RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016-
Pada tahun 2016 perekonomian Kalimantan Timur diperkirakan belum mengalami perbaikan yang signifikan. hal ini terlihat dari realisasi pertumbuhan ekonomiKaltim pada triwulan I 2016 yang terkontraksi sebesar -1,6% (yoy). Prospek perekonomian Kaltim hingga akhir tahun 2016 diperkirakan masih cukup berat mengingat masih terdapat beberapa resiko utama yang dihadapi seperti risiko berlanjutnya perlambatan ekonomi Tiongkok dan risiko berlanjutnya penurunan harga komoditas, termasuk harga minyak. Selain kedua risiko tersebut, kerentanan disektor keuangan global diperkirakan perlu diwaspadai khususnya terkait dengan kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat.Berdasarkan kondisi tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada tahun 2016 diperkirakan pada kisaran -1,3% s.d -0,9% (ctc), sementara inflasi tetap diarahkan pada target inflasi nasional yaitu pada kisaran 4,0% + 1% (yoy).
Dengan melihat perkembangan ekonomi makro Provinsi Kalimantan Timur yang ditunjukkan oleh perkembangan indikator PDRB Provinsi Kalimantan Timur selama beberapa periode serta dengan melihat laju pertumbuhan ekonomi baik makro maupun sektoral. Dinamika perekonomian global secara signifikan memberikan pengaruh terhadap perekonomian Nasional dan juga perekonomian lokal Kalimantan Timur. Eratnya keterkaitan ekonomi lokal Kalimantan Timur dengan perekonomian global tidak terlepas dari tingginya dominasi sektor pertambangan minyak dan gas serta batubara dalam perekonomian Kalimantan Timur. Sebagian besar komoditas hasil sektor pertambangan, terutama batubara, diekspor untuk memenuhi permintaan negara lain. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi global menjadi salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan
dalam melihat posisi dan potensi perekonomian Kalimantan Timur di masa yang akan datang.
Globalisasi disamping menyediakan banyak peluang juga melekat berbagai tantangan dan ekses yang perlu dimitigasi. Integrasi ke dalam perekonomian global menyebabkan perekonomian domestik menjadi lebih terbuka terhadap berbagai guncangan eksternal. Hal ini terbukti pada kondisi perekonomian global di tahun 2014 dan 2015yang mencerminkan adanya banyak kejutan sehingga menyebabkan kelesuan dan ketidakseimbangan perekonomian global yang pada akhirnya berpengaruh terhadap perekonomian lokal.
Perbaikan kinerja ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat pasca krisis global ternyata tidak diikuti oleh pergerakan perekonomian dunia lainnya, seperti Tiongkok, yang justru mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai sentra manufaktur global perlu diwaspadai karena dapat berlangsung lama dan berdampak besar bagi perdagangan dunia. Akibat dari terjadinya ketimpangan perekonomian, permintaan global semakin melemah sehingga mendorong harga–harga komoditi dunia, termasuk batubara, mengalami penurunan.Namun terdapat efek positif dari melemahnya perekonomian dunia yakni semakin terbukanya kesempatan bagi Indonesia dan khususnya Provinsi Kalimantan Timur untuk dapat bersaing dalam memperebutkan pasar ekspor global.
Berdasarkan analisis terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2017, perkembangan harga komoditas serta asesmen terhadap resiko pertumbuhan ekonomi ke depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kaltim pada tahun 2017 berkisar antara -0.3% sampai dengan 0,1%l(ctc) dengan tingkat inflasi berada pada kisaran 3,50%±1% (yoy).
Tabel. 3.1
Pertumbuhan ekonomi dan Inflasi Provinsi Kalimantan Timur
No Indikator Ekonomi 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 1,57 -1,28 0,2±1 0,5±1
2 Inflasi 7,66 4,98 5±1 4±1
Besaran laju pertumbuhan Kalimantan Timur pada tahun 2014 menurut tahun dasar 2010 kembali mengalamipenurunan yakni dari 2,25 persen da tahun 2013 menjadi 1,57 persen. Perlambatan ekonomi didorong oleh menurunnya kinerja sektor dominan dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Timur yakni sektor pertambangan.Selain akibat menurunnya produksi beberapa barang tambang, hal tersebut juga merupakan dampak dari perlambatan ekonomi Tiongkok yang menyebabkan permintaan batubara dari Provinsi Kalimantan Timur juga mengalami penurunan.
Pertambangan migas juga mengalami penurunan lifting pada empat tahun terakhir, sehingga menyebabkan menurunnya kinerja industri pengolahan migas di Provinsi Kalimantan Timur. Di tahun 2014, sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif.Namun demikian, secara total pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada tahun 2014 masih positif. Hal ini didorong oleh kinerja positif sektor pertanian, sektor pengadaan listrik dan gas serta perdagangan, sektor transportasi dan pergudangan serta sektor kontruksi.Sementara itu dari sisi permintaan, laju perekonomian Provinsi Kalimantan Timur didorong oleh kinerja pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi.
Pada tahun 2015, perekonomian Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan negatif -1,28 persen. Penurunan kinerja ekonomi tersebut disebabkan oleh adanya penurunan kinerja yang cukup signifikan pada sektor pertambangan dan penggalian hingga -4,83 persen. Selain itu, pada sektor konstruksi dan jasa perusahaan juga mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar -1,16 persen dan -3,75 persen. Penurunan kinerja pada sektor konstruksi dan jasa perusahaan merupakan imbas dari penurunan produksi di sektor pertambangan dan penggalian, karena kedua sektor tersebut sangat erat terkait dengan sektor pertambangan dan penggalian.Sedangkan sektor-sektor ekonomi lainnya mengalami pertumbuhan positif, namun kinerja positif tersebut tidak mampu mengimbangi penurunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang cukup signifikan.
I. Nilai PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kategori Lapangan Usaha
Selama beberapa periode terakhir, kondisi perekonomian global baik regional Provinsi Kalimantan Timur, nasional, maupun internasional mengalami ketidakstabilan
yang disebabkan oleh berbagai aspek. Hingga akhir tahun 2015, kondisi perekonomian utamanya nasional, masih tidak bisa diperkirakan kemana arahnya mengingat pergantian kursi pemerintahan maupun beberapa sistem penunjangnya memberikan dampak yang berbeda pada setiap kebijakan yang diambil.
Kebijakan yang cukup besar dampaknya adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada triwulan ke empat tahun 2014 yang memberikan dampak awal terguncangnya aktivitas ekonomi mikro hingga disusul melemahnya nilai tukar rupiah. Pergerakan pertumbuhan perekonomian nasional pun mengalami perlambatan yang menyebabkan lesunya perekonomian nasional dan disusul oleh beberapa wilayah.
Selain dampak perekonomian nasional, perekonomian global juga memberikan efek yang signifikan dalam pergerakan perekonomian Indonesia.Kondisi internasional yang tidak kalah signifikan dampaknya adalah situasi perdagangan internasional yang belum stabil (seiring dengan pelemahan harga-harga komoditas sumber energi baik migas maupun batubara)menyebabkan ekonomi global internasional mengalami masa sulit berkepanjangan.
Kondisi ketidakstabilan ekonomi tersebut telah memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini terlihat dari besaran PDRB Berlaku pada triwulan I tahun 2016, nilai PDRB Provinsi Kalimantan Timur tercatat sebesar 116,13 triliun rupiah, nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai PDRB berlaku pada periode yang sama di tahun 2015, sebesar 125,04 triliun rupiah. Besaran PDRB Tanpa Migas, sebesar 91,14 triliun rupiah, juga lebih kecil jika dibandingkan dengan besaran PDRB Tanpa Migas periode yang sama pada tahun sebelumnya, sebesar 97,76 triliun rupiah. Sebaliknya, gambaran yang berbeda terlihat pada besaran nilai PDRB Tanpa Migas dan Batubara, yaitu sebesar 56,86 triliun rupiah, yang nilainya lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2015, sebesar 54,99 triliun rupiah. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penurunan kinerja ekonomi global, memberikan dampak perlambatan yang lebih besar terhadap sektor Migas dan Batubara dibandingkan sektor lainnya.
Jika dilihat berdasarkan struktur ekonomi daerah, pada Tahun 2015 sektor pertambangan dan penggalian menghasilkan kue ekonomi terbesar yakni sebesar Rp
225,38 triliun atau 44,91 persen dari total nilai PDRB (dengan sumbangan subsektor pertambangan tanpa migas (batubara) sebanyak Rp 162,50 triliun). Selanjutnya, andil perekonomian tertinggi diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan nilai tambah bruto (NTB) sebesar Rp 103,98 triliun ( 20,72%) kemudian sektor konstruksi sebesar Rp 41,45 triliun ( 8,26%) serta sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar Rp 38,23 triliun (7,62%). Sedangkan sektor-sektor lainnya memiliki nilai PDRB dibawah Rp 20 triliun.
Data dari indikator perekonomian ini memberikan sebuah gambaran bahwa perekonomian makro di Provinsi Kalimantan Timur masih didominasi oleh perekonomian berbasis sumber daya tak terbaharukan dimana pada kajian pengembangan perekonomian daerah Kalimantan Timur menyebutkan bahwa dalam jangka waktu produksi minyak mentah hanya berkisar 11,80 tahun, produksi gas bumi selama 13,53 tahun, dan produksi batubara selama 43,87 tahun (dengan asumsi produksi setiap tahun stabil). Oleh karena itu, tantangan pengambil kebijakan perekonomian ke depan adalah membuat suatu rumusan mendalam mengenai perekonomian Provinsi Kalimantan Timur agar pada generasi mendatang memiliki daya saing ekonomi yang berkualitas dengan mempertahankan berbagai ekosistem lingkungan hidup secara madani.
Tabel 3.2
Statistik PDRB Menurut Kategori Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015
No Lapangan Usaha dan Kelompok Sektor PDRB (Juta Rupiah) Pertumbuhan (%) ADHK Distribusi (%) ADHB ADHK ADHB dengan migas ADHB tanpa migas (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 38.230.278,7 28.501.395,1 4,59 7,62 9,83 2. Pertambangan dan Penggalian 225.379.207,6 220.181.881,9 -4,83 44,91 46,19 3. Industri Pengolahan 103.984.603,7 88.346.392,4 2,26 20,72 9,44 4. Pengadaan Listrik, Gas 191.351,1 194.197,2 25,41 0,04 0,05 5. Pengadaan Air 208.718,6 189.291,6 2,56 0,04 0,05 6. Konstruksi 41.445.890,9 30.524.987,7 -1,16 8,26 10,66 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda 25.395.701,3 21.069.663,7 0,32 5,06 6,53
No Lapangan Usaha dan Kelompok Sektor PDRB (Juta Rupiah) Pertumbuhan (%) ADHK Distribusi (%) ADHB ADHK ADHB dengan migas ADHB tanpa migas (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 17.432.908,1 11.992.130,1 2,57 3,47 4,48 9. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 4.227.063,5 3.143.661,7 4,89 0,84 1,09 10. Informasi dan Komunikasi 6.160.397,3 6.118.388,6 7,98 1,23 1,58 11. Jasa Keuangan 8.385.355,8 6.454.207,5 2,05 1,67 2,16 12. Real Estate 4.803.758,3 3.934.654,5 3,59 0,96 1,24 13. Jasa Perusahaan 1.085.805,2 861.219,1 -3,75 0,22 0,28 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 11.767.430,4 8.210.494,2 4,85 2,34 3,03 15. Jasa Pendidikan 7.596.403,7 5.772.567,1 11,50 1,51 1,95 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.867.928,4 2.193.902,4 12,04 0,57 0,74 17. Jasa Lainnya 2.705.000,6 2.027.047,1 8,81 0,54 0,70 PDRB PDRB Tanpa Migas PDRB Tanpa Migas dan Batubara 501.867.803,1 388.795.164 226.297.948 439.716.082,1 -1,28 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, Tahun Dasar 2010 (Tanpa Kaltara) ADHK: Atas Dasar Harga Konstan
ADHB: Atas Dasar Harga Berlaku
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur sampai dengan tahun 2015 merupakan pertumbuhan ekonomi terendah dalam kurun waktu empat tahun terakhir.Turunnya pertumbuhan ekonomi sangat disebabkan oleh tiga sektor paling berpengaruh dalam pembentukan PDRB Provinsi Kalimantan Timur yakni sektor pertambangan dan penggalian, jasa perusahaandan konstruksi.
Laju pertumbuhan ekonomi sebesar -1,28 persen ini terjadi karena penurunan PDRB pada sektor pertambangan dan penggalian, dimana sektor tersebut mengalami pertumbuhan negatif sebesar -4,83 persen. Tingginya pengaruh sektor pertambangan dan penggalian dalam perlambatan pertumbuhan ekonomi dikarenakan sektor tersebut memiliki andil terbesar dalam struktur ekonomi yakni sebanyak 44,91 persen sehingga
sedikit saja penurunannya akan memberikan dampak yang cukup signifikan. Selain itu, sektor konstruksi mengalami pertumbuhan negatif yakni sebesar -1,16 persen dan sektor Jasa Perusahaan sebesar -3,75 persen.
Penurunan pertumbuhan ekonomi Kaltim pada tahun 2015 lebih disebabkan karena melemahnya kinerja sektor ekonomi utama yaitu pertambangan. Turunnya permintaan batubara dari negara mitra dagang utama dan rendahnya harga komoditas international berdampak pada kinerja sektor ini.
Sektor-sektor lainnya mengalami pertumbuhan ekonomi positif dimana sektor Pengadaan Listrik, dan Gas tercatat memiliki pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 25,41 persen, diikuti Jasa Kesehatan (12,04 persen), sektor Jasa Pendidikan ( 11,50 persen), dan sektor lainnya dengan pertumbuhan dibawah 9 persen.