• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penelitian ini, bukan saja memfokuskan pada kebijakan dan pelaksanaan mutasi itu sendiri, tetapi mencoba menggali dan mengkaji tanggapan pendeta sebagai pelaksanaan dari kebijakan mutasi dan juga umat yang adalah merupakan sasaran dari pelayanan yang dilakukan oleh Gereja. Maka dari itu, pendeta yang dijadikan narasumber dalam penelitian ini adalah pendeta-pendeta GPM yang sudah pernah mengalami mutasi. Sedangkan untuk majelis jemaat dan anggota jemaat adalah mereka yang cukup paham tentang peraturan mutasi tenaga pendeta di GPM.

Berikut ini merupakan tabel tanggapan pendeta, majelis dan umat tentang kebijakan dan pelaksanaan mutasi tenaga pendeta GPM:

65

Tabel 4.1. Tanggapan terhadap mutasi tenaga pendeta

Aspek Tanggapan

Pendeta Majelis Jemaat Anggota jemaat Peratura n peraturan mutasi adalah kebijakan dari Sinode Penting dilakukan Mutasi merupakan aturan Sinode Penting dilakukan  Sesuai peraturan Sinode  Penting dilakukan Tahapan proses Normal (sesuai dengan aturan – laporan kinerja) Normal (sesuai dengan aturan – laporan kinerja) Normal (sesuai dengan aturan – laporan kinerja) Pelaksan aan Belum merata (masa tugas lebih dari lima tahun) Belum merata (tidak sesuai aturan – masa tugas pendeta) Belum merata (tidak sesuai aturan) Kendala Like/Dislike (dalam melakukan analisis laporan kinerja pendeta) Like/Dislike (berkaitan dengan penempatan maupun pemindahan pendeta) Like/Dislike (berkaitan dengan pemindahan pendeta) Dampak  Dari proses

mutasi, pendeta menyadari bahwa imannya dikuatkan melalui proses melayani di berbagai jemaat.  pendeta mengalami perubahan cara pandang bergereja.  Dari proses mutasi, pendeta menyadari bahwa imannya dikuatkan melalui proses melayani di berbagai jemaat.  Umat semakin diperbaharui kehidupan spritualnya.  Dari proses mutasi, pendeta menyadari bahwa imannya dikuatkan melalui proses melayani di jemaat.  Umat semakin diperbaharui kehidupan spritualnya.

66

Tabel tanggapan diatas, untuk aspek peraturan mutasi ini dengan jelas dapat terlihat bahwa baik pendeta, majelis jemaat dan umat memiliki pandangan yang sama. Menurut mereka peraturan mutasi merupakan kebijakan yang dibuat oleh Sinode. Sehingga penting sekali untuk peraturan ini dilakukan oleh pendeta. Ada dua alasan sehingga peraturan atau kebijakan mutasi ini penting dilakukan. Alasan yang pertama bahwa pendeta juga butuh penyegaran dan tidak baik pendeta terlalu lama di jemaat. Karena akan mematikan kreatifitas dan kemampuan yang d

imilikinya apalagi kalau pendeta itu ditempatkan di wilayah airmata. Selain itu bukan saja penyegaran bagi pendeta tetapi juga bagi jemaat yang ada. Ditakutkan jemaat sudah bosan dengan pendeta yang ada dan membutuhkan pendeta yang baru. Alasan kedua bahwa seorang pendeta GPM tidak akan pernah melayani selama-lamanya di suatu jemaat. Dengan mengingat tugas pengutusan sebagai pelayan Tuhan bahwa ada banyak ladang-ladang yang menunggu

67

mereka untuk pergi kesana. Apalagi dengan kenyataan bahwa tidak semua jemaat GPM adalah jemaat yang memiliki keadaan ekonomi yang mapan. Banyak sekali jemaat GPM yang keadaan ekonominya masih berkembang. Itulah tugas-tugas pelayanan yang menanti mereka sebagai pelayan Tuhan.

Kemudian untuk tahapan proses baik itu mutasi rutin, mutasi karena kepentingan pelayanan dan mutasi ikut suami atau isteri memiliki tanggapan bahwa berjalan dengan normal. Dalam arti bahwa, tahapan proses dalam pelaksanaan ketiga mutasi ini berjalan sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Dimana sebelum memutasikan seorang pendeta ada proses penilaian kinerja pendeta yang dilakukan oleh Sinode. Sedangkan ada satu kasus mutasi tindak displin gereja di sebuah jemaat yang disayangkan oleh majelis jemaat dan umat. Menurut mereka untuk kasus mutasi tindak displin gereja di sebuah jemaat A seharusnya tidak perlu terjadi.

68

Selanjutnya, pelaksanaan kebijakan mutasi ini dirasakan belum merata oleh pendeta, majelis jemaat dan anggota jemaat. Belum meratanya pelaksanaan mutasi yang dimaksudkan disini adalah seharusnya dimulai dari wilayah yang jauh (airmata) kemudian wilayah dekat. Akan tetapi ada beberapa pendeta yang selalu dimutasikan ke daerah yang jauh atau sebaliknya. Kemudian ada pendeta muda dengan pendidikan S2 langsung ditempatkan di kantor Sinode. Selain itu, belum meratanya pelaksanaan mutasi ini juga disebabkan tenaga pendeta GPM yang terlampau banyak dengan tidak diimbangi oleh kesiapaan jemaat (airmata) untuk menerima pendeta lebih dari dua di suatu jemaat. Belum ditambah lagi dengan lulusan Teologi baik itu dari sekolah Teologi UKIM dan sekolah teologi di luar Ambon yang terlampau banyak. Sehingga menyebabkan Sinode GPM membatasi penerimaan tenaga vikariat dan berdampak juga pada penempatan dan pemindahan tenaga pendeta GPM.

69

Lebih lanjut untuk aspek kendala dinilai terdapat unsur like/dislike dari pimpinan Sinode atau Klasis. Hal ini berkaitan erat dengan tanggapan pendeta dan umat mengenai tahapan proses. Dalam melakukan analisis kinerja (DP3) dirasakan belum transparan. Pendeta yang dekat dengan salah satu pejabat Sinode akan mendapatkan laporan kinerja yang baik. Sedangkan pendeta yang membangkang dengan keputusan yang dikeluarkan oleh Sinode, akan memiliki laporan kinerja yang kurang baik. Hal ini juga berlaku dalam pelaksanaan penempatan dan pemindahan (mutasi) seorang pendeta.

Setiap kebijakan yang dilakukan pasti ada dampak yang akan dirasakan baik itu dari pihak organisasi (Gereja), pendeta sebagai pelaksana kebijakan mutasi dan juga umat yang dilayani. Mutasi ini sangat berdampak bagi kehidupan pelayanan seorang pendeta. Bukan saja perubahan pada kualitas iman, tetapi juga perubahan cara pandang bergereja. Dengan ditempatkan diseluruh wilayah GPM baik itu

70

wilayah airmata dan juga mata air maka pendeta semakin memahami bahwa GPM bukan saja jemaat kota tetapi juga jemaat desa, bukan saja jemaat mata air1 tetapi juga jemaat airmata2. Bukan saja pendeta yang terkena dampak positif dari pelaksanaan mutasi ini, umat yang dilayani juga terkena dampaknya. Ketika terjadi peningkatan iman yang berkaitan dengan kualitas pelayanan dan perubahan cara pandang, maka umat yang dilayani juga akan semakin dibaharui kualitas imannya. Bukan saja kualitas iman yang diperbaharui oleh pendeta tetapi kualitas hidup umat (kehidupan ekonomi) juga semakin ditingkatkan.

Dengan melihat tanggapan dari pendeta dan umat tentang pelaksanaan mutasi diatas, maka tidak selalu kebijakan yang dilakukan Sinode sesuai dengan keinginan umat. Sinode merasa bahwa kebijakan dan pelaksanaan mutasi selama ini sudah berjalan dengan

1 Jemaat mata air adalah istilah yang sering digunakan kalangan GPM untuk menggambarkan kondisi jemaat dengan keadaan ekonomi maju atau jemaat mapan

2 Jemaat airmata adalah istilah yang digunakan dalam kalangan GPM untuk menggambarkan kondisi jemaat dengan keadaan ekonomi dibawah atau jemaat berkembang

71

baik dan sudah menjawab kebutuhan umat. Hal ini berbanding terbalik dengan tanggapan pendeta dan umat yang merasa bahwa pelaksanaan mutasi belum sesuai dengan aturan yang berlaku. Misalnya sesuai aturan mutasi rutin, seorang pendeta di jemaat lima tahun akan tetapi ada pendeta yang di jemaat sudah enam tahun, bahkan ada delapan tahun. Ada juga pendeta yang baru melayani di jemaat selama dua tahun, tiba-tiba sudah dimutasikan oleh Sinode.

Tanggapan negatif tentang pelaksanaan mutasi dalam GPM ini terjadi karena kurangnya pemahaman pendeta dan umat tentang tata aturan mutasi di GPM. Penting bagi Sinode untuk bisa mensosialisasikan kebijakan mutasi tenaga pendeta ini di tingkat jemaat. Tujuan sosialisasi kebijakan mutasi ini ditingkat jemaat khususnya untuk perangkat pelayan yang ada dalam sehingga semua perangkat pelayan mengetahui dengan jelas tentang kebijakan mutasi ini. Sehingga ketika ada pendeta yang memiliki masa tugas singkat di jemaat atau pendeta dengan masa tugas lebih dari lima tahun

72

kemudian dimutasikan, perangkat pelayana bisa menjelaskan hal-hal ini kepada jemaat.

Dengan demikian semua unsur pelayan di tingkat jemaat dapat mengetahui dengan jelas aturan tentang tenaga mutasi pendeta di GPM. Agar nantinya tanggapan negatif terhadap Sinode terkait kebijakan dan pelaksanaan mutasi ini tidak ada lagi. Karena kebijakan ini dibuat dan dilakukan semuanya untuk pelayanan umat yang lebih baik lagi. Dengan harapan bahwa semua umat baik itu di daerah kota maupun desa dapat merasakan setiap pelayanan yang dilakukan oleh pendeta-pendeta. sehingga kehidupan umat baik itu spritual dan ekonomi umat semakin dibaharui. Maka dari itu agar pelayanan dapat berjalan dengan baik di GPM membutuhkan kerja sama dan koordinasi yang baik dari tingkat Sinode, Klasis sampai ke tingkat jemaat.

Dokumen terkait