• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanah Sebagai Habitat Hewan

TANAH SEBAGAI HABITAT

C. Tanah Sebagai Habitat Hewan

Lingkungan tanah tersusun atas gabungan lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari keduanya memunculkan suatu habitat yang sesuai sebagai tempat tinggal beragam jenis makhluk hidup, termasuk hewan tanah. Tanah merupakan medium alami, sebagai wadah tumbuhnya aneka tumbuhan yang terdiri atas bahan organik dan makhluk hidup. Pertumbuhan akar, metabolisme jasad renik, dan berbagai aktivitas biologis dalam tanah memiliki peran utama dalam membentuk kesuburan dan karakteristik tanah (Rao, 1994).

Menurut Kimball (1999) tanah adalah titik tempat masuk utama bahan sebelum ke dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan lalu akan menyerap air menggunakan akar, juga hara lain seperti nitrat, fosfat, sulfat, kalium, tembaga, seng, dan mineral esensial lainnya. Semua bahan tersebut digunakan tumbuhan untuk membantu mengubah CO2 yang telah dimasukkan lewat daun menjadi senyawa kompleks hasil metabolisme primer dan ataupun metabolism sekunder, yang menjadi kebutuhan hidup semua tumbuhan dan organisme heterotrof. Tanah menjadi factor utama produktivitas di muka bumi ini, bersamaan dengan faktor lain seperti temperatu dan air.

Tanah adalah habitat komplek untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena

dua hal utama, yaitu 1) pada kondisi alami, tanah merupakan media fase padat, cair, dan gas dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan 2) di dalam tanah terjadi kompetisi antara berbagai macam organisme untuk memperoleh nutrisi, ruang, dan kelembaban. Perbedaan pH, kelembaban, dan jenis makanan yang tersedia mampu membentuk berbagai jenis habitat. Oleh karena itu, apabila ingin memahami organisme tanah maka sangat diperlukan pengetahuan tentang tanah sebagai habitatnya (Handayanto & Hairiah, 2012).

Menurut Soemarno (2010) tanah adalah penyusun lapisan kerak bumi, terdiri atas bahan organik dan mineral. Tanah memegang peran penting bagi seluruh kehidupan di muka bumi karena kemampuannya mendukung siklus hidup tumbuhan. Tanah menyediakan mineral, bahan organik, dan air yang dibutuhkan untuk hidup oleh tumbuhan, sekaligus menopang tumbuhan karena melakatkan akar. Pori-pori tanah juga memudahkan tumbuhan untuk tumbuh dan berespirasi. Beragam mikroorganisme menjadikan tanah sebagai tempat hidupnya (habitat). Tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak bagi sebagian besar hewan darat.

Tanah berperan vital dalam menangkap air dan menyimpannya, serta menekan erosi, walaupun tanah bisa tererosi. Menurut ilmu “pedogenesis”, komposisi tanah tidak sama antar lokasi. Tanah terbentuk melalui proses pelapukan batuan sehingga terbentuk pola yang unik. Proses unik tersebut membentuk lapisan/horizon, yang menggambarkan asal serta berbagai proses yang dialami tubuh tanah (Soemarno, 2010). Tanah adalah tubuh alam, melingkupi bumi dengan bagian tipis, dibentuk dari batu yang mengalami pelapukan, mineral, dan bahan organik yang terdekomposisi. Tanah juga menyediakan air dan hara yang sangat bermanfaat untuk kehidupan tumbuhan. Hal yang menyebabkan semakin subur adalah adanya pelapukan yang terus berlanjut, mineral, pertukaran kation dengan kapasistas relatif tinggi, kelembaban air, dan keasaaman tanah yang netral. Tanah sebagai habitat biota tanah sebagai medium alam untuk pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisiologinya. Tanah menyediakan nutrisi, air dan sumber karbon yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitasnya. Lingkungan tanah seperti faktor abiotik (sifat fisik dan kimia tanah) dan faktor biotik (adanya biota tanah dengan tanaman tingkat tinggi) ikut berperan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan aktivitas biota tanah tersebut (Fitri, 2011).

25

Tanah Sebagai Habitat

Mikroba selalu dijumpai pula dalam tanah, dengan jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan di air dan udara. Bahan organik umumnya terakumulasi dalam jumlah melimpah di tanah sehingga sesuai bagi kehidupan mikroorganisme (baik yang heterotrof maupun yang bersifat autotrof). Kehadiran mikroba dalam tanah utamya didukung faktor kimia serta faktor fisika tanah. Struktur tanah tersusun atas pasir, debu, liat, dan bahan organik. Struktur tanah mempengaruhi ketersediaan O2 maupun lengas, sehingga mendorong adanya lingkungan mikro tanah. Mikroba tanah akan menyusun diri menjadi mikrokoloni asalkan syarat pertumbuhan berupa kond trof, aerob, maupun anaerob. Masing- masing mikroba mampu mengubah senyawa tertentu menjadi bentuk senyawa lain sebagai upaya memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi. Keberadaan mikroba tanah mendorong terjadinya daur karbon, nitrogen, fosfor, dan lainnya di alam (Soemarno, 2010).

Aktivitas kehidupan berbagai organisme tanah akan berdampak positif bagi kesuburan tanah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa organisme tanah memiliki posisi vital; bagi terciptanya kesuburan tanah. Peran sebagai penentu kesuburan tanah dapat dilihat dengan perbaikan sifat-sifat fisik tanah, yaitu 1) struktur, 2) tekstur dan konsistensi, 3) pergerakan dan tersimpannya air, serta 4) sirkulasi udara. Perubahan sifat kimia tanah yang dapat terjadi, meliputi 1) hara yang tersedia, 2) kapasitas tukar kation, dan 3) kadar keasaman tanah dan bahan organik. Sifat tanah mengalami perubahan karena adanya aktivitas fauna tanah sehingga mempengaruhi proses-proses berikut, yaitu 1) pembentukan humus dan mineral dari bahan organik, 2) mixing(mengaduk) tanah, dan 3) pembentukan pori (Ma’shum et al, 2003).

Hewan tanah sebagai mixer tanah mempercepat laju perubahan struktur tanah dari sifat kompak dan masif menjadi remah. Proses bioturbasi menyebabkan perpindahan komponen tanah yang berukuran halus dari atas ke bawah atau sebaliknya. Tempat yang telah dilewati hewan tanah membuat bentuk-bentuk membentuk lubang saluran atau liang yang mempermudah sirkulasi udara dan laju infiltrasi air. Peran hewan tanah dan mikroba yang ada di tubuhnya sebagai penata sifat tanah, mengisyaratkan bahwa kehadiran hewan tanah adalah vital untuk memastikan terwujudnya lingkungan yang sesuai, dimana tumbuhan dan mikriba dapat tumbuh dengan baik.

Kehadiran hewan tanah mempercepat proses perombakan inlet

komponen atau bahan organik. Bahan organik berbentuk masih segar adalah makanan yang sesuai bagi hewan. Pencernaan hewan menyebabkan terjadi dekomposisi bahan organik, dan sebagian produk dekomposisi dilepaskan ke tanah dalam wujud kotoran (hasil produksi). Kotoran hewan biasanya mengandung C-organik dan unsur yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan organisme lain lebih besar daripada di sekitarnya. Kandungan kimia kotoran hewan umumnya cukup beragam, dipengaruhi oleh jenis hewan, besarnya volume makanan, dan sifat tanah. Penelitian terkait peran atau fungsi hewan sebagai pengatur kesuburan tanah belum banyak dilakukan, berbeda dengan mikroba dan kelompok hewan lain yang telah menjadi obyek kajian mendalam dan serius selama beberapa puluh tahun terakhir ini (Ma’shum et al, 2003).