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 2010 2015 2020 2025 Tahun L u as ( h a)

62

yaitu sekitar pertengahan tahun 2012. Pada tahun tersebut diperkirakan jumlah penduduk Kota Ambon akan mencapai 309.065 jiwa dengan kebutuhan air sebesar 15.623.991 m3/tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan hutan kota terutama untuk fungsi hidrologi, maka sangat diperlukan pengembangan hutan kota di Kota Ambon. Hutan kota di dapat dikembangkan di lahan kosong, sempadan sungai, dan di daerah dengan kondisi topografi yang terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Untuk sempadan jalan sampai saat ini telah dibuat jalur hijau, yang diperlukan hanya perawatan yang lebih intensif dari pemerintah kota. Menurut data digital Kota Ambon, total lahan kosong di Kota Ambon seluas 240 ha, panjang sungai adalah 81,75 km, dan daerah dengan kemiringan di atas 20% seluas 18.690 ha. Jika dibuat buffer hutan kota di sepanjang kanan kiri sungai selebar 20 m, maka akan diperoleh hutan kota seluas 539,37 ha. Peta buffer sungai dengan penanaman hutan kota selebar 20 m di kanan kiri sungai dapat dilihat pada Gambar 23. Peta topografi ditunjukkan pada Gambar 24.

Selain melakukan penambahan luas hutan kota, pemerintah juga harus melakukan tindakan lainnya seperti usaha menurunkan angka pertambahan penduduk serta melakukan perbaikan pengolahan air bersih sehingga tekanan penduduk terhadap pemanfaatan air tanah dalam jumlah besar dapat dikurangi.

Pembangunan hutan kota bukan satu-satunya cara dalam mengatasi masalah ketersedian air di Kota Ambon namun dengan mengalokasikan hutan kota dari sekarang merupakan suatu tindakan preventif terhadap masalah lingkungan lainnya yang akan timbul seperti pencemaran udara, kebutuhan oksigen dan tempat melepas lelah bagi masyarakat Kota Ambon. Hal ini sangat perlu karena Kota Ambon akan terus mengalami perkembangan.

Usaha yang dapat dilakukan selain membangun hutan kota adalah dengan

Dokumen terkait