• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA TRANSPORTASI PERSAMPAHAN

7.4.1.4. TANTANGAN dan PERMASALAHAN PLP

A. AI R LI M BAH

Secara garis besar permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di kabupaten TTS

RPI2-JM VII - 32

a. Tidak tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang memadai, sehingga sebagian

masyarakat masih memanfaatkan lingkungan sekitar (pekarangan, saluran drainase, hutan, tepi sungai) untuk membuang limbah baik itu limbah cair atau padat

b. Sebagian besar kawasan permukiman belum terjangkau oleh pelayanan pengelolaan air limbah

oleh pemerintah/dinas terkait, terlebih di kawasan permukiman perdesaan

c. Teknologi pengelolaan air limbah yang sebaiknya diterapkan di Kawasan perkotaan di Kota Soe

adalah sistem tengki septik dengan bidang resapan

d. Penanganan limbah cair pada permukiman Kota Soe juga dilakukan dengan sistem setempat (on-

site), yakni dengan meresapkan langsung ke dalam tanah dengan atau tanpa sumur resapan

e. Sejumlah besar penduduk sudah memiliki kakus sendiri, namun mengingat keterbatasan

pelayanan air bersih sehingga mengakibatkan sebagian besar kakus di wilayah Kota Soe di bangun dengan sistem cubluk.

f. 80% masyarakat masih menggunakan lubang tanah dan hampir 10% masih membuang di pantai,

sungai, dan sawah. Hal ini perlu disediakan sarana pembuangan tinja yang memenuhi standar kesehatan dan tidak mencemari lingkungan terutama disungai dan laut dengan pembuatan MCK baik dalam bentuk umum maupun pribadi oleh masyarakat.

g. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sistem pengelolaan air limbah

h. Jumlah MCK yang minim dengan kondisi yang darurat sangat mempengaruhi menurunnya

kualitas lingkungan sehingga mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat menjadi rendah. Tabel 7.27.Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi

No Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan

Tindakan Yang Sudah

Dilakukan

Yang Akan Dilakukan

A Kelembagaan Melekat pada Dinas PU

Bentuk organisasi Tata Laksana (Tupoksi,SOP) Kualitas & Kuantitas SDM

Belum sesuai dgn kualifikasi Dibenahi sesuai kualifikasi B Perundangan Terkait Sektor Air Limbah

(Pergub, Perwali) Belum ada diadakan

C Pembiayaan :

Sumber-sumber Pembiayaan (APBD Prov/Kota), Swasta

Minim Ditingkatkan

Retribusi Belum dilakukan dilakukan

D Peran Serta Masyarakat & Swasta Belum optimal ditingkatkan

E Teknis Operasional 1 Sistem On site Sanitation

 MCK Belum optimal Optimalkan sesuai

kebutuhan

 Jamban Keluarga (septiktank,cubluk) Belum semuanya memiliki Memberi bantuan material

Sosialiasi + beri bantuan

 Septiktank Komunal Belum ada Harus diadakan

 PS Sanimas Belum optimal

Pembangunan sanimas di Oeba dan Naikoten

Ditingkatkan

 Truk Tinja kurang Di tambahkan

 IPLT Belum ada diadakan

2 Sistem Off Site Sanitation

 Sambungan Rumah Belum ada Diadakan

RPI2-JM VII - 33

No Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan

Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Akan Dilakukan  Sanimas diperlukan

 IPAL Belum ada diadakan

Tantangan Sektor Air Limbah

Pengelolaan air limbah di kabupaten TTS sampai saat ini belum sepenuhnya mampu ditangani dan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten, terutama dalam hal pembangunan sarana dan prasarananya. Penanganan air limbah selama ini diusahakan oleh masyarakat secara swadaya untuk membuat septicktank yang sederhana dan lainnya berupa cubluk. Akan tetapi dari jumlah penduduk kabupaten TTS tidak semuanya memiliki septicktank dan cubluk, mereka membuang air limbah langsung kedalam badan air sungai.

Adapun tantangan yang muncul dalam pengelolaan air limbah serta adalah sebagai berikut ini

1. Sistem pengelolaan air limbah secara terpadu dan terpusat di wilayah Kota Soe masih belum ada,

hal itu terjadi karena keterbatasan anggaran pemerintah serta belum menjadi skala prioritas.

2. Secara umum persentase masyarakat Kota Soe yang mempunyai akses terhadap jamban keluarga,

jamban umum atau jamban bersama dilengkapi dengan bangunan pengolah seperti cubluk dan tangki septic masih belum berkembang, kalupun tersedia hanya terbatas di kawasan pusat perdagangan.

3. Pola pendanaan investasi di bidang pembiayaan prasarana dan sarana air limbah selama ini sangat

bertumpu kepada kemampuan pemerintah. Kedepan peran Pemerintah baik pusat dan daerah dalam penyediaan anggaran akan sangat terbatas, untuk itu upaya pelibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaannya harus lebih ditingkatkan.

4. Sampai saat ini produk hukum yang berkaitan dengan pengembangan kerangka peraturan untuk

mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemilikan, dan fasilitas pengelolaan air limbah.

5. Septic tank yang digunakan oleh masyarakat hampir sebagian besar tidak memenuhi syarat

terutama di kawasan permukiman perdesaan

6. Instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) belum tersedia

Keterlibatan Pemerintah dalam penanganan air limbah di Kota Soe hanya terbatas pada tempat-tempat umum seperti penyediaan WC umum. Pada beberapa tempat telah dibangun MCK Plus, akan tetapi tempatnya tidak melalui studi dan sosialisasi yang baik sehingga pembangunan air limbah tersebut tidak berjalan optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu studi yang dapat memberikan informasi tentang pembangunan pengelolaan limbah secara komunal, seperti pembangunan MCK Plus, Pembangunan IPLT dan IPAL. Adapun studi yang dapat dilaksanakan adalah penyusunan masterplan air limbah

RPI2-JM VII - 34

perkotaan. Dari kedua studi tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembuatan DED sarana pengelolaan air limbah Kota Soe.

Selain itu diperlukan pendekataan kebijakan dimana, perlu adanya kebijakan khusus yang menangani permasalahan mengenai penanganan dan pengolahan air limbah, serta usulan atau program kegiatan yang bersifat teknis. Adapun dari usulan tersebut selain membicarakan masalah penyediaan alat atau barang, juga memberikan penyuluhan terkait penanganan air limbah serta peningkatan kualitas lingkungan. Diharapkan dengan adanya pendekatan dengan masyarakat, maka program atau usulan

lainnya dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat.

B. PERSAMPAHAN

Dalam kegiatan pengelolaan sampah di kabupaten TTS umumnya terdapat beberapa hambatan

yang dihadapi, seperti :

1. Biaya operasional yang tinggi sedangkan kemampuan pendanaan terbatas.

2. Kuantitas dan kulaitas personil, sehingga tidak sepenuhnya pekerjaan penanganan sampah

tertangani secara optimal.

3. Masih kurangnya disiplin masyarakat dalam membuang sampah ke TPS, seperti tidak tepat

waktu, tepat cara dan tepat tempatnya. Keadaan seperti ini menyebabkan sampah di TPS selalu penuh bahkan berserakan keluar.

4. Kurangnya sarana mobilitas pengangkutan sampah.

5. Manejemen waktu pengangkutan, kelengkapan sarana transportasi, sistem rute kendaraan, dan kelengkapan serta kemampuan personil yang akan menangai sampah dari tempat pengumpulan sementara (TPS) sampai tempat pembuangan akhir (TPA).

Tabel 7.28. Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi

No Aspek Pengelolaan Persampahan Permasalahan

Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Akan Dilakukan A Kelembagaan Ditangani PU

Bentuk organisasi Pengelola

Tata Laksana (Tupoksi,SOP) Belum ada Diadakan

Kualitas & Kuantitas SDM kurang diusulkan

B Perundangan Terkait Sektor Persmpahan (Pergub, Perwali)

Perlu penegasan tentang

retribusi diusulkan

C

Pembiayaan :

Sumber-sumber Pembiayaan (APBD

Prov/Kota), Swasta Alokasi dana yang kurang

Sudah dilakukan usulan dana sesuai program

Retribusi Belum berjalan lancar sosialisasi

D Peran Serta Masyarakat & Swasta Sudah ada tapi Masih kurang Mendorong ditingkatkan untuk

E Teknis Operasional Kurang lancar ditingkatkan

1 Dokumen Perencanaan (MP.FS,DED) Belum ada Diusulkan

2 Perwadahan Sudah ada tp msh kurang Sosialisasi Tingkatkan sosialisasi

RPI2-JM VII - 35

No Aspek Pengelolaan Persampahan Permasalahan

Tindakan Yang Sudah

Dilakukan

Yang Akan Dilakukan

4 Penampungan Sementara Belum merata Ditambah jumlahnya

5 Pengangukutan Kurang armada Perbaikan armada yg

ada

6 Pengolahan 3R Belum lancar ditingkatlan

7 Pengolahan Akhir di TPA Tidak berfungsi maximal memaksimalkan

8 Pengendalian Pencemaran di TPA

9 Sarana penunjang TPA Tidak difungsikan

Tantangan Persampahan

Tantangan Pengembangan Persampahan di kabupaten TTS saat ini adalah :

1. Pelayanan pengelolaan persampahan yang belum menjangkau seluruh wilayah yang ada terutama

di kawasan permukiman di perkotaan.

2. Belum terlaksananya pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ter-dentralisasi, efisien,

efektif dan terpadu

3. Belum tersedianya sarana dan prasarana dasar pengelolaan persampahan yang memadai di seluruh

wilayah perkotaan kabupaten TTS

4. Prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di kawasan perdagangan dan belum memadai guna

menunjang pembangunan ekonomi.

5. Perlu adanya pengelolaan persampahan secara bertahap dan berkelanjutan

6. Perlunya masyarakat sadar kebersihan dengan aktif membantu pemerintah dalam mengatasi

masalah persampahan

Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah gerakan Nasional 100-0-100 melalui Rencana Aksi Daerah 100-0-100 NTT, dimana samapi tahun 2019 pelayanan sampah telah mencapai 100%.

DRAINASE

Permasalahan drainase Perkotaan Kota Soe dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Belum adanya aturan yang jelas tentang sistem Drainase pada Kota Soe.

b. Belum ada alur Drainase yang dapat menampung air hujan Dalam debit air yang cukup

besar,sehingga pada musim penghujan sampah- sampah berserakan memenuhi jalan, yang di bawa oleh banjir maupun yang di sebabjan oleh saluran yang tersumbat,

c. Kesadaran masyarakat akan kegunaan drainase yang belum cukup sehingga dalam membuang

sampah tidak pada tempatnya, sehingga sampah di buang pada saluaran air yang dapat menyebabkan banjir.

Beberapa tantangan pengembangan sistem drainase perkotaan yang perlu diprioritaskan adalah sebagai berikut:

RPI2-JM VII - 36

 pembinaan pengelolaan sistem darinase, dengan target peningkatan fungsi, peran dan kinerja

lembaga.

 pengembangan perencanaan pembangunan sistem drainase, dengan target penyusunan masterplan

sistem drainase perkotaan

 pembangunan sistem drainase perkotaan, dengan target meningkatkan sistem drainase untuk

mengurangi wilayah genangan; pengembangan jaringan drainase untuk melindungi kawasan permukiman dari resiko genangan.

 pengembangan PS drainase untuk mendukug kawasan strategis/tertentu dan pemulihan dampak

bencana alam

 pengembangan PS drainase skala kawasan/lingkungan berbasis masyarakat, dengan target

pembangunan PS drainase dalam rangka menjaga kesehatan lingkungan melalui pembangunan sumur resapan

 pengembangan PS drainase terpadu untuk mendukung konservasi sumber daya air

7.4.2. Sasaran Program

Dokumen terkait