frekuensi (KHz)
Tanggapan frekuensi penguat inverting
R2=2k dan R1=1k R2=20k dan R1=10k R=200k dan R=100k R2=1M dan R1=500k
58
Sama seperti penguat non-inverting, semakin besar nilai hambatan umpan balik (R2) nilai penguatannya semakin rentan terhadap perubahan frekuensi masukan, sehingga pemilihan nilai hambatan umpan balik pada penggunaan op-amp current feedback sangat perlu diperhatikan.
4.2.3. Penguat Penjumlah (summing amplifier)
Pada subtopik ini akan dibuat sebuah penguat penjumlah yang rangkaiannya sesuai dengan gambar 4.23.
Gambar 4.23 rangakaian penguat penjumlah
Dengan menggunakan R1=1k, R2=1k,R3=1k, maka Vo yang didapatkan sebesar 4Vpp.
Gambar 4.24. Output summing R1=1k, R2=1k,R3=1k (volt/div = 1volt) Tabel 4.15. respon frekuensi penguat penjumlah R1=1k, R2=1k,R3=1k
Frekuensi(Hz) 1k 1M 10M
59
Dengan menggunakan R1=1k, R2=1k,R3=2k, maka Vo yang didapatkan sebesar 8Vpp
Gambar 4.25. Output summing R1=1k, R2=1k,R3=2k (volt/div = 1volt) Tabel 4.16. respon frekuensi penguat penjumlah R1=1k, R2=1k,R3=2k
Frekuensi(Hz) 1k 1M 10M
Vo(Vpp) 8 8 7,8
Dengan menggunakan R1=100k, R2=100k,R3=100k, maka Vo yang didapatkan sebesar 3,8Vpp
Gambar 4.26. Output summing R1=100k, R2=100k,R3=100k (volt/div = 1volt) Tabel 4.17. respon frekuensi penguat penjumlah R1=100k, R2=100k,R3=100k
Frekuensi(Hz) 1k 1M 10M
60
Dengan menggunakan R1=100k, R2=100k,R3=200k, maka Vo yang didapatkan sebesar 6,4Vpp
Gambar 4.27. Output summing R1=100k, R2=100k,R3=200k (volt/div = 1volt) Tabel 4.18. respon frekuensi penguat penjumlah R1=100k, R2=100k,R3=200k
Frekuensi(Hz) 1k 1M 10M
Vo(Vpp) 6,4 3,8 2
Dengan menggunakan R1=R2=R3=1kΩ diinginkan inputan sebesar 2Vpp ditambahkan dengan 2vpp dengan penguatan -1kali sehingga hasil yang didapat menurut persamaan = −( + ) adalah 4Vpp hal ini sesuai dengan hasil praktikum, ketika R3 diubah menjadi 2kΩ diharapkan nilai Vo dikuatkan 2kali sehingga Vo=8Vpp.
Ketika R1,R2,R3 diubah menjadi 100kΩ nilai Vo mulai mengalami penurunan menjadi 3,8Vpp hal ini disebabkan adanya pengaruh transimpedansi pada Current feedback op-amp sesuai dengan penjabaran persamaan dibawah.
+ − + − = − (4.9)
= − (4.10) = (4.11) Dengan memanfaatkan 3 persamaan diatas maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut (ZG1=ZG2)
61 + − + + = − + + + + =− − + + + + = − − + = − − − − − + = − 1+ 1 − 1 ||( || ) + = − ||( || )+ 1 + 1 + = − 1 ||( || )+ 1 + 1 = −( + ) 1 × 1 1 ||( || )+ 1 + 1 = −( + ) 1 ||( || )+ 1 + = −( + ) ||( || )+ 1 + = −( + ) ||( || )+ 1 ⎝ ⎜ ⎛ 1 + ||( || ) + 1 ⎠ ⎟ ⎞
62 = −( + ) ⎝ ⎜ ⎜ ⎛ ||( || )+ 1 1 + ||( || )+ 1 ⎠ ⎟ ⎟ ⎞ (4.12)
Karena nilai sangat kecil maka persamaan diatas dapat di sederhanakan menjadi persamaan (3.1), sedangan karena nilai transimpedansi Z yang sangat besar sehingga nilainya dapat diabaikan dan persamaannya menjadi persamaan (3.2).
- perkiraan nilai transimpedansi
Pada saat nilai R3=200KΩ dan R1,R2=100KΩ nilai penguatannya menurun cukup drastis dimana Vo menjadi 6,4Vpp, nilai transimpedansinya adalah sebagai berikut.
6,4 = −(2 + 2 ) 1 100 1 +2001 6,4 +6,4 200 = 4 100 6,4 =1,6 200 Sehingga, = 800
4.3. Pembatasan lebar pita pada Op-amp CFA
Pada topik praktikum yang ke-3 ini akan dicari nilai bandwidth/ lebar pita dari current feedback op-amp dengan menyusun sebuah untai penguat tak membalik seperti pada gambar 4.28.
63
- Ketika Rf=1kΩ, Rg= 100Ω, Vcc/Vee=+15/-15
Gambar 4.29. Bandwidth ketika Rf=1kΩ, Rg= 100Ω, Vcc/Vee=+15/-15
Pada percobaan ini didapatkan nilai bandwidth sebesar 28MHz nilai input yang pada awalnya diatur sebesar 1Vpp turun menjadi 96mVpp dan outputnya 660mVpp hal ini dikarenakan function generator yang digunakan dapat menghasilnya sinyal hingga Frekuensi 150MHz namun amplitudo-nya turun pada frekuensi tinggi.
Nilai GBP-nya
= ×
64
- Ketika Rf=1kΩ, Rg= 100Ω, Vcc/Vee=+7/-7
Gambar 4.30. Bandwidth ketika Rf=1kΩ, Rg= 100Ω, Vcc/Vee=+7/-7
Pada percobaan kedua dengan input 98mvpp didapat output sebesar 660mVpp pada frekuensi 27,52MHz sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai BW-nya menurun ketika vcc/vee diturunkan.
Nilai Gbp-nya
= ×
= 10 × 27,52 ≈ 275,2
- Ketika Rf=2kΩ, Rg= 200Ω, Vcc/Vee=+15/-15
65
Pada percobaan ketiga didapat nilai bandwidth sebesar 21,35MHz dengan input 96mvPP didapatkan output sebesar 720mVpp.
Nilai Gbp-nya
= ×
= 10 × 21,35 ≈ 213,5
- Ketika Rf=2kΩ, Rg= 200Ω, Vcc/Vee=+7/-7
Gambar 4.32. Bandwidth ketika Rf=2kΩ, Rg= 200Ω, Vcc/Vee=+7/-7
Dengan input 114mVpp didapatkan output sebesar 720mVpp pada frekuensi 19,8MHz Nilai Gbp-nya.
= ×
66 - Ketika Rf=10kΩ, Rg= 1kΩ, Vcc/Vee=+15/-15
Gambar 4.33. Bandwidth ketika Rf=10kΩ, Rg= 1kΩ, Vcc/Vee=+15/-15
Pada percobaan ini nilai bandwidth yang didapat adalah 7MHz, dengan input 1,08Vpp dan output 7,2Vpp.
Nilai Gbp-nya
= ×
= 10 × 7,2 ≈ 70
Dari percobaan topik ke-3 ini dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar nilai Rf maka nilai bandwidth semakin kecil, sehingga dapat disimpulkan agar op-amp dapat bekerja pada frekuensi yang tinggi harus diperhatikan penggunaan nilai resistor umpan balik yang kecil, pada op-amp ini yaitu 1KΩ, selain itu nilai vcc dan vee juga berpengaruh terhadap nilai bandwidth, semakin kecil nilai Vcc dan Vee bandwidthnya juga semakin kecil.
67
4.4. Integrator berbasis CFA 4.4.1. Integrator berbasis CFA
Gambar 4.34. Rangkaian integrator berbasis CFA
- Ketika R1=10kΩ dan C1=10nF dengan nilai masukan sinus 1kHz 1Vpp, outputnya berupa sinyal cosinus dengan amplitude 1,36Vpp sesuai dengan gambar dibawah:
Gambar 4.35. sinyal Vo dan Vi integrator dengan R1=10kΩ dan C1=10nF
dengan nilai masukan sinus 1kHz 1Vpp, berarti nilai Vin adalah 0,5 sin 2000πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (3.3) analisa matematisnya adalah sbb:
= − 1
10000 × 10 × 10 0,5 sin 2000 πt
68
Dilihat dari hasil praktikum yang didapat yaitu didapatkan sinyal keluaran cosinus dengan amplitude 1,36Vpp/2 yaitu 0,7Volt. Sehingga dapat disimpulkan percobaan berhasil.
- Ketika R1=1kΩ dan C1=100pF dengan nilai masukan sinus 1MHz 1Vpp, outputnya berupa sinyal cosinus dengan amplitude 1,54Vpp sesuai dengan gambar dibawah:
Gambar 4.36. Sinyal Vo dan Vi integrator dengan R1=1kΩ dan C1=100pF
Dengan nilai masukan sinus 1MHz 1Vpp, berarti nilai Vin adalah 0,5 sin 2000000πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (3.3) integrator analisa matematisnya adalah sebagai berikut.
= − 1
1000 × 100 × 10 0,5 sin 20 00000πt
= 0,7961 cos2000000
Dari hasil praktikum didapatkan sinyal keluaran cosinus dengan amplitude 1,54Vpp/2 yaitu 0,77volt. Sehingga dapat disimpulkan percobaan sesuai dengan analisa
69
- Ketika R1=100Ω dan C1=100pF dengan nilai masukan sinus 5MHz 1Vpp, outputnya berupa sinyal cosinus dengan amplitude 2,86Vpp sesuai dengan gambar dibawah:
Gambar 4.37. sinyal Vo dan Vi integrator dengan R1=100Ω dan C1=100pF
Ketika R1=100Ω dan C1=100pF dengan nilai masukan sinus 5MHz 1Vpp, berarti nilai Vin-nya adalah 0,5 sin 10000000πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (4.28) analisa matematisnya adalah sebagai berikut.
= − 1
100 × 100 × 10 0,5 sin 10000000 πt
= 1,5923 cos10000000
Sedangkan pada percobaan didapatkan Vout berupa sinyal kosinus dengan amplitudo 2,86Vpp/2 yaitu 1,43volt. Sehingga antara percobaan dan praktikum dapat dikatakan mendekati.
70
4.4.2. Differensiator berbasis CFA
Gambar 4.38. Rangkaian diferensiator berbasis CFA
- Ketika R1=1kΩ dan C1=100nF, dengan masukan sinyal sinus 1kHz 1Vpp didapatkan output sinyal –cosinus dengan amplitude 0,74Vpp sesuai dengan gambar dibawah:
Gambar 4.39. sinyal Vo dan Vi integrator dengan R1=1kΩ dan C1=100nF
dengan masukan sinyal sinus 1kHz 1Vpp berarti nilai Vin adalah 0,5 sin 2000πt, sehingga dengan menggunakan persamaan diferensiator (3.4) analisa matematisnya adalah sbb:
= − 1000 × 100 × 10 (0,5 sin 20 00πt)
71
Sedangkan pada hasil praktikum didapatkan sinyal cosinus dengan amplitude sebesar -0,74Vpp/2 yaitu 0,37volt sehingga antara percobaan dan analisa matematis dapat dikatakan sesuai.
- Ketika R1=1kΩ dan C1=1nF, dengan masukan sinyal sinus 1MHz 1Vpp didapatkan output sinyal -cosinus dengan amplitude 7,2Vpp sesuai dengan gambar dibawah:
Gambar 4.40. sinyal Vo dan Vi integrator dengan R1=1kΩ dan C1=1nF
dengan masukan sinyal sinus 1MHz 1Vpp berarti nilai Vin adalah 0,5 sin 2000000πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (3.9) analisa matematisnya adalah sbb:
= − 1000 × 1 × 10 (0,5 sin 2000000 πt) = − 3,14 cos20 00000
Sedangkan pada hasil praktikum didapatkan sinyal cosinus dengan amplitude sebesar -7,2Vpp/2 yaitu 3,6volt sehingga antara percobaan dan analisa matematis dapat dikatakan sesuai.
72
- Ketika R1=1kΩ dan C1=100pF, dengan masukan sinyal sinus 5MHz 1Vpp didapatkan output sinyal -cosinus dengan amplitude 5,36Vpp sesuai dengan gambar dibawah:
Gambar 4.41. sinyal Vo dan Vi integrator dengan R1=1kΩ dan C1=100pF
Ketika R1=1kΩ dan C1=100pF, dengan masukan sinyal sinus 5MHz 1Vpp berarti nilai Vin adalah 0,5 sin 10000000πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (4.29) analisa matematisnya adalah sbb:
= − 1000 × 100 × 10 (0,5 sin 10 000000πt) = − 1,57 cos10000000
Sedangkan pada hasil praktikum didapatkan sinyal cosinus dengan amplitude sebesar -5,36Vpp/2 yaitu 2,68volt. Adanya perbedaan nilai amplitudo ini dimungkinkan karena ketidakstabilan op-amp.
Pemasangan resistor R2 pada rangkaian integrator dan diferensiator adalah untuk mencegah kapasitor melakukan pengosongan secara langsung. Karena jika tidak diberi resistor R2 kapasitor terhubung langsung dengan output buffer input non- inverting yang bernilai ground, karena kaki non inverting terhubung pada ground. hal ini sesuai dengan gambar internal CFA.
73
4.5. Respon Transien pada Op-amp CFA
Gambar 4.42. Untai penguat tak membalik untuk mencari stabilitas CFA
- Dengan input kotak 15Vpp , R1dan R2=1kΩ
Didapatkan nilai = × 100% = 46,6667% ,tp=20ns ,Td=50ns. Dengan gambar grafik sebagai berikut:
Gambar 4.43. stabilitas saat R1dan R2=1kΩ
- Dengan input kotak 15Vpp, R1dan R2=10kΩ
Hasilnya menyerupai kondisi rangkaian RLC overdamped sehingga dapat dikatakan lebih stabil. Berikut gambar sinyalnya:
74
- Dengan input kotak 15Vpp , R1dan R2=5kΩ
Didapatkan nilai = × 100% = 13.3333% ,tp=10ns ,Td=60ns. Dengan gambar grafik sebagai berikut:
Gambar 4.45. stabilitas saat R1dan R2=5kΩ
- Dengan input kotak 15Vpp , R1dan R2=500Ω
Didapatkan nilai = × 100% = 53.3333% ,tp=20ns ,Td=50ns. Dengan gambar grafik sebagai berikut:
75
- Dari percobaan pertama dicari persamaan orde dua yang berlaku pada op-amp current feedback sebagai berikut:
= (3.5) 46,6666 = 46,666 = − 1 − 14,76 = 1 − Sehingga didapatkan: = 0,59
Kemudian dengan menggunakan persamaan waktu puncak:
= ⍵ 1 − (3.6) 20 × 10 = 3.14 ⍵ 1 − 0,59 20 × 10 = 3.14 ⍵ × 0,63 Sehingga didapatkan: ⍵ = 247,15 × 10
76
Kemudian dengan menggunakan persamaan frekuensi alamiah teredam:
2 = ⍵ − (3.8) 2 50 × 10 = (247,15 × 10 ) − Sehingga didapatkan : = 214,5 × 10
Dari hasil yang didapatkan, bisa dilihat bahwa nilai α<⍵o sehingga system dalam kondisi underdamped, dari nilai α dan⍵o dicari nilai R L C-nya dengan menggunakan persamaan damping factor dan frekuensi alamiah teredam serta memisalkan nilai L=1µH, berikut perhitungannya: = (3.9) 214,5 × 10 = 1µH Sehingga didapat R=214,5Ω ⍵ = 1 √ (3.10) 247,15 × 10 = 1 1µH × Sehingga didapatkan C=16,371pF
77
Dengan nilai R,Ldan C yang diperoleh sehingga dapat dicari persamaan orde dua-nya sebagai berikut:
= 1
(1µH × 16,371pF) + 1µH × 214,5Ω + 1 (4.13)
= 1
(16,371 × 10 ) + (214,5 × 10 + 1) (4.14)
Dengan nilai R L dan C yang didapat, kemudian dilakukan percobaan pada circuit maker sebagai berikut
Gambar 4.47. Rangkaian RLC seri ada circuit maker
Gambar 4.48. hasil simulasi rangkaian RLC pada circuit maker
Dari percobaan pada circuit maker juga diperoleh nilai = × 100% = 46,6667% ,tp=20ns ,Td=50ns. Sehingga dapat dikatakan sesuai antara teori dengan praktikum.
78
Dari hasil praktikum ketika nilai resistor diubah2 dapat diambil kesimpulan semakin besar nilai Resistor umpan balik maka performa current feedback op-amp semakin stabil. Namun harus diingat bahwa penggunaan nilai resistor umpan balik yang besar akan memperkecil nilai bandwidth. [4]
4.6. Penguat selisih dan penguat instrumentasi berbasis op-amp CFA 4.6.1. Penguat selisih (differential amplifier)
Rangkaian penguat selisih (differential amplifier) yang disusun pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar 4.49.
Gambar 4.49. rangkaian penguat selisih (differential amp)
Pada percobaan pertama ini di susun sebuah rangkaian penguat selisih dengan tegangan input V1 berupa sinyal sinus 1Vpp 1KHz kemudian dilakukan pembagi tegangan oleh R5 dan R6 untuk mendapatkan nilai sebesar 0,5Vpp sebagai Vi2.
Dengan menggunakan prinsip superposisi persamaan yang berlaku pada rangkaian diatas adalah sebagai berikut:
79 (1) = − 1 1 1 + 12 × 1 (4.15)
Diasumsikan V1=0 maka rangkaian berlaku sebagai penguat non-inverting
(2) = 2 4 3 + 4 1 + 21 1 + 2 (4.16) Sehingga = (1) + (2) (4.17) = − 1 1 1+ 1 2 × 1 + 2 4 3 + 4 1 + 21 1 + 2 (4.18)
Karena nilai transimpedansi (Z) yang besar maka
= − 1 2 1 + 2 4 3 + 4 1 + 2 1 (4.19) Karena nilai R1=R3 dan R2=R4 maka
= 2 − 1 2
1 (4.20)
Berikut hasil percobaan ketika R1,R3= 1kΩ dan R2,R4 = 1KΩ
dengan input Vi1= 1Vpp dan Vi2=0,5Vpp Vo = -540Vpp, hal ini ditunjukan oleh gambar dibawah
80
Gambar 4.51 Vi2 dan Vo diff amp saat R1,R3= 1kΩ dan R2,R4 = 1KΩ
Secara perhitungan nilai vo seharusnya adalah sebagai berikut:
= 0,5 − 1 1
1 ≈ − 0,5
Jika dibandingkan antara perhitungan dengan hasil praktikum cukup mendekati sehingga dapat dianggap bahwa op-amp current feedback dapat bekerja dengan baik sebagai penguat selisih.
81
Berikut hasil praktikum Ketika R1,R3=100 dan R2,R4=1K
Dari percobaan kedua ini dengan Vi1=1,16Vpp dan Vi2=0,54Vpp diperoleh Vo = -6,08Vpp, hal ini sesuai dengan gambar dibawah ini:
Gambar 4.52 Vi1 dan Vo diff amp saat R1,R3= 100Ω dan R2,R4 = 1KΩ
Gambar 4.53 Vi2 dan Vo diff amp saat R1,R3= 100Ω dan R2,R4 = 1KΩ
Secara matematis nilai Vo seharusnya adalah sebagai berikut:
= 0,54 − 1,16 1
100 ≈ − 6,2
Jika dibandingkan antara hasil percobaan dengan perhitungan matematis hasilnya mendekati sehingga dianggap percobaan berhasil.
82
Ketika R1,R3=10K dan R2,R4=100K
Dari percobaan ketiga dengan Vi1 1Vpp dan Vi2=0,5Vpp didapatkan Vo= 4,16 Vpp sesuai dengan gambar dibawah ini
Gambar 4.54 Vi1 dan Vo diff amp saat R1,R3= 100Ω dan R2,R4 = 1KΩ
Gambar 4.55 Vi2 dan Vo diff amp saat R1,R3= 100Ω dan R2,R4 = 1KΩ
Secara matematis nilai Vo seharusnya adalah sebagai berikut:
= 0,5 − 1 100
10 ≈ − 5
Pada percobaan kali ini ada perbedaan yang cukup jauh antara peritungan dengan hasil percobaan hal ini disebabkan nilai R1 yang cukup besar sehingga
83
4.6.2. Penguat instrumentasi berbasis CFA
Rangkaian penguat instrumentasi yang dilakukan pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar 4.56
Gambar 4.56. Rangkaian Penguat Instrumentasi
Untuk penguat instrumentasi persamaan yang berlaku pada rangkaian tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk mencari Vo1 dengan prinsip superposisi didapatkan persamaan:
1 = 1 + 7 8 1 + 7 × 1 − 1 8 1 + 17 × 2 (4.21)
Karena nilai Z yang sangat besar , persamaan menjadi
1 = 1 + 7
8 × 1 −
7
8 × 2 (4.22)
84 2 = 1 + 7 8 1 + 7 × 2 − 1 8 1 + 17 × 1 (4.23)
Karena nilai Z yang sangat besar, persamaan menjadi
2 = 1 + 7
8 × 2 −
7
8 × 1 (4.24)
Untuk nilai Vo menggunakan persamaan penguat selisih dengan Vo1 dan Vo2 sebagai tegangan inputnya
= 2 − 1 2
1 (4.25) Jadi rangkaian diatas jika diberi nilai Vi1=1Vpp dan Vi2=0,5Vpp maka nilai Vo1 Vo2 dan Vo-nya secara matematis adalah sebagai berikut:
1 = 1 +1 1 × 1 − 1 1 × 0,5 = 1,5 2 = 1 +1 1 × 0,5 − 1 1 × 1 = 0 = 0 − 1,5 1 1 = − 1,5
Sedangkan pada percobaan Vo1=1 ,5Vpp ; Vo2=0,1vpp ;Vo=1,5Vpp ditunjukan pada gambar dibawah ini.
85
Gambar 4.57. Vo1 penguat instrumentasi (volt/div=0,5v)
86
4.7. Tapis-Tapis Aktif Berbasis Op-amp CFA 4.7.1. Low Pass Filter orde 1
Dalam melakukan percobaan mengenai LPF orde 1 disusun rangkaian seperti pada gambar 4.60
Gambar 4.60. Rangkaian low pass filter orde 1
Dengan Ra dan Rb= 1kΩ, R1=1kΩ, C1=100pF
Tabel 4.19 respon frekuensi Low Pass Filter orde 1 Dengan Ra dan Rb= 1kΩ, R1=1kΩ, C1=100pF Frek (Hz) 1k 10k 50k 100k 500k 600k 800K 1M 1,5M 2M 3M 4M 5M Av 2 2 2 2 1,92 1,86 1,8 1,68 1,46 1,26 0,9 0,8 0,6 Av(dB) 6.02 6.02 6.02 6.02 5.6 5.3 5.14 4.5 3.28 2 -0.91 -1.93 -4.43
Fc/frekuensi penggal pada percobaan ini adalah 1,6MHz dengan Vout 1,4Vpp
Dengan Ra dan Rb= 100kΩ, R1=1kΩ, C1=100pF
Tabel 4.20. respon frekuensi Low Pass Filter orde 1 Dengan Ra dan Rb= 100kΩ, R1=1kΩ, C1=100pF Frek (Hz) 1k 10k 50k 100k 500k 600k 800K 1M 1,5M 2M 3M 4M 5M Av 1.76 1.76 1.76 1.76 1.74 1.72 1.64 1.56 1.3 1.08 0.7 0.5 0.3 Av(dB) 4.91 4.91 4.91 4.91 4.81 4.71 4.29 3.86 2.27 0.66 -3.1 -6.02 -10.45
Fc/frekuensi penggal pada percobaan ini adalah 1,6MHz dengan Vout 1,24Vpp
Analisa matematis
Pada percobaan lowpass filter orde satu ini digunakan R1=1kΩ dan C1=100pF sehingga nilai frekuensi penggal (Fc) secara matematisnya adalah sbb:
87 ⍵ = 2 = 1 1 1 (4.26) = 1 2 1 1 (4.27) = 1 2 1000 × 100 × 10 = 1,5923 (4.28)
Sedangkan pada percobaan nilai frekuensi penggal yang didapatkan baik pada penggunaan Ra,Rb=1kΩ maupun Ra,Rb=100kΩ adalah 1,6MHz sehingga percobaan dikatakan sesuai dengan analisis matematis. Ketika penggunaan Ra,Rb=100kΩ terjadi penurunan nilai penguatan disebabkan oleh pengaruh transimpedansi (Z). berikut grafik lowpass filter orde 1.
gambar 4.61. Tanggapan Frekuensi Lpf orde 1 Berbasis CFA -12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 1 10 100 1000 10000 A v( d b ) frekuensi (Khz)