• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Indeks Tebal Perkerasan

2.7 Material Perkerasan Jalan Lentur ( Flexible Pavement)

2.7.1 Tanah Sebagai Material

Tanah pada konstruksi jalan diperlukan untuk membentuk badan jalan yaitu urugan tanah. Urugan tanah terdiri dari dua jenis yaitu:

a. Urugan Biasa. b. Urugan Pilihan.

a. Urugan Biasa

Untuk urugan biasa persyaratan material yang tidak boleh digunakan yaitu tanah yang mempunyai sifat-sifat berikut:

 Tanah termasuk kelompok USCS atau tanah yang termasuk sub kelompok A-7-6 dalam klasifikasi AASHTO

Surface Course Base Course

Subbase Course Subgrade Course

 Tanah ekspansif yaitu jenis tanah dengan potensi ekspansif tinggi dengan LL > 60 dan IP > 35. Menurut AASHTO T 258-81, perbandingan IP dan kadar lempung > 1,25.

Gambar 2.25 Klasifikasi Cara AASHTO

Gambar 2.26 Klasifikasi Cara USCS

Tanah yang disarankan untuk digunakan sebagai material, mempunyai harga CBR rendaman (soaked) minimal 6%.

b. Urugan Pilihan

Urugan pilihan hanya digunakan pada lokasi-lokasi tertentu yang mempunyai nilai CBR rendaman berdasarkan AASHTO T 193-81 minimal 10 % dan IP max 6 %.

(Shirley L Hendarsin. “Perencanaan Teknik Jalan Raya”. 2000)

2.7.2 Agregat

Agregat adalah material perkerasan berbutir yang digunakan untuk lapisan perkerasan jalan, agregat terdiri dari tiga kelompok berdasarkan mutu, yaitu kelas A, kelas B, kelas C dibedakan berdasarkan dari gradasi dan sifat material.

Agregat untuk konstruksi jalan terdiri dari 2 macam, yaitu :

 Asli (natural), dalam bentuk pasir, kerikil atau batu pecah/belah.

 Buatan pabrik (manufactured), meliputi letusan bara api dan berbagi produk dari tanah lempung.

(Shirley L Hendarsin. “Perencanaan Teknik Jalan Raya”. 2000)

Tabel 2.26 Gradasi Agregat

Tabel 2.27 Bahan yang merugikan dan Sifat Fisik Agregat

(Sumber : Shirley, Penuntun Praktis Perencanaan Teknis Jalan Raya, 2000)

Tabel 2.28 Sifat Material

2.7.3 Aspal

Aspal adalah material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur (Flexible Pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat agregat, karena mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif, kedap air dan mudah dikerjakan. Definisi aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral, sedangkan yang dimaksud dengan bitumen adalah bahan yang berwarna coklat hingga hitam berbentuk keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik, larut dalam CS2 dan CCI4 dan mempunyai sifat berlemak dan tidak larut dalam air.

Aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

 Aspal alam

 Aspal buatan (Bitumen)

 Ter

a. Aspal alam

Aspal alam di Indonesia ditemukan di pulau Buton. Sulawesi Tenggara dan dikenal dengan sebutan Asbuton (Aspal Buton). Selain itu aspal alam juga ditemukan di Prancis, Swiss, dan Amerika. Dilihat dari bentuk fisiknya, maka aspal alam dapat ditemukan dalam bentuk :

 Padat, atau batuan dan disebut sebagai batu aspal (rock asphalt) yang dijumpai antara lain di Pulau Buton.

 Plastis yang ditemukan di Trinidad.

 Cair yang ditemukan di Bermuda dan dikenal sebagai Bermuda Lake Asphalt. (Shirley L. Herdarsin, “Perencanaan Teknis Jalan Raya”, 2000)

Aspal buton merupakan hasil endapan minyak bumi yang mengalami proses desilasi lama dan kontinu sehingga kadar asphaltene jauh lebih tinggi dan kadar malthene lebih rendah dibandingkan dengan aspal buatan.

Sifat fisik asbuton antara lain :

 Berbentuk butiran dan bongkahan mempunyai kadar bitumen yang tidak teratur.

 Bersifat porus sehingga dapat diresapi bahan pelunak, bahan pelunak akan membuat asbuton lunak (meremajakan bitumen) yang memakan proses yang cukup lama.

Klasifikasi asbuton antara lain :

 Asbuton 10 (B 10) mempunyai kadar bitumen 9,0 – 11,4 %

 Asbuton 13 (B 13) mempunyai kadar bitumen 11,5 – 14,5 %

 Asbuton 16 (B 16) mempunyai kadar bitumen 14,6 – 17,9 %

 Asbuton 20 (B 20) mempunyai kadar bitumen 18,0 – 22,5 %

 Asbuton 25 (B 20) mempunyai kadar bitumen 22,6 – 27,4 %

 Asbuton 30 (B 30) mempunyai kadar bitumen 27,5 – 32,5 % Kadar air asbuton antara lain :

 Baik 4 – 6%

 Cukup baik 6 – 8%

 Dapat dipertimbangkan 8 – 10%

Bahan pelunak adalah bagian cair yang ditambahkan untuk melunakan bitumen asbuton. Bahan yang dapat digunakan adalah flux asbuton atau minyak bakar.

Flux asbuton, adalah hasil dari destilasi vakum residu (destilasi pertama) yang dibuat dari asphaltic base crude oil, sehingga komposisi asbuton teridi dari maltene + solvent (minyak berat) + bitumen (aspal murni).

 Minyak bakar, adalah salah satu bahan bakar mesin, sehingga mempunyai variasi viskositas yang sangat besar. Minyak bakar dapat berupa asphalt base atau parafin base.

Agregat yang digunakan dalam asbuton terdiri dari agregat kasar dan halus yang memenuhi persyaratan.

Aspal alam dalam hal ini aspal buton sudah banyak digunakan untuk pelapisan konstruksi perkerasan, dimana yang sudah banyak digunakan adalah lasbutag (lapis asbuton agregat) dan latasbum (lapis asbuton murni).

Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton, dan bahan pelunak yang diaduk, dihamparkan dan dipadatkan secara dingin.

Fungsi lasbutag antara lain :

 Sebagai lapis permukaan atau lapis aus untuk melindungi lapisan dibawahnya dari pengaruh air dan cuaca.

 Mendukung lalu lintas menyediakan permukaan jalan yang rata an tidak licin. Sifat lasbutag antara lain :

 Kedap air

 Pencapaian kestabilan dipengaruhi oleh volume lalu lintas dan cuaca.

 Mempunyai nilai struktural.

 Cukup kenyal.

Penggunaan lasbutag antara lain :

 Untuk jalan dengan lalu lintas sedang

 Untuk jalan dengan alinyement vertikal dengan kelandaian maksimum 12 %

 Untuk jalan dengan alinyement horizontal dengan jari-jari tikungan minimum 15 m

Bahan lasbutag antara lain :

Asbuton terdiri dari bitumen (10 - 35%) dan mineral, dimana sebagian besar mineral kapur dari ukuran debu sampai ukuran pasir.

(Shirley L. Herdarsin, “Perencanaan Teknis Jalan Raya”, 2000)

Latasbum (lapis tipis asbuton murni) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dan menghasilkan padat maksimum 1 cm.

Sifat latasbum antara lain :

 Kedap air

 Cukup awet

 Tidak mempunyai nilai struktural.

 Kenyal.

Penggunaan lasbutag antara lain :

 Untuk jalan yang masih stabil dengan penampang memanjang dan melintang sesuai dengan persyaratan.

 Pada jalan yang mulai retak dan mengalami degredasi. Bahan lasbutag antara lain :

Asbuton terdiri dari bitumen (10 - 35%) dan mineral, dimana sebagian besar mineral kapur dari ukuran debu sampai ukuran pasir.

 Bahan pelunak yang digunakan adalah flux asbuton.

(Shirley L. Herdarsin, “Perencanaan Teknis Jalan Raya”, 2000)

b. Aspal Buatan

Aspal buatan adalah bitumen yang merupakan jenis aspal hasil penyulingan minyak bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah dan disebut dengan parrafin base crude oil. Aspal buatan terdiri dari berbagai bentuk, yaitu padat, cair, dan emulsi.

 Aspal padat merupakan hasil penyulingan minyak bumi yang kemudian disuling sekali pada suhu yang sama tetapi dengan tekanan rendah. Aspal padat terdiri dari berbagai jenis antara lain :

Straight Run (bitumen hasil langsung), aspal ini dibuat dari minyak bumi yang mengandung banyak aspal dan sedikit parafin.

Blown Bitumen (bitumen hasil pencampuran udara), aspal ini merupakan hasil pencampuran udara dengan blowing yaitu proses tambahan dimana residu dari penyulingan vakum dicampur dengan udara pada suhu 400oC.

 Aspal cair adalah aspal keras yang dicampur dengan pelarut, jenis aspal cair tergantung dari jenis pengencer yang digunakan untuk mencampur aspal keras tersebut, adapun aspal cair terdiri dari :

 Aspal RC (rapid curing), aspal cair cepat mengeras yang merupakan jenis aspal yang akan cepat mengendap, merupakan aspal keras yang dicampur dengan kerosin (bensin).

 Aspal MC (medium curing), aspal yang akan mengendap dalam waktu sedang, merupakan aspal keras yang dicampur dengan minyak diesel.

 Aspal SC (slow curing), aspal yang akan dengan lambat mengendap, merupakan aspal keras yang dicampur dengan residu dari pengilangan pertama.

 Aspal emulsi merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair pada umumnya dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam bebatuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa. Jenis aspal emulsi antara lain :

 Aspal emulsi anionik, adalah aspal emulsi yang diberikan muatan listrik negatip dan umumnya dapat digunakan untuk melapisi batuan yang basa dan netral dengan baik.

 Aspal emulsi kationik, adalah aspal emulsi bermuatan positip sehingga baik digunakan melapisi batuan netral dan alam.

 Aspal emulsi nonionik, adalah aspal emulsi yang tidak bermuatan listrik.

 Aspal emulsi RS (rapid setting), aspal yang direncanakan untuk bereaksi secara cepat dengan agregat dan berubahnya emulsi ke aspal.

 Aspal emulsi MS (medium setting), aspal yang direncanakan untuk pencampuran dengan agregat kasar, sehingga campuran yang menggunakan jenis aspal ini akan tetap dapat dihampar dalam bebarapa menit.

 Aspal emulsi SS (slow setting), jenis ini direncanakan dengan stabilitas maksimum.

c. Ter

Ter adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis seperti kayu atau batu bara melalui proses destilasi pada suhu tinggi tanpa zat asam, umumnya pada ter tidak terdapat susunan parafin.

2.8 Bangunan Pelengkap Jalan

Bangunan pelengkap jalan bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan dan petunjuk bagi pengguna jalan agar unsur kenyamanan dan keselamatan dapat terpenuhi.

Bangunan pelengkap jalan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Bangunan Drainase Jalan

2. Bangunan Penguat Tebing

3. Bangunan untuk keselamatan Lalu Lintas, Rambu, dan Marka Jalan

Dokumen terkait