• Tidak ada hasil yang ditemukan

62

Dari berbagai sifat dan keretria seorang pendidik atau guru yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam di atas dan yang tidak tertulis di sini, dapat disederhanakan sebagai berikut:74

a. Kasih sayang kepada murid b. Rendah hati

c. Menghargai ilmu di luar bidangnya d. Bersikap adil

e. Menyenangi ijtihad

f. Konsekuen, perkatan dan perbuatan sejalan g. Sederhana

C. Tanggung Jawab Masyarakat terhadap Pendidikan Anak

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhana masyarakat didefinisikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Dalam definisi lain, masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mengatasi krisis kehidupannya.75

Masyarakat juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan; medan kehidupan yang

74 Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, 134.

63

majemuk (plural: suku, agama, kegiatan kerja, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya). Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di laur pendidikan madrasah.

Oleh karena itu, pendidikan yang dialami di lingkungan masyarakat tampaknya lebih luas cakupannya. Corak dan ragam pendidikan tersebut meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.76 Dengan demikian, lingkungan masyarakat sebagai wahana interaksi sosial dapat memberikan pelajaran yang sangat kompleks bagi terbentuknya nilai-nilai keagamaan dan kemasyarakatan.

Menurut An-Nahlawi tanggung jawab masyarakat dalam pendidikan Islam dapat diimplementasikan melalui beberapa metode di antaranya: amar ma’ruf nahi mungkar, memposisikan setiap anak layaknya anak sendiri, memberikan kritik sosial, saling bekerja sama, dan menggunakan landasan afeksi lewat rasa saling mencintai dan menyayangi.

Masyarakat mempunyai pengaruh besar dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para tokoh yang menjadi pemimpin di dalamnya. Para tokoh yang dihormati dalam masyarakat muslim tentunya menginginkan agar setiap anak menjadi anggota masyarakat yang patuh dan

64

taat menjalankan agamanya, baik di lingkungan keluarga, teman bermain, teman sekelas dan satu madrasah. Ketika telah tumbuh menjadi besar nantinya diharapkan menjadi anggota masyarakat yang baik sebagai warga kampung, desa, bahkan negara.

Dalam mengarahkan pendidikan anak, An-Nahlawi memberikan acuan terpenting bagi masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab guna mencetak generasi muslim yang ideal. Menurutnya, secara garis besar metode yang paling utama dalam mendidik dapat diwujudkan dengan langkah-langkah sebagaimana berikut:

1. Amar ma’ruf nahi munkar. Allah memerintahkan umat muslim agar senantiasa mengajak ke jalan kebaikan dan mencegah kemungkaran.77 Perintah ini menghendaki agar masyarakat muslim ikut andil menjaga warganya supaya terhindar dari perbuatan keji. Selain itu, masyarakat mempunyai kewajiban untuk menanamkan benih keimanan di hati para remaja dengan berbagai macam cara, mengarahkan dan mendidik mereka sesuai tuntunan dan ajaran Islam.

2. Memposisikan setiap anak layaknya anak sendiri. Setiap anak dalam masyarakat Islam sekaligus juga menjadi anak asuh masyarakat. Mereka harus diperlakukan seperti anak sendiri, atau minimal anak dari saudara, karena sesama muslim itu bersaudara. Sehingga, terjadi interaksi yang akrab dengan landasan kasih sayang layaknya anak

65

dengan orang tuanya. Keakraban ini memiliki dampak positif terhadap berlangsungnya proses pendidikan Islam dalam masyarakat.

3. Melakukan kritik sosial. Para remaja yang mempunyai kebiasaan dan perilaku kurang baik, hendaknya masyarakat memberikan teguran. Akan tetapi, metode ini digunakan sebagai alternatif dalam kondisi tertentu dan sangat darurat. Metode pendidikan ini pernah dilakukan Rasulullah Saw. terhadap seorang laki-laki yang sering disakiti oleh tetangganya. Ia datang menghadap Nabi dan mengadu bahwa ia mempunyai tetangga yang sering menyakiti dan mengganggu dirinya. Lalu Nabi menyuruhnya pulang dan mengambil harta bendanya untuk dikeluarkan di jalan. Kemudian laki-laki itu pergi dan mengikuti saran Nabi. Setelah di jalanan, ia menjadi pusat perhatian orang-orang, lalu mereka bertanya, ‚ada apa denganmu?‛ Lalu ia bercerita semua tentang tetangga, soal pengaduannya kepada Nabi dan saran yang diterimanya. Kemudian orang-orang yang berkerumun mendo’akan tetangga yang sering menyakiti tersebut agar mendapat laknat dan kehinaan. Kejadian ini terdengar oleh tetangga tadi, lalu dia mendatangi laki-laki tersebut dan menyuruh untuk pulang ke rumahnya sambil berjanji dan bersumpah tidak akan menyakitinya lagi. Dalam peristiwa ini Nabi menggunakan kekuatan masyarakat sebagai sarana proses pendidikan.

4. Menerapkan sanksi sosial. Masyarakat juga dapat melakukan pembinaan melalui sanksi sosial dengan cara diasingkan, diboikot,

66

tidak diberikan ruang ekspresi dan lain-lain. Selain itu, dapat pula diberikan sanksi dengan cara menghalangi mereka bergaul dengan teman-temannya, atau mengambil perjanjian untuk tidak mengulangi kesalahan yang diperbuatnya. Dengan cara-cara ini diharapkan mereka yang melakukan anomali-anomali sosial akan kembali insaf dan kembali ke jalan yang benar sesuai ajaran Islam.

5. Kerjasama yang baik dan harmonis. Pendidikan kemasyarakatan dapat ditegakkan melalui kerjasama, tolong menolong, saling membantu, gotong royong dan sebagainya. Masyarakat muslim adalah masyarakat yang bersatu padu. Rasulullah Saw. memberikan perumpamaan tentang kasih sayang sesama muslim bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakitnya. Keterpaduan ini memberikan pelajaran bagi para remaja yang menjadi bagian masyarakat untuk menginternalisasi apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan, sehinga terbentuk kepribadian yang peduli terhadap sesama.

6. Berlandaskan kasih sayang. Pendidikan kemasyarakatan harus dilakukan berdasarkan landasan rasa kasih sayang dan saling mencintai karena Allah. Semua bentuk dan metode pendidikan yang bertujuan mengarahkan anak remaja ke arah perilaku yang baik harus dilandasi kasih sayang dan cinta karena Allah, bukan berdasarkan kebencian dan dendam. Di samping itu, masyarakat harus mengenalkan dan memberi tahu pada saat mereka menemani anak remaja bersilaturrahim,

67

menjenguk saudara yang sakit, berkumpul dalam majlis dzikir, bahwa semua yang dilakukan tersebut dikarenakan ada rasa cinta dan kasih sayang karena Allah, bukan karena yang lain.

7. Memilih teman yang baik berdasarkan keimanan dan ketakwaannya. Pada umunya, anak remaja lebih cenderung bergaul dengan teman sebaya dan teman akrabnya. Masyarakat harus mampu memberikan arahan agar mereka tidak berteman dengan orang pemalas, pengangguran yang banyak menghabiskan waktu hanya untuk nongkrong dan bermain yang kurang manfaat. Sebaliknya, mereka harus diarahkan untuk berkumpul atau menghadiri majlis orang-orang shalih yang bermanfaat untuk bekal pengetahuan dan kehidupan masa depan mereka kelak.78

D. Pentingnya Sinergi antara Keluarga, Madrasah, dan Masyarakat dalam

Dokumen terkait