• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV STRUKTUR LAGU TIO PE MUAL PADA PERTUNJUKAN OPERA

4.2 Struktur Melodi Lagu

4.2.1 Tangga Nada

Tangga nada merupakan susunan berjenjang dari nada-nada pokok suatu sistem nada, mulai dari salah satu nada dasar sampai nada oktafnya, misalnya: do- re-mi-fa-so-la-si-do. Setelah melakukan transkripsi dari lagu tersebut maka selanjutnya menganalisis struktur dari melodi dari lagu tersebut. Pendekatan yang dilakukan penulis untuk membuat tangga nada dan dasar dilakukan dengan pendekatan weighted scale, seperti yang dikemukakan oleh Bruno Nettl (1964:7).

Teori yang dikemukakan oleh Bruno Nettl dapat dideskripsikan atau digambarkan secara umum keberadaan dari struktur dari melodi dari lagu “Tio Pe Mual” terutama bagi para pemula yang di latar belakangi oleh pendidikan musik barat yang selanjutnya lebih menelusuri konsep dan struktur sebenarnya. Dari hasil transkripsi lagu sampel di atas, maka struktur tangga nada yang digunakan oleh lagu “Tio Pe Mual” adalah sebagai berikut:

E Fis Gis A B Cis Dis E 1 2 B3 4 5 B6 7 1

Tangga nada di atas dapat disimpulkan bahwa lagu Tio Pe Mual menggunakan tangga nada Mayor Harmonik.

4.2.2 Nada Dasar

Untuk menentukan nada dasar, penulis menggunakan kriteria generalisasi oleh Bruno Nettl yang dalam bukunya yang berjudul Theory and Method in

Etnomusicology (1984:164). Bruno Nettle menyebutkan bahwa ada 7 kriteria yang ditawarkan untuk menentukan nada dasar suatu lagu, yaitu sebagai berikut:

1. Melihat dari patokannya nada mana yang sering dipakai.

2. Walaupun jarang dipakai, nada yang harga ritmisnya besar bisa dikatakan sebagai nada dasar.

3. Melihat nada awal atau akhir suatu komposisi yang dianggap mempunyai fungsi penting dalam penentuan tonalitas (nada dasar).

4. Nada yang berada pada posisi paling rendah atau posisi tengah dianggap penting.

5. Jika ada satu nada yang digunakan bersamaan dengan oktafnya dan ritmisnya sebagai patokan.

Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik adalah berdasar kepada pengalaman akeab dengan gaya musik tersebut (terjemahan Marc Perlman 1990).

Berdasarkan kriteria yang diatas, makan nada dasar dalam lagu “Tio Pe Mual” adalah sebagai berikut:

1. Nada yang sering dipakai adalah nada E.

2. Nada yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar adalah nada C. 3. Nada awal komposisi adalah nada E, dan nada akhirnya adalah nada E. 4. Nada paling rendah adalah nada Dis, dan nada paling tengah adalah nada

Gis.

5. Adanya tekanan ritmis pada nada Gis.

4.2.3 Wilayah Nada

Hasil tangga nada yang penulis dapatkan dari lagu “Tio Pe Mual” dengan berpedoman pada nada terendah dan nada yang tertinggi frekuensinya dan jarak atau interval yang dihasilkan. Maka wilayah nada yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

4.2.4 Jumlah Nada

Untuk menentukan jumlah nada terdapat dua cara yang harus diperhatikan. Yang pertama yaitu adalah melihat banyaknya kemunculan setiap nada tanpa melihat jumlah durasi secara kumulatif. Yang kedua adalah melihat kemunculan dan sekalius menghitung durasi kumulatif, karena durasi juga menentukan komposisi jumlah nada dalam melodi. Maka jumlah nada dalam lagu “Tio Pe Mual” adalah: 298 nada.

4.2.5 Interval

Pengertian interval adalah jarak antara satu nada dengan nada berikutnya, naik maupun turun (Manof 1991: 50). Perlu diketahui bahwa pada suatu komposisi lagu interval adalah penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau melompat, turun, maupun mendatar. Ukuran interval dapat menggunakan laras atau langkah dan sent. Untuk penggunaan interval pada lagu “Tio Pe Mual” adalah sebagai berikut:

1) Nada E – E = 1P (Prime Perfect). 2) Nada E – F = 2m (Secunde Minor).

3) Nada F – G = 2M (Secunde Mayor). 4) Nada G – A = 2M (Secunde Mayor). 5) Nada A – C = 3Auq (Third Auqmented). 6) Nada C – B = 7M (Septim Mayor). 7) Nada B – A = 7m (Septim Minor). 8) Nada B – G = 6m (Sekta Minor). 9) Nada A – B = 2M (Secunde Minor). 10)Nada A – D = 4 P (Kwart Perfect).

4.2.6 Pola-Pola Kadensa

Pengertian kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu yang biasanya yang ditandai dengan tanda istirahat. Pola kadensa dibagi atas dua bagian, yakni: semi kadens (half cadens), kadens penuh (full cadens). Semi kadens merupakan suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak selesai dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut. Sedangkan yang dimaksud dengan kadens penuh adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang terasa selesai sehingga pola kadensa seperti ini tidak memberikan keinginan / kesan untuk menambah gerakan ritem. Pola kadensa yang terdapat pada lagu “Tio Pe Mual” adalah sebagai berikut:

FRASA A

4.2.7 Formula Melodi

Pada bagian ini, formula melodi yang akan dibahas oleh penulis meliputi bentuk dan frasa. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Sedangkan yang dimaksud dengan frasa adalah bagian- bagian kecil dari melodi. William P. Malm mengemukakan bahwa masih ada beberapa isitilah dalam menganalisis bentuk antara lain sebagai berikut:

1. Repetitive merupakan bentuk nyanyian dengan melodi pendek yang diulang-ulang.

2. Iterative merupakan bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Strophic merupakan bentuk nyanyian yang diulang tetapi mengunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting merupakan bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan- penyimpangan melodi.

5. Progressive merupakan bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.

4.2.8 Kontur

Kontur merupakan garis melodi dalam sebuah nyanyian. William P. Malm membedakan kontur kedalam beberapa jenis, yakni:

1. Ascending adalah garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending adalah garis melodi yang bergerak menurun dari nada yang paling tinggi ke nada yang paling rendah.

3. Pendulous adalah garis melodi yang gerakannya melengkung dari nada yang paling tinggi ke nada yang paling rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang paling tinggi atau sebaliknya.

4. Terraced adalah garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau sebaliknya.

5. Disjuct merupakan melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya diatas sekonde mayor / minor. 6. Static merupakan melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai

batas-batasan.

Melodi yang dihasilkan dalam lagu Tio Pe Mual adalah sebagai berikut: 1. Ascending berada pada bar 18.

2. Descending berada pada bar 18. 3. Pendulous berada pada bar 18. 4. Terraced berada pada bar 15. 5. Static berada pada bar 24.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang sudah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis akan membuat kesimpulan dari semua pembahasan dan hasil penelitian yang telah penulis lakukan sebelumnya.

Opera Batak merupakan pementasan seni yang dekat dengan masyarakat yang bisa dikatakan bersifat kehidupan sehari hari masyarakat yang berkembang dengan dukungan perkumpulan nasionalis yang bernama Dos Ni Roha. Opera Batak terkadang bersifat keritualan untuk menjalankan operasi panggungnya dikarenakan mereka sering melakukan ritual ritual penangkal hujan agar acara yang akan diadakan tidak gagal. Sekarang ini, yang menjadi satu-satu yang masih mempertahankan kelangsungan Opera Batak sendiri adalah sanggar PLOt (Pusat Latihan Opera Batak). Kebanyakan anggota yang turut berpartisipasi pada sanggar ini adalah mahasiswa yang cinta pada budaya sendiri. Alat musik yang digunakan Opera Batak pada pertunjukan Perempuan di Pinggir Danau antara lain: sulim, hasapi, ogung, taganing hesek. Semua orang yang sudah melihat pertunjukan ini berharap supaya kebudayaan ini bisa tetap dipertahankan keberadaannya agar tidak punah seiring perkembangan zaman.

5.2 Saran

Kesenian merupakan bagian dari estetika kehidupan.Dan segala yang menjadi bagian dari kita adalah kebudayaan. Begitu juga dengan apa yang kita

lakukan sehari-hari merupakan sebuah kebudayaan yang berarti kebiasaan. Sebagai calon intelektual yang diberkahi ilmu, akal, dan bentuk-bentuk kecerdasan lainnya.Khususnya dalam menciptakan karya seni di dunia Teater. Apapun yang ada di depan mata yang kita alami bisa kita pertunjukkan.

BAB II

GAMBARAN UMUM SANGGAR PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK

1.1 Sejarah Berdirinya Sanggar PLOt

PLOt adalah singkatan dari Pusat Latihan Opera Batak. Singkatan diambil dari tiga huruf awal (PLO) dan satu huruf dari tengah (t). Karena itu ada variasi singkatan dengan huruf kapital dan kecil. Jadi jangan salah menuliskan PLOt sebagai singkatan dari Pusat Latihan Opera Batak. Singkatan itu sudah digunakan sejak awal berdirinya pada tahun 2005, tepatnya 12 September 2005. Awal berdirinya PLOt di latar belakangi program revitalisasi Opera Batak yang dilakukan di Tarutung pada 2002. Program revitalisasi Opera Batak digagas oleh Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jakarta, dan terlaksana di Tarutung pada akhir Agustus 2002 atas kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, yang waktu itu periode Bupati Drs. R.E Nainggolan, M.M.

Hasil revitalisasi Opera Batak di Tarutung memunculkan satu grup percontohan yang bernama Grup Opera Silindung (disingkat dengan GOS). Grup itulah menjadi media pengenalan Opera Batak melalui pertunjukan ke beberapa tempat (Tarutung, Medan, Jakarta, Sipoholon, Laguboti, dan Siantar) dan mendorong munculnya gairah untuk memainkan Opera Batak. dengan pendekatan yang berbeda-beda. Ben. M. Pasaribu adalah salah satu orang yang pernah membawa tim Opera Batak tampil di TVRI Sumut dan beberapa pertunjukan yang dilakukan oleh para pemain Opera Batak terdahulu di Samosir dan Balige. Dengan adanya revitalisasi Opera Batak dan grup percontohan itu, dorongan

untuk membuat kegiatan penelitian juga mulai muncul hingga PLOt menentukan fungsinya dalam jalur pengembangan revitalisasi Opera Batak.

Hal kedua yang melatar belakangi berdirinya PLOt adalah karena komunikasi dengan Sitor Situmorang, Barbara Brouwer, dan Lena Simanjuntak yang ingin menampilkan ulang Opera Batak “Pulo Batu” karya Sitor Situmorang yang pernah dipentaskan di Jakarta pada 1981 dengan gaya Opera Batak melalui kehadiran AWK Samosir, salah satu tokoh Opera Batak terdahulu serta Wahyu Sihombing, sutradara teater modren.

Komunikasi dengan mereka bertiga menetapkan rencana program awal PLOt memilih kota Siantar untuk tempat sekretariat dengan alasan-alasan historikal yang terkait dengan Opera Batak. Mereka memberikan dukungan dana untuk sekretariat PLOt serta dana operasional untuk dua orang yang aktif di sekretariat. Bersama Sitor Situmorang, Barbara Brouwer, Lena Simanjuntak, dan Thompson HS, PLOt sah didirikan sebagai sebuah gagasan untuk melanjutkan program revitalisasi Opera Batak.

1.2 Kepengurusan Sanggar PLOt

PLOt digerakkan pada awalnya oleh dua orang, yakni: Thompson HS dan Berto Hutabarat, salah satu dari anggota GOS yang tertarik untuk terlibat dalam kelanjutan revitalisasi Opera Batak. Kemudian cikal bakal pembentukan tim kerja bertahap dari orang-orang yang terlibat dalam kegiatan PLOt, terutama untuk pelatihan dan pertunjukan di Siantar dan beberapa tempat. Fungsi PLOt setelah adanya tim kerja ditegaskan dengan program pelatihan dan pertunjukan. Mestinya memang sudah cukup sebagai tempat pelatihan, sebagaimana dari singkatannya:

Pusat Latihan Opera Batak. Namun dengan adanya tawaran-tawaran untuk menerima pertunjukan, maka fungsi pelatihan itu semakin terdorong diikuti sejumlah orang.

Apalagi dengan dana program pelatihan yang belum ada, maka subsidi silang bersumber dari penerimaan biaya produksi dari pihak-pihak yang menawarkan. Semua sisa dana produksi itulah menjadi modal untuk pengembangan cara kerja di sekretariat dan pembelian sejumlah properti yang dapat digunakan orang-orang yang datang dan pergi dari PLOt. Pola tim kerja yang ada di PLOt bersifat berbagi (sharing); ide, informasi, keuntungan dari tawaran pertunjukan, rekomendasi, dan jaringan tanpa ikatan organisasi. Jadi pola tim kerja ini menjadi semacam organisme.

Keorganisasian PLOt ada dalam pikiran masing-masing anggota. Karena keterikatan masih didorong oleh pelatihan yang minus dana dan kesempatan untuk terlibat dalam tawaran pertunjukan. Sampai ada yang mencoba mengelola pertunjukan PLOt di luar tawaran. Fungsi tim kerja itu masih dianggap lebih efektif karena masih kurangnya dana yang dimiliki. Namun kekuatan Opera Batak yang dimunculkan kembali dari upaya revitalisasi seakan mempersona banyak pihak. Secara tidak langsung, kegiatan tradisional menjadi perhatian kembali di mana-mana oleh generasi baru. Apalagi perhatian itu dikaitkan dengan minat di Perguruan Tinggi atau akademik. Di Universitas Negeri Medan (UNIMED) terdapat pengajaran Teater Tradisi dengan materi Opera Batak, meskipun muatannya mungkin belum dapat dilengkapi sesuai dengan harapan dari revitalisasi itu. Sampai saat ini masih ada hambatan PLOt untuk keluar dari pola tim kerja. Sehingga harus kembali dengan pola semula sejak kemundurannya di

tangan beberapa orang yang menangani produksi mandiri. Pola semula itu adalah dengan integritas, displin, mempelajari banyak hal, turun ke lapangan, dan selalu mengaktifkan jaringan kecil dan besar untuk pelatihan dan produksi. Pola semula ini dengan mengajak orang-orang. Sedangkan pola tim kerja, orang-orang berdatangan dan mengakui ketertarikan untuk terlibat. Kemudian merasa sudah dapat dan bisa pergi dan membuat kelompok sendiri.

Dengan kembalinya ke pola semula itu, orang-orang tetap diajak. Namun dengan internsitas lain dan memikirkan terus untuk menetapkan bentuk pengorganisasian PLOt, selain yang sudah terdaftar dalam bentuk perhimpunan pada 2008. Bentuk perhimpunan ini dilakukan secara teknis untuk mencairkan dana yang diberikan Pempropsu setelah memperhatikan banyak kegiatan PLOt tanpa ketergantungan dengan pemerintah daerah dan nasional. Sesungguhnya bentuk organisasi PLOt sejak awal sudah dibicarakan oleh Barbara Brouwer dan Lena Simanjuntak agar bisa menjadi sebuah yayasan. Namun mungkin belum sampai pada waktunya harapan itu.

1.3 Penghargaan dan Prestasi Sanggar PLOt

PLOt dengan kepercayaan berbagai pihak dapat merupakan satu penghargaan penting yang sudah diterima. Kepercayaan itu terwujud dalam berbagai tawaran, seperti tawaran produksi. Jadi sangat jarang PLOt meminta atau mengajukan kegiatan dengan segala macam proposal, termasuk dengan meminta kepada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan atau tim kerja. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan PLOt, penghargaan itu menyebar kepada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan revitalisasi Opera Batak. Seperti kata orang, PLOt tidak ada apa-apanya tanpa orang-orang atau organisme yang bekerja untuk tujuan

revitalisasi Opera Batak. di Berbagai penampilan PLOt bisa mendapat penghargaan melalui tepukan dan cenderamata. Namun penghargaan penting lainnya adalah kegiatan PLOt sudah dihargai di Belanda dan Jerman melalui kesempatan pameran dan pertunjukan. Mungkin penghargaan melalui kesempatan itu menjadi prestasi PLOt juga. Prestasi penting PLOt mungkin adalah keberhasilannya mengenalkan Opera Batak di tingkat nasional dan sekaligus mewujudkan visi Opera Batak terdahulu yang ingin mengenalkan Opera Batak ke seluruh dunia. Sejak 2013 PLOt sudah tampil di Jerman dalam mewujudkan visi itu. Wacana revitalisasi Opera Batak ini mungkin sudah mulai tidak menarik dibicarakan dan dilakukan karena PLOt sendiri tidak bisa seperti grup-grup atau sanggar lain. Labelnya sebagai pusat latihan itulah kondisi yang tidak membuatnya sebagai grup kesenian atau sanggar binaan. PLOt adalah tempat bagi orang-orang yang datang dan pergi.

1.4 Moto, Visi dan Misi Sanggar PLOt

Tahun 2006 PLOt baru menetapkan motonya setelah Sitor Situmorang menawarkan satu kalimat dalam Bahasa Batak Toba, yakni: Mangkulingdo Ogung Natondol di Tano, Nasungkot di Langit Ni Langitan. Arti harfiahnya: Bunyi gong tertancap di bumi, dan sangkut di langit tertinggi. Ini maksudnya agar PLOt dan segala kegiatannya dapat bergema atau menggemakan seni dan budaya Batak. Kegiatan yang dilakukan PLOt melihat tradisi sejauh mungkin dan tidak berakar pada pikiran urban. Tawaran Sitor Situmorang itulah yang digunakan sebagai motto PLOt sampai sekarang dengan visi: Pertunjukan di Aras Nasional dan Internasional hingga Berdirinya sebuah Gedung Opera Batak. Sedangkan misinya

1. Melanjutkan program revitalisasi Opera Batak.

2. Memperkenalkan kembali Opera Batak ke kalangan yang lebih luas. 3. Memfasilitasi pemain Opera Batak terdahulu dan generasi baru.

4. Mengembalikan Opera Batak sebagai teater rakyat dan pintu. pembelajaran ulang terhadap potensi seni dan budaya tradisional.

5. Menjadikan Opera Batak sebagai bagian dari referensi dalam historiografi teater di Indonesia.

Mewujudkan visi dan misi ini PLOt tetap terbuka untuk bekerjasama untuk semua pihak dan berbagai jaringan dengan etika saling-mengembangkan dan saling menguntungkan. Ini mungkin menyulitkan bagi pihak-pihak yang masih mencari pengakuan dan citra. Juga menyulitkan bagi PLOt karena tidak semua bisa menjadi teman kerjasama mengerti Opera Batak yang digali sejak 2002 dan dilanjutkan PLOt sejak 2005 hingga mewujudkan segala misi dan visi itu setelah berpuluh-puluh tahun nanti.

1.5 Sistem Pendanaan Sanggar PLOt

Menyangkut dana sekretariat dan operasional awalnya bersumber dari tiga pendirinya. Sedangkan dana kegiatan di sekretariat bisa dari sisa produksi pertunjukan dan beberapa usaha yang sempat dilakukan. Keempat penggagas PLOt boleh dikatakan memberikan hibah secara pribadi untuk keberlangsungan PLOt, meskipun terkadang harus berhutang dan mengembalikannya tanpa bunga. Peran orang-orang yang memberikan pinjaman tanpa bunga ke PLOt juga berperan untuk menopang pendanaan itu, di samping para penyumbang yang tidak menyampaikan kepentingan apa-apa selain kebanggaan terhadap kebangkitan

beberapa kali pertunjukan. Semua dana itu digunakan untuk kepentingan kegiatan, modal, dan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan finansial untuk beberapa orang yang sudah tercatat menerimanya dari PLOt.

Beberapa orang juga sempat menerima dana untuk menyambut akhir tahun, selain untuk uang saku pada utusan pelatihan-pelatihan, bantuan uang kuliah, bantuan penggandaan skripsi, dan kemalangan. Semua itu bisa dikatakan ada sumbernya dari upaya PLOt untuk tetap berbagi untuk kondisi-kondisi di luar pelatihan dan pertunjukan.

1.6 Proses dan Jadwal Latihan Sanggar PLOt

Sejak sanggar PLOt ini didirikan, kegiatan latihan sanggar ini tidak terlalu rutin dilakukan melainkan apabila jika ingin melakukan pertunjukan opera baru dilaksanakan latihan untuk mempersiapkan pertunjukan yang akan dilaksanakan. Dan untuk mengisi waktu yang kosong.

1.7 Persiapan Pertunjukan

Sebelum melakukan pementasan opera, keseluruhan pemeran dalam penokohan dan juga pemusik melakukan persiapan masing-masing baik dari itu persiapan kostum, perlengkapan, peralatan, dan semua yang diperlukan untuk pertunjukan.Persiapan biasanya dibantu oleh anggota PLOt yang lain yang tidak ambil bagian dalam pertunjukan dan hanya datang untuk membantu persiapan pertunjukan. Sehari sebelum pertunjukan biasanya semua pemain maupun anggota PLOt yang lainnya telah melakukan dekorasi atau penghiasan panggung pertunjukan, persiapan dokumentasi, sound system, dan juga sekalian gladi resik.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia memiliki aneka ragam kebudayaan, salah satunya adalah seni tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita hingga saat ini. Dimana pada perkembangannya seni tradisi pasti mengalami perubahan atau perkembangan dan ada juga yang mengalami kepunahan. Beberapa cabang kesenian seperti, seni tari, seni lukis, seni musik, seni ukir, dan sebagainya. Ada pula seni drama/opera yang merupakan bagian dari seni tradisi atau biasa disebut dengan opera, yang mana setiap kebudayaan memiliki ciri dan gaya masing- masing yang disebabkan oleh latar belakang yang berbeda. Demikian pula yang terjadi di dalam kebudayaan Batak Toba.

Terdapat 5 sub etnis Batak yang merupakan penduduk asli sumatera utara yakni, etnis Toba, etnis Karo, etnis Simalungun, etnis Pakpak, etnis Angkola- etnis Mandailing, (Bangun, 1993:94). Selain itu penduduk setempat Sumatera Utara juga adalah etnis Melayu dan etnis Nias.Selain etnis setempat ada juga etnis-etnis nusantara seperti Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Banjar, Bugis, dan lainnya.Demikian pula warga masyarakat keturunan Tionghoa dan India.Mereka menyatu di dalam masyarakat Sumatera Utara.

Khususnya Batak Toba, musik merupakan salah satu hal paling penting dalam kehidupan kesehariannya misalnya, musik untuk acara adat pernikahan, acara adat kematian, acara adat ritual, hiburan, dan juga sebagai suatu pertunjukan. Di dalam seni tradisi Batak Toba, musik terdiri atas dua pembagian ensambel musik yaitu, ensambel musik gondang sabangunan, ensambel musik uning-uningan. Ensambel uning-uningan biasanya dimainkan untuk hiburan dan juga untuk seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang dimaksudkan yaitu perpaduan antara seni tari, seni musik, dan seni drama/dialog yang disebut dengan seni pertunjukan Opera Batak. Disini penulis akan mendeskripsikan seni pertunjukan Opera Batak, “Perempuan di Pinggir Danau”, yang diperankan oleh PLOT (Pusat Latihan Opera Batak). Opera merupakan pertunjukan atau pementasan seni yang berupa pengolahan dari musik, tarian, dan dialog. Opera berkembang secara signifikan di Italia pada abad ke 16. Opera Batak adalah pertunjukaan atau pementasan yang bersifat budaya ,baik dari seni tari, musik dan juga dialog yang berhubungan dengan budaya Batak. Opera Batak pertama kali berkembang di daerah Sitamiang, Samosir, oleh keluarga pengembala kerbau dengan sebutan parhasapi yang terdiri dari 3 orang yaitu: Tilhang Gultom, Pimpin Butar-Butar, Adat Raha Gultom. Tilhang Gultom merupakan ikon musik dan opera yang telah berjasa dalam seni musik tradisional Batak Toba dan telah mewariskan lebih kurang 360 lagu dengan ensambel musik tradisional Batak Toba. Opera Batak ini dimainkan biasanya pada malam hari untuk mengisi kekosongan waktu pada masyarakat, karena sudah melepas keletihannya pada kegiatan keseharian yang sering identik dengan pertanian yaitu bersawah.Opera Batak merupakan pementasan seni yang dekat dengan masyarakat yang bisa dikatakan bersifat

kehidupan sehari hari masyarakat yang berkembang dengan dukungan

Dokumen terkait