• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Model Alat Pengasap

Alat pengasapan ikan yang ada sekarang merupakan hasil pengembangan sebelumnya untuk mendapatkan hasil ikan asap yang bermutu dengan waktu cepat. Menurut Adawyah (2007), alat pengasapan secara umum dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

a. Alat pengasap semi konvensional

Alat tersebut berupa bangunan mirip rumah dengan kerangka kayu atau besi, yang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian tungku terletak dibagian bawah dan tempat pengasapan dibagian atas. Dinding dan bagian atas dibiarkan terbuka dan dibuat bersusun tiga, sedangkan dinding tungku ditutup seng dan dipasang pintu untuk mengurangi asap dan panas yang terbuang. Di atas tungku

ditempatkan pelat baja berlubang untuk meratakan panas/asap. Alat pengasap seperti itu boros karena banyak asap yang terbuang.

b. Alat pengasap model kabinet atau rumah pengasap

Pengasap kabinet terdiri atas dua bagian, yaitu bagian bawah untuk tungku dan bagian atas untuk ruang pengasapan. Konstruksinya dapat berupa kerangka besi siku, dinding, dan atap dari pelat besi tipis. Dapat juga berupa perangkat kayu atau menggunakan dinding bata yang permanen.

Bagian tungku dan bagian pengasap dipasang pintu dan pada atap dipasang tutup yang dapat diatur bukaannya. Disekitar tungku diberi lubang-lubang untuk ventilasi yang dapat ditutup. Ventilasi serupa dipasang di ruang pengasap. Jarak antara lapisan ikan paling bawah dengan tungku cukup sehingga api tidak menyentuh ikan secara langsung.

c. Alat pengasap model drum

Alat dibuat dari drum bekas ukuran 200 liter. Dasar drum dibuat berlubang agar udara segar masuk dan untuk sarana pembuangan abu, sedangkan dibagian atas pipa dibuat cerobong., Antara tungku dan ruang pengasapan dibuat bersusun dengan ukuran tergantung ukuran ikan dan cara penyusunan ikan.

d. Alat pengasap dengan penggerak motor listrik

Bentuk seperti bangunan rumah atau kamar biasa yang seluruhnya digunakan sebagai ruang pengasap. Dinding dibuat dengan batu bata permanen, kayu atau bahan lain, sedangkan atapnya dari seng atau asbes gelombang. Bagian belakang bangunan dipasang tungku dengan model bermacam-macam. Dapat dibuat dari drum bekas ukuran 200 liter atau dengan tungku batu bata.

Bagian depan bangunan dipasang pintu lebar, sehingga jika dibuka seluruh bagian dalam ruang pengasapan akan tampak. Di dalam ruang pengasap dipasang rak-rak yang dapat diputar (dipasang motor listrik) dan dapat ditarik keluar

(dipasang roda dibagian bawahnya) untuk menempatkan ikan. Rak tersebut dibuat dengan kerangka besi berbentuk kotak dengan bagian tengah dipasang sumbu dari pipa besi. Sumbu itu kemudian dihubungkan dengan motor listrik sehingga rak dapat diputar agar asap lebih merata.

e. Pengasapan tidak langsung

Model alat pengasapan tidak langsung adalah menempatkan tungku terpisah dari ruang pengasap. Asap dari tungku dialirkan masuk ke dalam ruang pengasap melalui pipa tujuannya agar asap yang masuk ke ruang pengasapan tidak panas (pengasapan dingin). Melalui cara itu , masuknya panas dari tungku ke dalam ruang pengasap lebih mudah diatur sehingga pengaturan suhunya lebih mudah dilakukan (Ashbrook, 1955). Di sisi lain, asap yang masuk ruang pengasap dapat diatur tebal atau tipisnya asap. Kecepatan aliran udara yang tinggi

dibutuhkan untuk mengeluarkan kelebihan udara lembab di dalam ruang

pengasapan. Alat pengasapan dingin modern yang diproduksi mauting (Gambar 1) memiliki elemen pemanas pada ruang pengasapannya sehingga panas dapat diatur sesuai kebutuhan. Suhu maksimal yang dihasilkan adalah 120 oC. Kayu digunakan hanya untuk menghasilkan asap. Ukuran dari alat ini adalah 2320 x 1362 x 1125 mm dengan diameter kipas 120 mm. Alat pengasapan ini dilengkapi dengan sensor suhu dan kelembaban. Alat pengasapan dingin mauting membutuhkan daya 20,7 kW dan tegangan 230 V.

Gambar 1. Model alat pengasapan dingin modern (Mauting, 2010)

2.5 Mikrokontroler ATMega 8535

Mikrokontroler adalah rangkaian elektronik yang terintegrasi untuk membuat sebuah alat pengontrol. Biasanya terdiri dari CPU (Central Processing Unit), RAM (Random Access Memory), ROM (Read Only Memory), I/O

(Input/Output) port, dan timers. Mikrokontroler ATMega 8535 merupakan jenis mikrokontroler yang diproduksi oleh Atmel. Mikrokontroler ini memiliki

arsitektur RISC 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock.

Menurut Wardhana (2006) keunggulan pemakaian ATMega 8535

disebabkan karena memiliki fasilitas yang lengkap. Konfigurasi pin yang ada pada ATMega 8535 sebagai berikut:

1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan dari catu daya 2. GND adalah pin ground

3. Port A (PA0..PA7) adalah pin I/O dua arah dan sebagai masukan pin ADC.

4. Port B (PB0..PB7) adalah pin I/O dua arah dan sebagai pin dengan fungsi khusus yaitu timer/counter, komparator analog, dan SPI. 5. Port C (PC0..PC7) adalah pin I/O dua arah dan pin dengan fungsi

khusus berupa TWI, komparator analog, dan timer osilator. 6. Port D (PD0..PD7) adalah pin I/Odua arah dan pin dengan fungsi

khusus berupa komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial.

7. RESET merupakan pin yang berguna untuk menset ulang mikrokontroler.

8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal. 9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.

10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

2.6 Sensor

Sensor merupakan suatu alat yang menangkap perubahan fisik maupun kimia dan merubahnya menjadi sinyal yang bisa diukur dan dicatat. Proses yang terjadi dalam unit sensor adalah pendeteksian terhadap besaran masukan dan melakukan pengubahan sinyal secara mekanis atau umumnya secara listrik (Sarwono, et.al, 1992). Berdasarkan rangkaian pengkondisi sinyal, sensor dapat dibagi menjadi dua, yaitu pasif dan aktif. Sensor aktif memerlukan pemicu

eksternal yang berupa rangkaian penyangga sensor, sehingga selalu ada arus yang melewati sensor. Contoh sensor aktif adalah termistor, RTD (Resistance

Temperature Detector), dan strain gages. Sensor pasif menghasilkan sinyal keluaran sendiri tanpa memerlukan rangkaian dan arus tambahan. Contohnya thermocouple yang menghasilkan tegangan thermoelectric dan fotodioda yang menghasilkan photocurrent (Withamana, 2009).

2.6.1 Sensor Suhu

Sensor suhu merupakan sensor yang mendeteksi rangsangan suhu dan merubahnya menjadi sinyal listrik. Ada enam gejala fisik benda yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengukuran suhu, yaitu: pemuaian zat cair, padat, ataupun gas; perubahan tahanan listrik; perubahan dalam gaya gerak listrik; pancaran gelombang elektromagnetik dari permukaan suatu benda; perubahan frekuensi dari permukaan suatu benda; perubahan frekuensi dari permukaan suatu benda dan kecepatan reaksi kimia (Griffiths, 1976). Sensor suhu merupakan alat yang berfungsi untuk mengindera perubahan suhu lingkungan suatu zat tertentu (padat, cair, gas). Sensor suhu yang baik adalah sensor yang memiliki respon yang peka terhadap perubahan suhu sekecil mungkin.

Sensor suhu yang digunakan pada penelitian ini adalah sensor suhu digital jenis DS1820 (Gambar 2). Sensor suhu ini mampu mendeteksi suhu dengan kisaran -55 - 125 oC. Tingkat akurasi sensor suhu ini adalah ± 0.5 oC pada kisaran -10 - 85 oC. Kecepatan pembacaan data maksimal 750 ms (DS1820, 2010).

Gambar 2. Konfigurasi Pin DS1820 (DS1820, 2010)

2.6.2 Sensor Asap

Sensor asap TGS2600 mampu beroperasi pada suhu -10 - 55 oC dengan daya maksimum 535 mW (Datasheet TGS2600). Sensor TGS2600 menggunakan semikonduktor oksida logam yang terbentuk pada substrat aluminium sebagai chip sensor yang digabungkan dengan pemanas. Konduktivitas dari sensor ini akan meningkat sesuai dengan konsentrasi gas yang ada di udara. Sensor TGS2600 memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap konsentrasi gas hidrogen dan karbon monoksida dengan level beberapa ppm. Berikut adalah grafik hubungan antara konsentrasi gas dengan perbandingan resistansi antara udara mengandung gas tertentu dengan udara segar (Gambar 3).

Struktur dan dimensi TGS2600 dapat dilihat pada Gambar 4. Sensor TGS2600 memiliki dua masukan tegangan; tegangan untuk pemanas VH dan tegangan untuk sirkuit Vc. Tegangan untuk pemanas diperlukan untuk menjaga agar sensor dapat merekam data secara optimal. Konsumsi daya pada sensor TGS2600 akan mencapai titik tertinggi jika nilai resistansi sensor sama dengan nilai resistansi referensi (TGS2600, 2010).

Gambar 3. Karakteristik Sensitivitas TGS2600 (TGS2600, 2010)

3 BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di Bengkel Workshop Akustik dan

Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Daftar alat yang digunakan

No Alat Fungsi

1 Tang Potong Memotong kabel

2 Komputer intel Pentium dual core E5400 2.7 GHz

Merancang perangkat keras dan merekam data

3 Solder Menyolder antar komponen

4 Multimeter Digital Mengukur voltase, hambatan, dan koneksi komponen

5 Klinik Robot AVR USB ISP Memprogram ATMega 8535 6 Microsoft Excel 2007 Mengolah data

7 Gerinda Listrik Memotong aluminium

8 Pisau akrilik Memotong akrilik

10 Bor listrik kecil Melubangi PCB

11 Eagle 5.7.0 Membuat skematik rangkaian

12 Codevision AVR Membuat firmware

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bahan yang digunakan

No Bahan Tipe/Nilai Jumlah

1 Mikrokontroler ATMega 8535 1 buah

2 LCD 16 x 2 1 buah

3 Sensor suhu DS1820 3 buah

4 Sensor asap Figaro TGS2600 3 buah

5 Resistor 1 kΩ, 10 kΩ 6 buah

6 PCB bolong 2 buah

7 Batok kelapa Karung besar 10 karung

8 Arang kelapa Karung besar 1 karung

9 Minyak tanah Liter 1.5 Liter

10 Korek api 2 buah

11 Ikan tongkol 3 Kg

12 Kayu rambutan Karung besar 1 karung

13 Aluminium Batang 5 batang

14 Lembar aluminium 10 lembar

15 Seng 5x2 m

3.3 Rancangan dan Dimensi Alat

Rancangan dan dimensi alat dari alat pengasapan dingin dibagi menjadi dua bagian, yaitu rancangan alat dan rancangan elektronika. Rancangan alat mencakup tempat pembakaran dan ruang pengasapan. Rancangan elektronika mencakup pembuatan rangkaian untuk mengukur suhu dan konsentrasi asap pada ruang pengasapan.

3.3.1 Rancangan Umum Alat Pengukur Suhu dan Konsentrasi Asap

Perangkat keras pengukur suhu dan konsentrasi asap secara umum dibagi menjadi 6 bagian, yaitu: (1) Sirkuit dasar mikrokontroler, (2) Catu daya 9 V, (3) Rancangan rangkaian dasar DS1820, (4) Rancangan rangkaian dasar TGS2600, (5) Rancangan rangkaian LCD. Secara umum skema perangkat keras ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Skema perancangan perangkat keras pengukur suhu dan konsentrasi asap Sensor Suhu DS1820 Mikrokontroler LCD Catu Daya Sensor Asap TGS2600

Diagram sistem alat terdiri dari catu daya yang berfungsi memberikan tegangan kepada mikrokontroler. Mikrokontroler dapat mengeluarkan tegangan 5 V pada pin Vcc. Tegangan ini berfungsi untuk memberi tegangan kepada sensor suhu dan asap. Sensor suhu dan asap berfungsi untuk mengukur suhu dan

konsentrasi asap pada setiap rak ikan. Setelah data suhu dan konsentrasi asap didapat, maka data akan dikirim ke mikrokontroler ATMega 8535.

Mikrokontroler selanjutnya akan memproses data, setelah itu data dikirim ke LCD dan komputer untuk menampilkan data suhu dan konsentrasi asap (Lampiran 6).

3.3.2 Rancangan Sirkuit Dasar Mikrokontroler

Mikrokontroler ATMega 8535 memiliki sirkuit dasar yang telah ditetapkan oleh produsen yaitu Atmel. Pada mikrokontroler ATMega 8535 terdapat empat port (port A, port B, port C, dan port D). Sensor asap diletakkan pada port A karena keluarannya masih analog (Gambar 6). Port A mikrokontroler ATMega 8535 adalah pin I/O dua arah dan sebagai masukan pin ADC.

Gambar 6. Rangkaian dasar mikrokontroler (Innovative electronics, 2010)

Mikrokontroler ATMega 8535 menggunakan komponen tambahan seperti regulator, XTAL, induktor, kapasitor, LED, dan reset. ATMega 8535 memerlukan clock eksternal agar bekerja lebih cepat dalam memproses instruksi yang

diperintahkan. Sumber clock berupa XTAL 4MHz dengan kapasitor 22 pF.

3.3.3 Rancangan catu daya

Catu daya merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu

rangkaian karena sebagai sumber tegangan. Rangkaian catu daya terdiri dari trafo, dioda bridge, elko, regulator 7809, dan kapasitor (Gambar 7). Fungsi dari trafo ini adalah merubah tegangan bolak-balik sebesar 220 V menjadi tegangan searah

sebesar 9 V. Mikrokontroler ATMega 8535 membutuhkan tegangan 9 V agar berfungsi optimal.

Gambar 7. Rancangan catu daya

Penggunaan regulator 7809 pada trafo adalah untuk menurunkan tegangan dari 12 V menjadi 9 V, regulator hanya meneruskan tegangan yang sesuai dengan spesifikasi yang tercantum di regulator itu sendiri. Tegangan ini bernilai positif, sedangkan dioda digunakan untuk menyearahkan arus.

3.3.4 Rancangan Sirkuit Dasar DS1820

Sensor DS1820 merupakan sensor digital yang dapat digunakan untuk mengukur suhu di setiap rak ikan. Sensor ini memiliki tiga kaki yaitu GND, Vcc, dan out. Agar nilai dari sensor stabil, maka pada rangkaian (Gambar 8)

ditambahkan resistor sebagai pull up sebesar 1 kΩ. Sensor memiliki satu keluaran

dimana nilainya akan berubah sesuai suhu yang dideteksi. Keluaran dari sensor ini sudah dalam bentuk digital sehingga tidak harus dikonversi lagi.

Keluaran dari sensor DS1820 akan dihubungkan dengan Port C.1 pada mikrokontroler. Sensor DS1820 yang akan digunakan berjumlah tiga buah yang dirangkai secara paralel.

3.3.5 Rancangan Sirkuit Dasar TGS2600

Sensor TGS2600 merupakan sensor asap produksi Figaro yang dapat mendeteksi gas Karbon monoksida dan Hidrogen. Gas Karbon monoksida dan Hidrogen dapat merubah konduktivitas dari sensor. Perubahan konduktivitas ini akan mempengaruhi tegangan sensor tersebut. Tegangan merupakan besaran analog sehingga dibutuhkan ADC untuk merubah menjadi nilai digital. ADC pada mikrokontroler ATMega 8535 hanya terdapat pada port A, sehingga keluaran dari sensor akan dihubungkan dengan port A.

Gambar 8 menunjukkan rangkaian dasar TGS2600. TGS2600 memiliki empat kaki yaitu dua untuk heater, satu untuk Vcc, dan satu untuk tegangan keluaran. Tegangan dan ground untuk heater digabung dengan tegangan dan ground untuk sensor.

3.4 Diagram Alir Kerja Alat Pengasapan Ikan

Alat pengasapan ikan dibuat secara tertutup untuk mencegah udara luar masuk dan melindungi ikan dari cuaca. Tempat pembakaran dengan ruang asap dibuat terpisah sejauh 206 cm (Lampiran 1), dengan ukuran lubang 20 x 20 x 20 cm. Ruang asap berukuran 150 x 80 x 100 cm (Lampiran 2). Berikut adalah gambar alat pengasapan ikan secara tiga dimensi (Gambar 10).

Gambar 10. Alat Pengasapan Ikan tiga Dimensi

Tempat bahan bakar dibuat menjauh dari ruang asap agar suhu yang sampai ke dalam ruang asap tidak melebihi 50 oC karena pada pengasapan dingin suhu yang digunakan berkisar 30 - 50 oC. Untuk pengecekan suhu dan kadar asap, pada masing-masing rak diletakkan sensor suhu dan asap yang terhubung ke mikrokontroler. Hasil pembacaan sensor selanjutnya akan ditampilkan lewat LCD dan komputer. Dari hasil pembacaan komputer diharapkan dapat diketahui

memiliki satu tempat masukan (inlet) yaitu yang berada di rak paling bawah dan satu tempat keluaran (outlet) yang berada pada rak yang paling atas. Terdapat lima kipas pada ruang asap, masing-masing; satu kipas pada rak bawah, dua kipas pada rak tengah, dan dua kipas pada rak atas.

Kipas pada rak bawah memiliki fungsi untuk menarik asap dari ruang pembakaran, sehingga asap yang masuk ke ruang pembakaran diharapkan dapat maksimal. Pada rak tengah terdapat kipas yang disusun secara horizontal dan vertikal. Kipas yang disusun secara horizontal berguna untuk mengalirkan udara di rak tengah sedangkan kipas yang menghadap secara vertikal berguna agar asap yang berasal dari masukan sebagian ada yang diteruskan ke rak atas, sehingga asap tidak terlalu pekat di rak bawah dan rak tengah. Pada rak atas terdapat dua kipas yang tersusun horizontal, kipas pertama untuk mengalirkan asap dan kipas kedua untuk mengeluarkan asap. Sirkulasi asap dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Sirkulasi Pengasapan

Sirkulasi pada ruang asap dibuat agar kondisi di ruang asap tidak lembab dan mempercepat proses pengeringan. Alat pengasapan ikan ini mampu

menampung kapasitas 20 kg ikan. Akan tetapi pada penelitian ini, ikan yang diasapi hanya 3 kg ikan.

3.5 Proses Pembuatan Ikan Asap

Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan sebelum melakukan proses pengasapan ikan yaitu preparasi dan pengasapan.

3.5.1 Preparasi Ikan

Preparasi ikan sangat penting untuk diperhatikan karena preparasi ikan yang baik dapat mengurangi kerusakan pada ikan asap. Ikan yang akan diasapi dalam penelitian ini adalah ikan tongkol. Adapun proses dalam preparasi ikan sebagai berikut.

1) Pencucian dan penyiangan

Sebelum diasap, ikan asap dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran, sisik-sisik yang lepas, dan juga lendir. Kemudian ikan disiangi dengan cara membelah bagian perut dan membuang isi perut. Setelah itu ikan di fillet. 2) Penggaraman

Penggaraman dilakukan dengan cara merendam fillet dalam larutan garam selama 15 menit. Lalu fillet diangkat dan dikeringkan. Penggaraman bertujuan untuk memudahkan pencucian dan penghilangan lendir, memberi cita rasa produk yang lezat, membantu pengawetan, membantu pengeringan, dan menyebabkan tekstur daging ikan lebih kompak (Adawyah, 2007).

3.5.2 Proses Pengasapan

Proses pengasapan meliputi pemilihan bahan bakar, penyusunan ikan, serta pengasapan.

1) Bahan bakar

Bahan bakar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu rambutan dan batok kelapa. Bahan bakar ini dipilih karena tidak mengandung getah. 2) Penyusunan fillet

Fillet disusun secara mendatar diatas rak dengan jarak antar ikan 10 cm. Cara tersebut cocok untuk fillet ikan. Agar pemanasan merata, selama proses pengasapan, ikan perlu dibalik.

3) Pengasapan

Pengasapan yang akan dilakukan adalah pengasapan dingin dengan suhu 30 - 50 oC.

3.6 Analisis Produk

Analisis produk diperlukan untuk mengetahui mutu produk yang dihasilkan. Analisis yang digunakan pada penelitian rancang bangun alat

pengasapan dingin berbasis mikrokontroler terdiri dari dua, yaitu uji organoleptik dan uji kadar air.

3.6.1 Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan menggunakan score sheet selama 7 hari untuk melihat daya tahan ikan. Penilaian secara sensori dengan skala sensori yang dinyatakan dalam bentuk angka, meliputi kenampakan, tekstur, bau, rasa , jamur, dan lendir. Uji ini dilakukan oleh panelis berjumlah 25 orang dengan kategori panelis semi terlatih. Berikut adalah contoh tabel score sheet yang digunakan (Tabel 4).

Tabel 4. Score sheet sensori

Spesifikasi Nilai

Kode contoh

1 2 3 4 5 6 7

1. Kenampakkan

Utuh, bersih, warna coklat sangat mengkilat spesifik jenis.

9

Utuh, bersih, warna coklat, mengkilat spesifik jenis. 7

Utuh, bersih, warna coklat, kusam. 5

Tidak utuh, warna coklat tua, kusam 3

Tidak utuh, warna coklat tua, kusam sekali 1

2. Bau

Kurang harum, asap cukup, tanpa bau tambahan mengganggu

7

Netral, sedikit bau tambahan 5

Bau tambahan kuat, tercium bau amoniak dan tengik 3

Busuk, bau amoniak kuat dan tengik 1

3. Rasa

Enak, gurih 9

Enak, kurang gurih 7

Tidak enak, tidak gurih 5

Tidak enak dengan rasa tambahan mengganggu 3

Basi 1

4. Tekstur

Padat, kompak, cukup kering, antar jaringan erat. 9 Padat, kompak, kering, antar jaringan erat. 7 Kurang kering, antar jaringan longgar 5

Lunak, antar jaringan mudah lepas 3

Sangat lunak, jaringan mudah lepas 1

5. Jamur Tidak ada 9 Ada 1 6. Lendir Tidak ada 9 Ada 1 Sumber: SNI 2725.1: 2009

3.6.2 Uji Kadar Air (AOAC, 1995)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan oven pada suhu 105 oC. Cawan yang digunakan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 oC selama 24 jam dan didinginkan dalam desikator lalu ditimbang sampai berat tetap. Contoh yang akan ditentukan kadar airnya ditimbang sekitar 2 gram pada cawan yang telah diketahui beratnya tersebut dan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 5 jam sampai berat tetap. Cawan yang berisi contoh didinginkan dalam desikator menggunakan penjepit selama 30 menit. Cawan tersebut dikeluarkan dan ditimbang sampai berat tetap.

Kadar air dihitung sebagai pengurangan berat contoh selama dalam oven dan dihitung dengan rumus berikut:

Kadar Air =(A B)

C x 100 % ………. (1)

Keterangan:

A=Berat wadah dan contoh mula-mula (gr)

B=Berat wadah dan contoh setelah dikeringkan (gr) C=Berat contoh mula-mula (gr)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Coba Lapang

Uji coba lapang alat pengasapan ikan dilakukan di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan suhu dan asap pada setiap rak di ruang pengasapan. Ada dua parameter yang diambil dari percobaan ini, yaitu konsentrasi asap dan suhu

4.1.1 Hasil Uji Konsentrasi Asap

Uji coba lapang dilakukan. Uji coba dilakukan selama kurang lebih 920 menit. Hasil uji coba lapang berupa grafik konsentrasi asap dalam voltase terhadap waktu (Gambar 12).

Gambar 12.Konsentrasi asap pada tiap rak 0 1 2 3 4 5 6 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 440 480 520 560 600 640 680 720 760 800 840 880 K o ns ent ra si Asa p (Vo lt ) Waktu (s)

konsentrasi asap rak 1 konsentrasi asap rak 2 konsentrasi asap rak 3

Nilai statistik konsentrasi asap setiap rak pada ruang asap dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai statistik tersebut berupa nilai rata-rata dan standar deviasi konsentrasi asap di setiap rak.

Tabel 5. Nilai statistik konsentrasi asap

Rak 1 Rak 2 Rak 3

Average 4,108676 4,323816 4,334619

Std populasi 0,455683 0,192357 0,286423

Pengukuran konsentrasi asap dilakukan pada setiap rak dengan

menggunakan sensor asap TGS2600. Gas yang diukur pada penelitian ini adalah gas karbon monoksida. Konsentrasi gas karbon monoksida dianggap sebagai konsentrasi asap secara keseluruhan. Menurut Irianto dan Giyatmi (2009), asap kayu mengandung lebih dari 200 senyawa kimia. Senyawa banyak ditemukan adalah karbonil, asam organik, fenol, basa organik, alkohol, hidrokarbon (termasuk aromatik polisiklik), dan gas seperti karbon dioksida, karbon

monoksida, oksigen, nitrogen, dan N2O. Sensor ditempatkan di rak 1, rak 2, dan rak 3. Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi asap pada setiap rak terlihat bahwa konsentrasi asap pada setiap rak merata dengan rata-rata 4.11 V untuk rak 1, 4.32 V untuk rak 2, dan 4.33 V untuk rak 3. Nilai standar deviasi populasi untuk rak 1, 2, dan 3 masing-masing adalah 0.46 V, 0.19 V, 0.29 V. Perbedaan konsentrasi asap terjadi pada selang waktu menit ke 320 - 390 yaitu konsentrasi asap pada rak 1 menjadi lebih rendah dibanding konsentrasi asap pada umumnya

dengan nilai rata-rata 3.02 V. Hal ini disebabkan sensor mengalami error dalam membaca data, kemungkinan disebabkan oleh kadar asap yang terlalu berlebihan sehingga menempel dan menutupi lubang-lubang tempat masuknya asap. Setelah

Dokumen terkait