• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggal Wawancara : Rabu, 8 November 2017 Tempat Wawancara : Ruang guru

Dalam dokumen Hasil Wawancara dan Observasi Subjek 1 (Halaman 74-81)

Pertanyaan Hasil Wawancara Koding Analisis

Bu, saya mau tanya, tentang kemampuan membaca sama berhitungnya di kelas itu gimana Bu?

Terus Bu kalau mengerjakan tugas itu selalu selesai atau tidak?

Terus kalau untuk mata

pelajaran lainnya gimana

Bu?

Berarti dia sregep kalau

Bagus, bisa mengikuti. Dia bisa mengikuti, ya itu tapi dia ga bisa diem. Jadi dia gerak terus, anu mulute juga kalau ngomong anu, disuruh diem gatel dee (gurunya tertawa). Jadi ngomong terus, entah opo ono wae sing diomongke, pokoknya gak bisa diem.

Selesai. Tanggung jawab anaknya. Anaknya tanggung jawab, walaupun anaknya bandel kayak gitu tapi dia kalau diberi tugas, rajin, sregep, tanggung jawab.

Bisa, ya bisa, tapi gak terlalu, ya sedeng-sedeng lah. Nilainya ya nganu Mbak lumayan. 80, 100 malah nilai-nilai jelek itu jarang, nilai-nilai jelek itu jarang. Paling rendah itu paling 60 kalau sulit banget. Membaca lancar, nyanyi yo, biasa banter suarane memang menggelegar (gurunya tertawa). Terus diberi tugas apa gitu, ya tanggung jawab tetap dilaksanakan gitu, bocahe entengan. Apalagi kalau aktivitas keluar ya, ya kayak olahraga gitu dia seneng, tapi memang ya udah itu memang anaknya seperti itu. Tapi kalau kita memang harus rajin mengingatkan aja. Soalnya kan kalau aku kayak gini ya Mbak, pernah memberi hukuman ke anak nggih, paling nanti hukumanne menulis, kalau enggak bonus jam tambahan, berarti pulangnya agak siang gitu, kalau gak ngambili sampah, paling gitu, tapi kalau memang gak anu tak suruh pintu, tapi selama ini masih bisa dikendalikan sih. Tapi kalau T ya masuknya lumayan pinter lah, sedeng lah.

Heeem…T yo PR yo garap. Dia tahu tugas-tugasnya tahu, tugas kewajiban

PSC1, G2,

G3

PSC1

PSC1, F4

PSC1, G2

Akademik (bisa mengikuti

pelajaran). Hiperaktivitas

(tidak bisa diam).

Impulsivitas (banyak bicara). Akademik (tanggung jawab terhadap tugasnya).

Akademik (nilainya cukup baik dan tanggung jawab

dengan tugas). Kondisi

lingkungan (gurunya selalu mengingatkan T).

dikasih tugas gitu ya Bu? Terus Bu pernah ada tugas kelompok gitu gak Bu?

Terus ya Bu, kalau dilihat dari perilakunya dia di luar atau di dalam kelas itu gimana ya Bu?

Terus kalau sejauh ini ibu merasa kesulitan gak?

Terus Bu kalau seumpanya T

tahu, cuman ya itu tadi memang gak bisa diem.

Heemmm. Kalau dia pas mengerjakan tugas kelompok sama

teman-temannya gitu gimana Bu? Apa ya, anaknya kan iseng, senengane nggih, yo tetep ora bertengkar kok, tetep akur. Dia senenge mbedoni, gitu aja, tapi gak sampai bertengkar, sampai berkelahi, cuman gojek. Tapi ya masih dalam tahap yang wajar sih Mbak. Terus temen-temennya gimana Bu?

Ya teman-temannya memaklumi, paling temannya bilang gini “T meneh” (gurunya tertawa). Ya udah seperti itu lah, terus nanti temennya ngadu “Bu tu T tu lo Bu gak bisa diem” (gurunya tertawa). Jadi harus dianu, harus rajin

mengingatkan dia. Berarti teman-temannya juga negur T kayak gitu Bu?

Ya Mbak, ya Mbak Mila liat sendiri kan kalau di kelas, ya seperti itu. Kalau saya tak anggap wajar sih ya, anak-anak justru kalau anak-anak yang diem pasif itu malah kalau menurut aku kurang anu nggih, kurang sreg. Justru anak-anak yang ada timbal balik, dia berani protes gitu malah seneng, berarti anak itu malah kritis, berani menegur, berani menggungkapkan, itu kalau aku pribadi itu justru anak yang kristis nggih, karena dia apa ya, tidak mau hak-haknya dipaksakan atau dia anu orang lain ya. Tapi dia imbangnya juga bagus, sadar akan kewajibannya kalau kerja.

Sama aja, gak ada bedanya. Ya sama-sama energik, ya apalagi kalau diajak olahraga, dia paling energik itu. Pramuka itu coba kalau Mbak lihat itu tadi, ya susah diatur sama temennya, jadi ya temennya jengkel. Ya tapi dia manut, tapi ya banyak gerak gitu, ga bisa diem anteng gitu lo. Pas upacara pun ya seperti itu, jadi entah gerakin kaki lah, entah gerakin apa. Itu dia senenge iseng, koncone ngarep opo wae dianu, diisengin, tapi cuman sebatas iseng si ya, kalau bertengkar, berkelahi gak. Terus dia mukul juga enggak, kalau dia itu malah menjaga ya, misalnya ada temennya kenapa, ya dia langsung ngasi tahu, kalau gak ya lapor ke saya. Cuman ya itu tadi, geraknya aja, kayak kutu loncat. Terus dia juga suka ngomong, jadi kaki mbe mulut podo.. hahahah..

Enggak, karena dia berimbang ya, selain nakal juga bukannya, bukan nakal sih ya, suka iseng aja, kan nganu beda sama anak nakal ya, dia itu sukanya iseng, gak bisa diam, tapi dia konsekuen, konsekuen sama tugasnya.

Ya dia diem, tapi bar kui ngko let berapa waktu dia balik gerak lagi (gurunya

PPE2, G2, F4 PSC1 G2, PPE2 G2, G3 PPE2, G2 mengerjakan PR).

Hiperaktivitas (tidak bisa diam).

Masalah dengan teman

sebaya (suka usil dengan temannya). Hiperaktivitas (T tidak bisa diam). Kondisi

lingkungan (guru dan

temannya selalu

mengingatkan, serta

memaklumi kondisi T).

Akademik (tanggung jawab dengan tugasnya).

Hiperaktivitas (tidak bisa

diam). Masalah dengan

teman sebaya (suka usil dengan temannya).

Hiperaktivitas (banyak

gerak). Impulsivitas (suka bicara).

Masalah dengan teman

sebaya (suka usil dengan

temannya). Hiperaktivitas

ditegur karena gak bisa diem sama ngomong terus, dia reaksinya gimana Bu?

Terus Bu, kalau pas Ibu

menjelaskan dia

memperhatikan gak Bu?

Ketika ada

pertanyaan-pertanyaan gitu dia jawab gak biasanya Bu?

Kalau dikasih tugas gitu dia gimana Bu?

tertawa). Ya udah terus saya bilang gini “bisa diem gak koe?”, terus dia jawab “Ya..ya Bu”, tapi bar kui ya nengok kiri-kanan (gurunya tertawa). Terus nanti entah kaki lah yo wis, jadi gak bisa seluruh organ tubuhnya diam, pas mulutnya diam, tapi mboh kepalanya mboh kakie, mboh tangane yo tetep gerak.

Kemarin tak coba to, dia gak nganu, gak memperhatikan, tapi dia bisa jawab juga. Dia itu gak fokus, tapi telinganya mendengarkan. Tapi kalau kadang pas asyik apa gitu ya udah ada juga yang meleng, jadi kebablasan gitu.

Biasanya kalau disuruh maju, deen sregep. Terus suruh jawab pertanyaan ya mau jawab juga. Ya jawabannya juga sering bener juga, tapi kadang salah juga, karena dia asal jawab aja. Tapi kalau dia sih masih dalam tahap penalaran, jadi jawabannya masih bisa dinalar. Berarti salama ini gak ada kesulitan ya Bu dalam proses belajar? Enggak ada, ya cuman satu itu suruh diem, susah, organ tubuhnya gerak terus, makanya anaknya kayak kutu loncat, badan sama mulut podo wae (gurunya tertawa).

Kadang ya ngeluh. Ya udah saya bilang gini “kalau cuman segitu kamu ngeluh, berarti kamu males, yo wis tak tambahin meneh”, terus dia langsung jawab “yo…yo…yo” (gurunya tertawa). Ya udah habis itu ya dia lanjut. Kadang ya dia ngeluh gini “Bu kesel Bu”, terus ya saya jawab gini “kan udah tak bilangin kalau istirahat dolanan yang wajar orak playon, yo nek playon yo gembrobyos gitu, kan kalau istirahat itu untuk selo, untuk menghemat tenaga, untuk persiapan di kelas, untuk belajar, lah koe, ya gak pa-pa, ngeluh lagi ya gak pa-pa, tak tambahi sepuluh”. Terus dia jawab“ya jangan”, tak jawab lagi “ya udah wis to kalau soal 15 kan wajar, padune raiso anteng meh dolanan. Terus akhirnya dia bilang “yo…yo..yo”. Terus ya dia mengerjakan sampai selesai. Kalau aku gitu mbak, jadi guru jangan sampai menyakiti anak, tangan ini jangan sampai jewer, nyubit, jadi sebisa mungkin aku hindari, aku paling gak suka karena itu menyakiti, aku paling dengan sikap tindakan aja. Misalkan, anak-anak rame, tapi sudah perjanjian dulu sama meraka, kalau gak bisa diatur gitu ada tambahan waktu, tapi aku ngasih sanksi ke anak ya step by step gak langsung, diingatkan satu dua tiga, baru tindakan. Jadi bukan apa terus jangan, misalkan kalau rame ya saya bilang “ya rame terus gak pa-pa, malah

G2, F4

G1

G3

G2, G3

F4

Hiperaktivitas (T tidak bisa diam). Kondisi lingkungan

(gurunya selalu

mengingatkan T).

Inatensi (T terlihat tidak memperhatikan dan tidak fokus).

Impulsivitas (asal

menjawab).

Hiperaktivitas (T tidak bisa

diam) Impulsivitas (suka

bicara).

Kondisi lingkungan (gurunya

selalu menasihati dan

Terus Bu kalau interaksi T

sama teman-temannya

gimana Bu?

Berarti interaksinya T dengan teman-temannya mengalami masalah gak Bu?

beneran, tak kasi hadiah”, anak-anak ya jawab “hadiah apa Bu”, ya tak jawab lagi “apa hadiahnya coba?”, ya anak-anak langsung jawab “tambahan waktu”. Ya terus akhirnya mereka anteng, karena gak mau dikasi tambahan waktu (gurunya tertawa). Kalau gak garap PR gitu, tak denda dengan nulis soal beberapa kali, biar mereka sekalian latihan menulis halus. Jadi misalnya dia gak mengerjakan PR, kan saya melihat dulu nggih, kalau memang ketinggalan pas istirahat tak suruh ngmabil, misalkan kalau rumahnya deket, tapi kalau jauh, ya besok, atau gak telepon orangtuanya tak suruh ambilkan, itu untuk mengecek kejujuran anak nggih. Kadang kalau gak dicek kayak gitu, itu bisanya cuman alasan mereka aja, karena mereka males. Biar mereka gak bohong, jadi mereka tak kasi tindakan mungut sampah

Baik. Bisa menyesuaikan diri. Jadi dia tahu permainan yang gak boleh dimainkan, kayak gak boleh main bola di dalam kelas, kalau di kelas mereka gojek, oyak-oyakan gitu, paling itu aja, misalkan mereka main catur ya main catur, T kan bisa main catur. Kemarin T kan memang tak arahin, tak bilang gini “kamu gak bisa diem, ikut karate wae”, memang harus diarahkan nggih, kalau bisa memang harus diarahkan ke olahraga nggih. Jadi dia tak kasih tahu “kamu tu gak bisa diem, kamu ikut karate, nanti kamu malah jadi jago”, tak gituin, “dapet juara nanti”, tak gituin. Karena tadinya anak-anak gak mau ikut ekskul, yang ikut tu cuman 4 orang, yang nari itu cuman beberapa orang. Semua anak tak kasih tahu gini “kelas 3 harus pilih salah satu, minimal paling sedikit pilih salah satu, nari atau karate”, kecuali kalau alasan kesehatan nggih dan orangtuanya gak meperbolehkan. Mumpung ada ekskul gratis, kalau diluar perbulan bayar, mumpung ada kegiatan gratis, ikut. Setidaknya untuk jaga diri, jadi anak memilih, tiga-tiganya boleh komputer terus tari, sama karate. Ikut nari tok boleh, karate tok boleh, pokoknya tak gitukan. Pilih salah satu, kalau komputer bayar, karena itu kan butuh alat nggh, dari luar juga. Dengan gitu anak-anak jadi ada yang ikut nari, ada ikut karate. Kalau T ikut karate saja, dengan begitu, dia kan jadi lebih terarah.

Enggak Mbak, ya paling usil itu. Dia sukanya ngusilin temennya, pokoknya ada aja. Entah dijewer, dieweng-eweng opo pie. Ya namanya anak-anak kan, tapi gitu malah keliatan akur.Terus dia gak apa ya, kan ada anak yang

PPE1, F4

PPE2

Relasi dengan teman sebaya (bisa menyesuaikan diri dan

sering bermain bersama

teman-temannya). Kondisi

lingkungan (gurunya

mengarahkan T sesuai

dengan minatnya).

Masalah dengan teman

sebaya (suka usil dengan temannya).

Terus kalau dia bermain itu lebih keteman-teman sebaya atau yang lebih dewasa Bu?

plak-plok terus bertengkar, dia juga kadang keluar satu dua kata sing diluar kontrol kan. Kalau aku kan, kalau ada anak yang seperti itu, tak suruh tapuk sendiri mulutnya. Terus tak bilang gini “dikasi mulut itu untuk buat yang baik”, saya gitukan, biar gak terbiasa, dengan mulut mengeluarkan suara, yo podo-podo mengeluarkan yang baik, biar dapet pahala gitu. Ya terus dia jawab “nggih-nggih Bu”. Dia sekarang sholat udah mulai bagus, kalau sholat bareng gitu, dia yo udah bisa khusyuk sih. Memang kemarin dia kalau sholat masih suka bercanda, yo tergantung kitanya juga ya sebagai guru, open po ora. Ya setidaknya udah ada perubahan lah, dia jadi lebih terarah. Ya memang apa ya kebiasaan di kelas kan juga kita gak bisa nganu juga. Misal kalau jumatan yo jumatan yang bener, lah daripada kita ganggu orang yang lagi jumatan mending gak usah ya to, daripada doso, kita menggangu orang yang lagi khusyuk sholat to. Tapi kalau T sudah mulai bisa. Berarti dia tetep bisa sholat dengan khusyuk ya? Ya bisa, kan saya kasih tahu orangtuanya juga, orangtua pun saya mintain tolong dirumah agar sempatkan waktu untuk beribadah bersama-sama dengan anak-anak, ya minimal lah subuh, anak-anak dibagunkan pagi, diajak sholat berjamaah, biar setidaknya melatih anak untuk lebih dispilin dan tanggung jawab. Apalagi itu kan termasuk bimbingan rohani nggih, terus cium tangan

itu kan udah pembiasaan,jadi untuk pembiasaan yang baik, masalah nanti

dhuhur, ashar, maghrib belum sempat kan gak pa-pa, mungkin tambah isyaknya, kan kadang orangtua kan pulangnya gak tentu kan. Jadi saya memang menyarankan orangtua seperti itu, jadi setidaknya saya juga lebih kontrol ke anak-anak nggih, juga lebih seneng kalau orangtua proaktif dalam pendidikan. Justru seng pasti corone, Bu terserah anak kulo nakal, justru itu bukan orangtua yang memperhatikan pendidikan anake.. masa bodo lah itu. Jadi kan harusnya orangtua mau diajak bekerja sama dengan guru juga. Justru yang hanya menyerahkan seperti “mpun terserah Ibu jewer, opo terserah panjengan”, itu kan orangtua yang masa bodoh, gak peduli sama anaknya.

Sebaya, iya dia bisa main bareng temen-temennya. Lah teman-temannya kebetulan anak-anak kelas 3 ini akur ya, bisa dibilang jarang bertengkar, ya walaupun ada beberapa anak yang agak super, tapi kalau T gak sih, gak menyakiti temannya, malah dia berusaha misah kalo ada temennya yang

PSC3, F4

F4

PPE1, PPE

Masalah di sekolah

(terkadang bicara kasar).

Kondisi lingkungan (gurunya

selalu menasihati dan

memperingatkan T).

Kondisi lingkungan

(komunikasi yang baik antara guru dan orangtua).

Relasi dengan teman sebaya (bermain bersama). Masalah dengan teman sebaya (suka

Terus Bu, kalau dia kenal sama orang baru gitu, dia adaptasinya gimana?

Terus Bu, T itu punya temen deket gak Bu, yang sering diajak main itu siapa saja?

Berarti temen-temennya gak

ada yang mengeluhkan

berantem. Terus dia juga anaknya peduli, walaupun dia juga suka usil dan keliatan cuek, tapi dia peduli.

Cepet juga, jadi gak malu-malu gitu, ya langsung bisa gabung sama temen-temennya. Tapi kadang kalau pas kumat males ya koyo gak bisa dibilangin (gurunya tertawa), tapi nganu gampang direspon, kalau kita menstimulus dia, diresponnya cepet kok, asal T masih mau dikasih tahu. Jadi dia harus dikasih stimuli dan disemangatin gitu. Jadi dia kumat malesnya kalau pas dia kecapekan, kadang kan kondisi fisik juga gak tentu kan, tapi dia tetep mau kok. Cuman kadang ini lo Jumat Sabtu tu gak masuk, gak tahu kemana, saya manggil orangtuanya, kan juga belum dateng orangtuanya, orangtuanya kan kerja, Ibunya kayaknya kerja. Nah makanya saya juga pengen ketemu, tapi ya udahlah, selama anaknya masih wajar. Cuman beberapa kali Sabtu itu gak masuk gak ada izin, ga ada suratnya juga, padahal kan ada WA group, kan lewat WA group bisa ngabari, tapi ibunya juga gak ada WA. Tapi ya akhirnya T empat kali bolos bulan kemarin. Itu baru pertama kalinya atau gimana Bu? Sebelum-sebelumnya enggak, saya juga gak tau itu kenapa, juga orangtuanya gak ada penjelasan. Kenapa ya Mbak Mila, aku tu kalau disuruh membiarkan anak cuek gitu gak bisa sih. Ya tergantung kita juga nggih, anaknya juga jadi gak ada efek jeranya juga.

Biasanya sama...kurang tau juga ik Mbak aku, aku kan memperhatikan di lingkup sekolah aja, kalau diluar itu aku gak tau. Aku terus terang aku kalau ngamati anak, kalau dia pulang ya dia pulang, gak pernah mendengar kabar T nakal. Nakal kemarin itu aja, kelas berapa ya yang bilang gini “Bu T sama temen-temen ke Indomaret”, tapi aku kan gak mau laporan sepihak nggih, tak panggil terus tak tanya “bener kemarin kalian ke Indomaret beli Beer Bintang?”. Terus mereka jawab ”bukan kok Bu, enggak Bu wong dijajake Tika, Tika ulang tahun”, terus mereka ditraktir gitu, jajan gitu di Indomaret. Jadi yang ngelapor itu ga bener laporannya, jadi mereka itu cuma megang aja, jadi ga beli. Setelah saya cross check ya gak ada. Kalau T itu nakalnya, nakal anak-anak ya, gak nyuri, gak bohong, malah bohong juga dia enggak. Ya dia itu jujur, malah ngomong apa adanya gitu.

Gak ada, paling ya itu, itu aja gak bisa diem, senengane ceriwis terus. Kalau pas pulang itu, pas pulang nggih, pulang kan biasanya tak tunggu

PPE1, F4

G2, G3, F4

kematangan (kematangan

sosial: peduli dan mampu melerai temannya).

Relasi dengan teman sebaya (mudah beradaptasi dengan situasi atau orang baru). Kondisi lingkungan (gurunya

memotivasi dan

mengingatkan T)

Hiperaktivitas (tidak bisa

perilaku T?

Berarti dia kalau berteman sama siapa aja ya?

Tapi pernah gak Bu dia sampai marah banget?

sampe anteng dulu, paling aku cuma diem aja. Temennya mengingatkan “T

ini lo suruh diem, itu lo Bu Maria sudah diem, diliatin dari tadi gak itu”, ya paling temennya keselnya kayak gitu. Ya karena itu tadi wis kadung susah (gurunya tertawa). Berarti temennya lebih ke mengigatkan dia ya bu?

Heemm…jadi ndadak bengok-bengok“T ini”, ya paling gitu. Jadi paling kan tak liat tok gitu ,anak-anak kan jiwanya masih lucu nggih, kan anak kelas 3 itu kan masa transisi nggih, usia sembilan tahun itu usia transisi, mencari jati diri, tapi kalau terbiasa dengan kebiasaan bohong, misalnya orangtuanya hanya “ono PR ora le”, terus ora dicek gitu, terus anaknya cuma jawab “enggak kok Bu”. Nah kan dengan begitu anak-anak akan ada di posisi yang aman to, terus dibiarkan saja. Lah anak kan banyak yang kayak gitu, tapi kalau aku, ada PR kan gak pernah tak share ke group nggih, karena orangtua itu biar nanyake langsung ke anake, biar ada komunikasi to, terus di cek buku-bukunya, ditanyakan. Jadi PR itu gak tak share biar orangtua punya kepedulian juga.

Siapa aja, tapi juga gak pernah nakalin temene sih. Ya paling cuman ngusilin, paling cuman ngoda-ngoda. Tapi yo kadang-kadang kalau diluar kontrol sok keluar kata-kata kasar gitu, tapi ki jarang, cuman kadang mungkin kadung jengkel atau apa gitu, jadi keceplosan gitu.

Pernah, mungkin dinakali koncone, terus diejek ya, dia paling marah kalau diejek, apalagi kalau nyangkut orangtua, bisa-bisa sampai mendelik-mendelik, sampai marah-marah, emosi bener, tapi gak sampe bertengkar sih. Tapi jengkel juga kan memang orangtuanya diejek-ejek gitu, kayak nyebut nama orangtua gitu. Kadang anak-anak kan gitu, tapi terus dia marah banget, terus tak tengahi, terus anak yang ngejek T itu terus minta maaf. Terus dia memaafkan gak Bu? Iya kalau anak-anak harus bisa memafkan. Jadi dia ya gak susah juga buat memaafkan temennya dan dia juga gak dendaman orangnya. Terus habis itu ya udah main lagi sama temen-temennya, kan sifat anak murni seperti gitu, makanya itu hal positif yang bisa dipelajari untuk orangtua, biar gak berlarut-larut, anaknya udah akur, tapi wong tuone ijek berantem (gurunya tertawa).Murninya anak-anak kan gitu uniknya.

PPE1, PPE2

PPE2

PPE1

bicara). Kondisi lingkungan

(teman-temannya selalu

mengingatkan).

Relasi dengan teman sebaya

(berteman dengan siapa

saja). Masalah dengan

teman sebaya (suka usil). Masalah di sekolah (kadang bicara kasar).

Masalah dengan teman

sebaya (temannya mengejek nama orangtua T).

Relasi dengan teman sebaya

(mudah memaafkan

temannya dan bermain

Inisial : I

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 34 tahun

Dalam dokumen Hasil Wawancara dan Observasi Subjek 1 (Halaman 74-81)