• Tidak ada hasil yang ditemukan

AIR TANAH .1 Status Air Tanah

Dalam dokumen 3.1 GENANGAN Status (Halaman 46-59)

Debit Sungai Sepanjang Tahun 2007

PENETAPAN KLASIFIKASI

8. Pengendalian pencemaran air dengan Ijin pembuangan Air Limbah / Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)

3.3 AIR TANAH .1 Status Air Tanah

Air tanah atau air bawah permukaan adalah batasan yang digunakan untuk menggambarkan semua air yang ditemukan di bawah permukaan tanah. Keberadaan air tanah dikontrol oleh sejarah dan kondisi geologi, deliniasi dan kondisi batas tanah dan formasi batuan di suatu wilayah dimana air mengalami perkolasi. Faktor lain yang berpengaruh adalah aktivitas dan iklim lingkungan sekitarnya, baik secara alami maupun dipengaruhi oleh manusia. Jika airtanah tersebut secara ekonomi dapat dikembangkan dan jumlahnya mencukupi untuk keperluan manusia, maka formasi atau keadaan tersebut dinamakan lapisan pembawa air atau akuifer baik berupa formasi tanah, batuan atau keduanya. Adapun sifat fisik air tanah dapat dilihat pada table dibawah ini

Bab III- 47

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Prop. Jatim

Tabel 3.7 Sifat Fisik Tanah di Surabaya

Konus Kohesi

Simbol Satuan Formasi

Batuan Sifat Fisik Tanah Warna Plastisitas Permeabilitas Kg/cm2

Kadar Air Kg/cm2 Sudut Geser Batu lempung bersisipan, batu pasir dan batu gamping

Sonde

Keras dan padat, setempat struktur perlapisan

Coklat tua-abu

kekuningan Tinggi Sedang 100

CH Lempung Lidah Konsistensi teguh-kaku Coklat

keabuan Tinggi Rendah kedap air 12 - 40 26.97% 0.275 12 52' CH dan SP Lempung pasiran dan pasir lempungan

Pucangan Teguh-kaku Coklat

kekuningan Sedang

Rendah-sedang 20 - 60 30.30% 0.085 23 30'

CH dan MH Lempung dan

lempung lanauan Kabuh Lunak-teguh

Abu-abu

kehitaman Tinggi Rendah 10 - 35 39.34% 0.05 18 4'

CH dan MH Lempung dan lanau

Aluvial

lembah Agak padat-padat

Hitam kecoklatan

Sedang-tinggi Rendah 12 - 35 49.93% 0.362 1 54'

CL Lempung pasiran Endapan

sungai lunak-agak padat

Coklat kekuningan-kuning muda Sedang Sedang-tinggi 20 - 40 45.27% 0.08 12 7' CH Lempung lanauan Endapan rawa dan pantai Sangat lunak-lunak, setempat mengandung cangkang kerang Abu-abu

kehitaman Sedang Rendah 3 - 8 80.85% 0.156 3 38'

CH dan CL Lempung dan lempung pasiran

Endapan kipas aluvial sungai

Konsistensi lunak-kaku Abu-abu kehitaman

Rendah-tinggi Menengah 10 - 30 40.49% 0.187 9 52'

CL dan CH Lempung pasiran dan lempung

Endapan aluvial pantai

Konsistensi agak teguh-teguh, setempat mengandung cangkang kerang Coklat kehitaman Sedang-tinggi Rendah 7 - 15 49% 0.123 5 17'

Menurut Bappeda Prop. Jatim kondisi air tanah di Surabaya melalui Laporan Study Potensi Air Tanah sebagai berikut:

Sistem Akuifer a. Akuifer Bebas

Akuifer bebas/dangkal yang dijumpai di wilayah Surabaya umumnya berupa perselang-selingan antara lempung, pasir lempungan, lempung lanauan dan tuf pasiran serta pada beberapa tempat berupa pasir krikilan / konglomerat, dengan penyebaran umumnya pada daerah aluvial dengan ketebalan 0 – 10 m. Kondisi air tanah dari akifer ini dapat diamati pada sumur gali atau sumur pantek penduduk. Sistem air tanah di wilayah Surabaya dan Sidoarjo mempunyai lapisan pembawa air (akuifer), secara umum merupakan gabungan akuifer-akuifer tipis yang termasuk di dalamnya lapisan setengah kedap (akuitar) seperti lempung pasiran dan lempung lanauan sebagai pemisah adalah lapisan kedap air (akuiklud). Adanya struktur perlipatan di daerah penelitian mempengaruhi bentuk dan konfigurasi akuifer airtanah karena sistem perlipatan merupakan batas bawah dari akuifer airtanah, disebabkan Formasi Lidah yang didominasi oleh lempung (kedap air) yang dapat dianggap sebagai batas bawah sistem akuifer bebas. Fenomena ini nampak pada gejala struktur perlipatan daerah Lidah, Sambikerep, Ngagel, Karangpilang, dan kemungkinan di Bangil. Ketebalan akuifer bebas ini rata-rata antara 0 – 10 meter.

b. Akuifer Tertekan

Akuifer ini merupakan akifer jenuh dengan batas bagian atas lapisan semi lolos air dan pada bagian bawah dibatasi oleh lapisan kedap air. Jenis akifer ini terletak pada struktur batuan formasi Pucangan, di mana materinya tersusun atas material lempung. Tipe akuifer tertekan pada daerah Surabaya terletak rata pada kedalaman lebih dari 10 meter, dengan lapisan akuifer berupa lempung pasiran, tuf pasiran dan dibeberapa tempat berupa pasir krikilan. Diperkirakan akuifer tertekan ini memiliki beberapa lapisan dengan ketebalan dan variasi kedalaman yang berbeda-beda. Sifat dari materi lempung adalah porositasnya besar atau sifat mengandung airnya cukup besar, sedangkan permeabilitasnya kecil atau sifat meloloskan airnya rendah. Pada batuan formasi pucangan akuifernya cukup tebal yaitu 27 meter, sehingga potensi air tanahnya cukup besar. Lokasi ini terletak di Surabaya Barat.

Parameter Akuifer a. Kedalaman muka air tanah

Pola dan kedudukan muka air tanah bebas umumnya dikontrol oleh topografl setempat. Berdasarkan pengukuran pada sebaran titik minatan 164 sumur gali yang terdapat di wilayah Surabaya didapat kisaran kedalaman antara 0,41 – 8,8 m dari muka tanah setempat (lihat Peta Lokasi Pengamatan Titik Minatan sumur gali Surabaya pada lampiran). Pada wilayah perbukitan yang ada di wilayah Surabaya Barat kedudukannya relatif dalam dengan litologi Formasi Sonde dan Formasi Pucangan. Sebaran wilayah

kedalaman muka air tanah 0 – 3 m umumnya berada pada morfologi dataran. Sedangkan sebaran wilayah kedalaman muka air tanah > 3 m menempati morfologi perbukitan bergelombang yang ada di wilayah Surabaya barat.

Gambar 3.9 Peta Kontur Ketinggian Muka Air Tanah 680000 680000 685000 685000 690000 690000 695000 695000 700000 700000 9 185 000 9 185 000 91 9000 0 91 9000 0 919 5000 9 1950 00 9200 000 9 200 000 9 2050 00 9 2 0 5000 Sungai Batas Administrasi Kontur ketinggian KOTA SURABAYA PETA KONTUR KETINGGIAN M.A.T BADAN PERENCANA PEMBANGUNGAN PROPINSI JAWA TIMUR

PERENCANAAN KONSERVASI AIR TANAH DI WILAYAH SURABAYA, SIDOARJO,

DAN PASURUAN N E W S 1000 0 1000 2000 M KETERANGAN: SUMBER:

1. Peta RBI Bakorsurtanal skala 1:25000 2. Pengamatan Lapangan 3. Analisis Studio TAHUN 2007 Laut jawa Kab. Sidoarjo Kab. Gresik Sukolilo Benowo Rungkut Tegalsari Semampir Asemrowo Wiyung Gubeng Lakarsantri Dukuh Pakis Tambaksari Mulyorejo Gununganyar Kenjeran Tandes Krembangan Karangpilang Pabean cantian Sawahan Sukomanunggal Gayungan Wonocolo Wonokromo Genteng Jambangan Tenggilis mejoyo Bubutan Simokerto 3.0 4.0 4.65 1 .20 3.0 3.5 3.0 3.0 3.0 3.0

Kontur ketinggian muka air tanah dangkal Arah aliran air tanah dangkal

b. Parameter Debit Jenis Wilayah Surabaya

Hasil analisis uji pemompaan sumur-sumurgali menunjukkan akuifer bebas di wilayah Surabaya - Sidoarjo memiliki keterusan (transmissivity, T) antara 42,7 - 741,3 m2/hari. Penghitungan parameter sumur (well parameter) menunjukkan kapasitas jenis sumur (specific capacity, Qs) mencapai sekitar 3,13 liter/detik/m. Sedangkan nilai Qs antara 1,33 - 120,5 liter/detik/m.

kapasitas jenis sumur (specific capacity, Qs) mencapai sekitar 3,13 liter/detik/m. Sedangkan nilai Qs antara 1,33 - 120,5 liter/detik/m. 680000 680000 685000 685000 690000 690000 695000 695000 700000 700000 91 8500 0 918500 0 919 0000 9 1900 00 9195 000 9 195 000 92 0000 0 920000 0 920 5000 9 2050 00 Kab. Gresik Kab. Sidoarjo Laut jawa TAHUN 2007 SUMBER:

1. Peta RBI Bakorsurtanal skala 1:25000 2. Peta Hidrogeologi Lembar Surabaya-Sepulu Skala 1:100000 3. Pengamatan Lapangan 4. Analisis Studio KETERANGAN: 1000 0 1000 2000M N E W S

PERENCANAAN KONSERVASI AIR TANAH DI WILAYAH SURABAYA, SIDOARJO,

DAN PASURUAN

BADAN PERENCANA PEMBANGUNGAN PROPINSI JAWA TIMUR

Sukolilo Benowo Rungkut Tegalsari Semampir Asemrowo Wiyung Gubeng Lakarsantri Dukuh Pakis Tambaksari Mulyorejo Gununganyar Kenjeran Tandes Krembangan Karangpilang Pabean cantian Sawahan Sukomanunggal Gayungan Wonocolo Wonokromo Genteng Jambangan Tenggilis mejoyo Bubutan Simokerto Batas administrasi Kontur ketinggian Sungai Struktur perlipatan PETA DEBIT JENIS SUMUR

PETA HIDROGEOLOGI KOTA SURABAYA < 5 ltr/dtk 5 - 10 ltr/dtk Langka

Gambar 3.10 Peta Hidrologi Gambar 3.10 Peta Hidrologi

Kedalaman dan Arah Aliran Air Tanah

Dari hasil analisis wilayah sebaran kedalaman muka air tanah dengan metode Thiesen yang dihasilkan dari titik – titik minatan hidrogeologi 164 sumur gali di wilayah Surabaya dibagi menjadi 4 (empat) zona wilayah kedalaman air tanah yang meliputi:

o

Zona kedalaman air tanah 0 – 1 m meliputi wilayah kecamatan Sukolilo, Tegalsari, Rungkut, Gunungsari, Sukomanunggal, Sebagian Benowo bagian timur

o

Zona kedalaman air tanah 1 – 2 m meliputi wilayah kecamatan Genteng, Tandes, Asemrowo, Genteng, Gubeng, Mulyorejo, Gayungan, Wonocolo

o

Zona kedalaman air tanah 2 – 3 m meliputi wilayah kecamatan Kenjeran, Trenggilis Mejoyo, Sebagian Karang pilang sebelah utara

o

Zona kedalaman air tanah > 3 m meliputi wilayah kecamatan Lakar santri, Wiyung, Sawahan, Dukuh Pakis

Arah aliran air tanah di wilayah Surabaya umumnya mengalir kearah timur menuju kearah pantai, kecuali pada daerah Surabaya Barat umumnya arah aliran air tanah mengalir searah dengan kemiringan sayap lipatannya. Arah aliran air tanah berasal dari daerah recharge area yaitu dari perbukitan yang membentuk sistem lipatan yakni yang terdiri dari formasi – formasi tersier. Pertemuan kedua arah aliran air tanah yang berasal dari dua recharge area terdapat di daerah Lipatan tersebut di sekitar kali. Adanya pertemuan kedua arah aliran, pada formasi tersebut akan mempunyai potensi air tanah yang cukup besar.

Kualitas Air Tanah

Sebagian kecil penduduk Surabaya sampai saat ini masih menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih karena disebabkan masih terbatasnya penyediaan air bersih yang disediakan PDAM Kota Surabaya baru mencapai + 357.012 Sambungan Rumah (SR), dengan kapasitas terproduksi ± 8.145 liter/detik dengan cakupan pelayanan + 67%, sehingga air tanah merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan warga. Hal tersebut harus menjadi perhatian Pemerintah Kota karena sebagian besar kondisi air tanah di Surabaya telah tercemar baik ditinjau dari parameter mikrobiologi maupun kimia. Kondisi semacam ini tentunya tidak sejalan lagi dengan Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 yang menyebutkan bahwa air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat, harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, dimana persyaratan ini tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.Untuk mengetahui kondisi air tanah di Surabaya, Dinas Kesehatan Kota Surabaya telah melaksanakan pemantauan sebanyak 160 titik di 13 kecamatan, yaitu :

1. Kec. Sukomanunggal 8. Kec. Tegalsari

2. Kec. Tandes 9. Kec. Bubutan

3. Kec. Benowo 10. Kec. Simokerto 4 Kec. Lakarsantri 11. Kec. Pabean Cantikan 5. Kec. Sambikerep 12. Kec. Semampir

6. Kec. Pakal 13. Kec. Krembangan

7. Kec. Genteng

Dari sisi mutu, kelayakan air tanah untuk keperluan air minum didasarkan atas kandungan unsur/senyawa anorganik utama seperti besi (Fe), mangan (Mn), klorida (Cl), nitrat (NO3), nitrit (NO2), sulfat (SO4), derajat keasaman (pH), dan jumlah zat padat terlarut (TDS), menurut Standar Departemen Kesehatan.

Tabel 3.8. Standar air minum Departemen Kesehatan

No. Parameter Satuan

Batas maksimum yang diperbolehkan

I. FISIKA

1 Bau ** - - 2 Jumlah Zat Padat terlarut ** mg/l 1500 3 Kekeruhan ** skala NTU 25 4 Rasa ** - -

5 Suhu ** °C Suhu Udara ± 3°C 6 Warna ** TCU 50

7 Daya hantar listrik (DHL) ** µmhos/cm -

II. KIMIA a. Kimia Anorganik 1 Air Raksa *) mg/l 0.001 2 Arsen (As) mg/l 0.05 3 Besi mg/l 1 4 Fluorida ** mg/l 1.5 5 Kadmium *) mg/l 0.005

6 Kesadahan sebagai CaCO mg/l 500

7 Khlorida mg/l 600 8 Kromium, valensi 6*) mg/l 0.05 9 Mangan mg/l 0.5 10 Nitrat sebagai N ** mg/l 10 11 Nitrit sebagai N mg/l 1 12 pH - 6.5 - 9.0 13 Selenium *) mg/l 0.01 14 Seng mg/l 15 15 Sianida *) ** mg/l 0.1 16 Sulfat mg/l 400 17 Timbal *) mg/l 0.05 b. Kimia Organik

1 Zat organik (KmnO )

** mg/l 10

2 Deterjen mg/l 0.5

Berdasarkan kriteria mutu, dibedakan menjadi 3 kelas yakni :

o

Baik, jika kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam air tanah berada di bawah nilai maksimum yang disarankan.

o

Sedang, jika kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam air tanah berada antara nilai maksimum yang disarankan dan nilai maksimum yang diperbolehkan.

o

Jelek, jika kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam air tanah berada di atas nilai maksimum yang diperbolehkan.

A.1. Sifat Bakteriologis Air Tanah

Menurut hasil analisa mikrobiologi diperoleh kesimpulan bahwa Kecamatan Sukomanunggal, Tandes, Benowo, Lakarsantri, Sambikerep, Pakal, Genteng, Bubutan, Simokerto, Pabean Cantikan, Semampir dan Krembangan sudah tidak memenuhi baku mutu bakteorologis. Akan tetapi Kecamatan Tegalsari untuk titik uji

Kelurahan Dr. Sutomo 100% masih memenuhi baku mutu.

Grafik 3.15 Hasil analisa Kualitas Air Sumur Dangkal (Parameter Mikrobiologi)

12 sam pel, 8%

148 sam pel, 92%

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

Gambar 3.11 Pemetaan Kualitas Air Tanah Ditinjau Dari Parameter Mikrobiologi

A.2. Sifat Fisik Air tanah

Menurut hasil analisa yang dilakukan oleh Bappeda Prop. Jatim terhadap 163 sampel sumur gali di wilayah Surabaya yang menunjukkan nilai TDS melebihi nilai ambang batas standar air minum umumnya berada pada kawasan pasisir dengan nilai tertinggi berada di daerah Sumberejo Kec. Pakal, sedangkan untuk parameter DHL melebihi nilai ambang menunjukan hampir secara keseluruhan wilayah surabaya kondisi air tanahnya dalam kondisi kritis. Besarnya nilai DHL mencerminkan besar-kecilnya ion-ion terlarut dalam air. Suhu air tanah di wilayah Surabaya umumnya masih normal berkisar 28 – 30 C.

A.3. Sifat Kimia Air tanah

Parameter sifat kimiawi airtanah yang dianalisis sebanyak 15 parameter, yaitu kadar As, Ba, Fe, F, Ca C03, Cl, Hn, Na, NH3, N, Se, Zn, Cn, deterjen, dan COD. Berdasarkan hasil analisa 10 sampel airtanah, ternyata untuk parameter As, Ba, Fe, F, Ca C03, Cl, Hn, Na, N, Se, Zn, Cn, deterjen, dan COD umumnya masih berada di bawah nilai ambang batas standar untuk air minum, kecuali NH3, CL umumnya melebihi batas seperti sampel di wilayah Tegalsari, Lontar, Lidah Kulon, Kejambon, Keputih, Kendangsari dan Gubeng. Kadar Cl yang melebihi batas ambang seperti sampel pada Tegalsari, Lidah Kulon, Kejambon, Keputih, dan Gubeng. Tingginya nilai Cl serta didukung dari nilai DHL > 1000 mmhos dan salinitas > 1 kemungkinan disebabkan oleh adanya gejala intrusi air laut.

Grafik 3.16 Hasil analisa Kualitas Air Sumur Dangkal (Parameter Kimia)

117 sampel, 73%

43 sampel, 27%

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

Gambar 3.12. Pemetaan Kualitas Air Tanah Ditinjau Dari Parameter Kimia

Gambar 3.13. Pemetaan Kualitas Air Tanah Ditinjau Dari Parameter Biologi

A.4. Kadar Garam dan Intrusi Air Laut

Saat ini untuk menemukan air tanah yang benar-benar tawar di surabaya cukup sulit. Air tanah di sebagian besar wilayah Surabaya telah tercemar oleh intrusi air laut. Intrusi ini bukan hanya terjadi di kawasan dekat pantai saja, tetapi sudah terjadi pula sampai jauh ke arah pedalaman.

Faktor penyebab terjadinya intrusi air laut ini adalah aktivitas manusia Kota Surabaya yang terlampau besar terutama dalam penggunaan air. Aktivitas pemompaan air, baik pada air tanah bebas maupun air tanah semi tertekan yang melebihi kemampuan optimalnya (yield) mengakibatkan akifer kosong dan diisi oleh air laut. Sebaliknya suplai air hujan ke dalam tanah semakin berkurang sebagai akibat perkembangan fisik kota yang amat cepat dan menjangkau daerah umpan air tanah (recharge area). Pada kenyataannya perkembangan keadaan ini semakin lama justru cenderung semakin memburuk.

Hasil analisis sampel air sumur penduduk menunjukkan bahwa hampir seluruh titik sampel kandungan Cl-nya sudah cukup tinggi. Bahkan, di lokasi tertentu sudah amat tinggi misalnya pada daerah Gubeng, Keputih, Lidah Kulon.

Berdasarkan hasil pemetaan kadar Cl-nya yang dilakukan oleh Dinas ESDM Propinsi Jawa Timur terlihat pada Lampiran Peta Salinitas, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Surabaya, baik di daerah pantai maupun di daerah pedalaman sudah tercemar oleh air laut. Terbukti dari pemetaan intrusi air laut bahwa kawasan yang airnya masih tawar hanya di bagian tengah kota, yang lokasinya menjalur dari tengah kota ke barat dan ke utara, serta sedikit ke arah selatan. Sementara itu, luas kawasan intrusi air laut wilayahnya justru lebih besar dibanding kawasan yang belum terintrusi. Sebagian besar wilayah barat laut, utara, timur, dan barat daya Kota Surabaya sudah mengalami intrusi air laut. Selain itu sebagian kawasan tengah dan selatan Surabaya juga sudah mengalami intrusi air laut pula. Adapun secara rinci luas kawasan yang tercemar oleh intrusi air laut sebagai berikut:

ƒ Kawasan air payau (kadar Cl antara > 2000 - 5000 ppm) : 2268 Ha (7,8%)

ƒ Kawasan air agak payau (kadar Cl antara > 500 - 2000 ppm) :12.789 Ha(44,03 %) ƒ Kawasan intrusi ringan (kadar Cl antara > 250 - 500 ppm) : 7.767 Ha (26,74 %)

ƒ Luas wilayah yang sudah mengalami intrusi air laut adalah 22.814 Ha (78,54%), sedangkan luas wilayah yang belum terintrasi air laut (air masih tawar) seluas 6.235 hektar (21,46 %).

Melihat kenyataan seperti ini dan mengingat perkembangan kota Surabaya yang semakin pesat, maka bukan mustahil suatu saat nanti air tanah di seluruh wilayah Surabaya akan menjadi asin (terintrusi) apabila penataan ruangnya tidak diperhatikan. Padahal air tanah masih menjadi bagian terpenting dalam memenuhi kebutuhan air minum penduduk Kota Surabaya.

Dilihat dari pencemaran air tanah oleh unsur Cl seperti pada peta, maka dapat diduga bahwa proses intrusi air laut dapat terjadi melalui tiga cara:

o Pergeseran batas air laut dan air tawar (interpace) didaerah pantai.

Pergeseran terjadi karena pengambilan air tanah di sekitar pantai melebihi kemampuan (yield). Pengambilan air tanah yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya penurunan muka air tanah (palung), sehingga terjadi ketidakseimbangan. Akibat dari ketidakseimbangan ini maka interface akan semakin bergeser ke arah daratan karena desakan air laut untuk mencapai keseimbangan. Sejalan dengan perkembangan kota, maka gerakan interface ini cenderung semakin jauh ke arah daratan, sehingga pencemaran air tanah oleh intrusi air laut juga cenderung semakin jauh ke arah daratan. o Pemompaan air tanah semi tertekan yang berlebihan di daratan.

Proses ini terjadi di kawasan tengah dan barat daya Kota Surabaya. Akibat pemompaan yang berlebihan maka air tanah semi tertekan dapat terjadi ketidakseimbangan, sehingga yang tersedot pompa air bukan tawar lagi, tetapi air asin. air asin yang tersedot ini dapat menyebar dan mencemari air tanah bebas di sekitar tempat pemompaan tersebut, akibatnya air di kawasan ini memiliki kandungan Cl yang cukup tinggi.

o Intrusi melalui muara sungai.

Air sungai di sekitar muara biasanya mengandung kadar garam yang cukup tinggi, sebagai akibat intrusi air laut pada air sungai. Air sungai yang berkadar garam tinggi ini dapat bergerak dan mengisi air tanah di sekitarnya. Akibatnya air tanah di sekitar sungai juga mengandung kadar garam yang cukup tinggi pula. Proses intrusi ini juga memiliki perkembangan yang cenderung bergeser semakin jauh ke arah daratan.

o Kondisi geologi

Bila dikaji di Surabaya, secara geologi terbentuknya pantai tersebut merupakan hasil pelebaran pantai akibat akumulasi endapan sungai, endapan pantai maupun delta, akibatnya sejak awal air tanahnya sudah asin, bukan akibat pencemaran oleh air laut. Pencemaran oleh air laut dapat terjadi apabila muka air tanah berada di bawah muka permukaan air laut. Untuk air tanah bebas pada sumur gali biasanya pasang air laut dapat pula mempengaruhi walaupun hanya bersifat sementara. Dari hasil pengamatan lapangan pada sumur dangkal terlihat harga DHL di atas 1500 mikroohos/cm dan harga salinitas lebih dari 1 pada daerah-daerah seperti Semolowaru, Rungkut, Benowo, yang memiliki rasa payau/asin. Rasa payau/asin diduga karena adanya air asin yang terjebak pada saat pengendapan di daerah tersebut.

A.5. Potensi Air Tanah

Berdasarkan evaluasi data air tanah bebas dan tertekan serta debit mata air maka potensi air tanah Wilayah Surabaya dapat dibedakan menjadi 5 (lima) potensi air tanah yaitu: 1. Wilayah Potensi Air Tanah Tawar Potensi Sedang.

Wilayah ini terletak pada dataran alluvial, yang sebagian besar pada daerah ini merupakan kawasan industri dan sudah terintrusi oleh air laut. Daerah dengan kondisi

semacam ini terletak pada daerah perbatasan antara Kecamatan Suko Manunggal dengan Kecamatan Sawahan berada di sebelah timur jalan tol menuju Perak. Wilayah ini ini luasnya relatif kecil. Daerah ini termasuk wilayah pengambilan air tanah intensif untuk dikembangkan terbatas untuk kebutuhan air minum untuk kegiatan jasa atau pemukiman, tidak disarankan untuk dikembangkan untuk kegiatan yang memerlukan air tanah cukup besar.

2. Wilayah Potensi Air Tanah Tawar Potensi Rendah.

Terletak di daerah yang debitnya kurang lebih 2800 m3/hari. Daerah dengan kondisi semacam ini dibedakan menjadi dua yaitu:

o

Wilayah air tawar dengan potensi rendah terletak di daerah perbukitan. Daerah ini terletak di sebagian besar Kecamatan Lakasantri Bagian Utara, Sebagian daerah Kecamatan Dukuh Pakis sampai ke Perbatasan dengan Kecamatan Sawahan, sebagian dari Kecamatan Suko Manunggal (sekitar Bundaran Tol daerah Darmo), serta bagian utara dari Kecamatan Wiyung. Daerah tersebut merupakan Wilayah air tawar dengan potensi sebesar sekitar 2800 m3/hari. Apabila dilihat pada peta kontur air tanah dan peta Hidrogeologi daerah tersebut merupakan daerah recharge area (umpan air tanah) untuk Kota Surabaya, daerah tersebut tersusun atas material lempung yang bercampur dengan material gunung api yang nilai keterusannya sangat besar. Wilayah sesuai untuk daerah konservasi air tanah, sehingga pengambilan air tanah disarankan pada daerah lereng perbukitan dengan persyaratan membuat sumur resapan.

o

Wilayah air tawar dengan potensi rendah terletak di daerah dataran. Daerah ini terletak di sebagian besar Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan, kecuali daerah perbatasan antara Wonokromo dan Wonocolo bagian timur sudah mengalami intrusi air laut, air berasa agak payau dan bagian selatan dari Kecamatan Gayungan, Wonocolo dan Tenggilis. Wilayah air tawar di Surabaya Timur tersebar di daerah Rungkut bagian barat, Sukolilo bagian barat, Gubeng bagian barat dan Tambaksari bagian barat. Wilayah ini mempunyai potensi sekitar 1400 1800 m3/hari. Rendahnya debit air tanah, maka disarankan pemanfaatannya untuk kebutuhan air minum rumah tangga atau sesuai untuk pengembangan pemukiman.

3. Wilayah Air Tanah Agak Payau / Agak Asin Potensi Sedang.

Daerah dengan kondisi ini terletak di kawasan industri yang terletak di Kecamatan Sukomanunggal bagian utara Tandes dan sebagian Kecamatan Benowo. Air tanah pada daerah ini sudah terintrusi oleh air laut, yang disebabkan oleh pemompaan yang melebihi debit air tanah yang mengalir pada daerah tersebut. Potensi air tanah pada daerah ini kurang lebih 6000 m3/hari. Daerah ini sesuai untuk pengembangan kawasan industri karena potensinya besar dan kebutuhan air untuk industri persyaratannya lebih longgar (lihat baku mutu air golongan D untuk industri Peraturan Pemerintah no 2/MenKLH/1988) jika dibandingkan untuk air minum. Pengambilan air tanah juga perlu pengendalian, agar daerah ini tidak menjadi payau. Daerah ini termasuk pada Wilayah III.

4. Wilayah Air Tanah Agak Payau/Agak Asin Potensi Rendah.

Daerah ini tersebar di daerah Surabaya Barat dan sebagian besar Surabaya bagian Timur, Surabaya Utara serta sebagian kecil dari Surabaya bagian Selatan. Untuk Surabaya

Dalam dokumen 3.1 GENANGAN Status (Halaman 46-59)

Dokumen terkait