Tanya: Ketika saya belajar, terutama tentang sunyata, saya berpikir saya mengerti sesuatu dengan benar dan terus berjalan pada arah tersebut, tetapi kemudian saya melihat bahwa pengertian saya keliru dan saya membuang waktu mengikutinya. Karena hal seperti ini, saya menghambat diri saya dari kemajuan yang lebih cepat pada arah yang benar. Bagaimana saya harus bersikap pada pengalaman saya sehingga saya tidak perlu membuang waktu menyelidiki sesuatu yang ternyata adalah persepsi yang keliru?
Khunu Lama Rinpoche: Pertama, saya dapat melihat bahwa Kalian
semua berusaha mempelajari Dhamma secara mendalam, ekstensif, dan saya berharap Anda akan sukses dan memperoleh manfaat. Berkenaan dengan pertanyaan Anda, ketika Anda belajar atau meditasi tentang sunyata, mungkin muncul rasa takut atau anda akan menyadari bahwa apa yang Anda percayai benar ternyata salah. Akan tetapi, pada
dasarnya, apa yang pikiran anda harus hindari adalah dua ekstrem adanya Aku dan tidak adanya aku. Pandangan murni anda tentang sunyata harus tanpa kedua ekstrem tersebut; ia harus di jalan tengah. Maka pandangan Anda tentang sunyata adalah benar. Bahkan persepsi tentang sunyata itu sendiri adalah sunyata.
T: Saya mempunyai satu pertanyaan tentang kebenaran relatif. Ada kebenaran relatif salah dan kebenaran relatif benar. Apakah mungkin bagi seseorang yang memiliki persepsi keliru tentang adanya Aku, pernah merasakan kebenaran relatif benar? Ada dua cara yang mana seseorang dapat memandang sesuatu, yaitu: sebagai sesuatu itu ada atau tidak ada. Misalnya, seorang yang melihat tsampa dapat melihatnya sebagai sesuatu yang bebas dari kotoran atau sebaliknya sudah tercemar oleh kotoran. Ada dua cara berbeda untuk melihat hal itu. Selama orang tersebut memiliki persepsi keliru tentang keberadaan sang aku, apakah hal demikian menghambat munculnya pandangan relatif benar, merasakan kebenaran relatif benar?
K: Apa yang merupakan kebenaran relatif benar dari tsampa? Ketika setiap orang melihat pada tsampa, mereka melihat tsampa. Tidak hanya itu, tsampa harus dipandang melalui indera lengkap; indera yang tidak cacat. Sesuatu adalah kebenaran relatif benar jika hal itu hadir sebagai suatu objek dari indera normal. Juga, ketika orang lain melihat pada tsampa, mereka melihat tsampa. Itu adalah apa yang kita kenali sebagai kebenaran relatif benar.
Misalnya, ketika Anda berada dalam kereta yang sedang bergerak, pohon-pohon juga terlihat bergerak. Kadang-kadang Anda jatuh ke dalam jenis persepsi keliru ini atau ketika tukang sulap mengubah benda mati seperti potongan kayu, sehingga mereka tampak berubah
menjadi binatang, atau ketika Anda melihat sebuah kulit kerang putih berwarna kuning, itu adalah kebenaran relatif salah karena mereka adalah suatu proyeksi dari indera yang cacat. Selain itu, kita juga bisa membuktikan bahwa hal-hal itu keliru karena mereka tidak terlihat seperti itu oleh makhluk duniawi lainnya, mereka yang belum menyadari tentang sunyata. Akhirnya, mengacu pada kitab Madhyamaka, “Aku” yang dipercaya benar-benar ada, yang berdiri sendiri oleh para filsuf non-Buddhis sebenarnya juga merupakan kebenaran relatif keliru juga.
T: Mohon Anda menjelaskan perbedaan antara bodhicitta relatif dan bodhicitta absolut?
K: Bodhicitta absolut, realisasi dari melihat realitas sebagaimana adanya, seperti penjelasan dalam Madhyamaka, dicapai pada bhumi yang pertama dari sepuluh bhumi bodhisatwa. Bodhicitta relatif dijelaskan dalam Guide to the Bodhisattva’s Way of Life (Petunjuk Jalan Hidup Bodhisatwa) oleh Shantideva. Ada dua tipe bodhicitta relatif, yaitu: aspirasi dan penerapan. Bodhicitta aspirasi adalah harapan untuk mencapai pencerahan untuk kepentingan seluruh makhluk hidup; bodhicitta penerapan artinya benar-benar menjalani sendiri jalan menuju pencerahan. Bahkan orang awam, yang belum mencapai jalan penglihatan (Dharsana Marga), dapat mencapai bodhicitta aspirasi. Seperti yang Anda ketahui, ada lima jalur akumulasi, persiapan, penglihatan, meditasi dan tidak ada belajar lagi. Bahkan mereka yang baru sampai pada jalur yang pertama dari lima jalan tersebut dapat mencapai bodhicitta relatif. Dua tipe bodhicitta relatif dijelaskan dalam Pedoman Shantideva [Shantideva’s Guide], dan bodhicitta absolut telah dijelaskan oleh Nagarjuna dan juga dalam tantra-tantra tertentu.
Bodhicitta absolut sesungguhnya adalah sifat dasar realitas sesungguhnya. Akan tetapi, karena bodhicitta adalah benih kebuddhaan seperti bibit tanaman, hal itu adalah hal utama yang kita perlu kembangkan dalam pikiran kita. Pencapaian Bodhicitta seharusnya kita usahakan sekuat tenaga. Buddha sendiri berkata bahwa semua Buddha hadir melalui Bodhicitta.
T: Banyak dari kami akan segera kembali ke dunia Barat. Karena Anda menyebutkan bahwa kami harus membawa Dharma kembali bersama kami, apa cara terbaik mempresentasikannya?
K: Kalian harus mencoba mengajarkan Dharma mengacu pada apa yang sesuai dengan pikiran mereka yang mendengarkan Kalian. Jika menjelaskan sifat dasar segala sesuatu adalah tepat, Kalian dapat mengikuti penjelasan singkat Tiga Aspek Utama dari Lama Tsong Khapa [Three Principal Aspects] atau yang lebih terperinci dalam Pemaparan Agung Beliau, yang memiliki lebih dari seratus halaman tentang sunyata. Jika Kalian ingin menjelaskan bagian metode dari ajaran, Kalian dapat melakukannya dengan mengacu pada Pedoman Shantideva, yang mana Shantideva berbicara tentang praktik lima paramitta yang pertama, yaitu kemurahan hati, moralitas, kesabaran, daya upaya, dan konsentrasi. Kalian dapat juga menjelaskan pandangan benar berdasarkan Pedoman Shantideva [Bab IX], jika itu sesuai dengan kecenderungan pikiran pendengar yang Kalian hadapi. Secara singkat, Kalian harus mengajarkan Dharma dalam jalan seperti seorang dokter membuat resep obat. Bahkan jika dokter tersebut memiliki obat yang sempurna untuk penyakit seorang pasien, dia tidak dapat memaksa pasien tersebut memakannya. Itu adalah pendekatan yang tidak terampil. Dokter yang bijak mengobati pasien berdasarkan
kapasitas mereka. Dharma harus dipresentasikan dengan cara yang sama.
T: Pikiran kami selalu membedakan hal seperti, “Saya menyukai dia; saya tidak menyukainya,” dan kami selalu tidak sadar bahwa kami secara total tidak menyadari bahwa kami melakukan hal itu. Sekarang saya mulai menyadari bahwa membedakan cara ini menyebabkan penderitaan. Karena mengembangkan ketenangan batin adalah langkah pertama menuju Bodhicitta, bagaimana kami dapat menyeimbangkan pikiran kami dalam kehidupan keseharian kami untuk menghindari membedakan antara orang yang kami sukai dan yang tidak?
K: Kalian harus memeriksa cara berikut. Jika ada objek luar yang Kalian pikir baik, buruk atau jelek, coba untuk melihat sifat aslinya dengan mengamati setiap atom. Secara mental memisahkan bagian objek yang Kalian lihat hingga ke tingkat atom-atom, pisahkan semua atom itu, dan analisa hal itu seperti ini, coba untuk melihat sifat sunyatanya. Lagi, analisa objek yang Kalian lihat jelek hingga ke atom- atomnya, analisa bahkan atom-atomnya (bagian-bagian terkecilnya), dan dengan cara seperti ini, coba untuk melihat sifat sunyatanya. Ketika Kalian melakukan ini, secara mutlak Kalian akan melihat tidak adanya perbedaan antara dua objek ini. Dalam pandangan relatif Kalian, Kalian membedakan mereka sebagai berbeda, tapi dalam konteks sunyata, Kalian tidak melihat perbedaannya.
T: Bagaimana Kami dapat menyatukan dua pandangan ini antara relatif dengan absolut?
K: Penampilan suatu objek belaka adalah pandangan relatif. Hal itu harus dilihat sebagai ilusi, tapi secara bersamaan juga terpadu dengan kesunyataan. Pandangan relatif harus menjadi satu dengan kesunyataan. Tapi, itu tidak berarti bahwa pandangan Kalian tentang suatu objek yang Kalian percaya sungguh-sungguh ada adalah memang ada kenyataan. Pandangan ini dan pandangan yang melihat objek sebagai ilusi dan kosong tidak dapat menjadi satu. Ini sangat sulit direalisasi. Oleh karena itu, penting bagi Kalian untuk memperdalam pengertian intelektual tentang hal ini sejelas mungkin. Pertama, mengertilah bahwa segala sesuatu bergantung pada penyebab dan kondisi; Kalian harus mengerti kelahiran dan ketidaklahiran, dengan kata lain, fenomena yang saling bergantung dan kesunyataan berturut-turut.
T: Rinpoche, Anda menyebutkan bahwa kami harus mengajar orang- orang tergantung pada tingkat pemikiran mereka. Bagaimana kami dapat melihat ini? Apakah kami memiliki kebijakan yang cukup untuk mengetahui apakah cara yang paling tepat mengajar orang barat yang tertarik apakah mengajar tentang mantra, visualisasi dan sebagainya?
K: Sulit untuk menjawab secara spesifik, tapi apa yang Kalian dapat ajarkan adalah ini. Bayangkan sebuah awan putih di angkasa di depan Kalian setinggi kepala Kalian. Pada awan tersebut terdapat tahta yang besar di mana Guru Shakyamuni Buddha duduk di atasnya dalam penampilan umumnya seorang biksu memakai jubah, dengan tangan kanan Beliau di atas lutut menyentuh bantalan bulan dan tangan kirinya membentuk mudra meditasi. Beliau dikelilingi oleh Buddha dan bodhisatwa, seperti delapan bodhisatwa agung, dan arahat yang tak terhitung jumlahnya. Sinar terang yang kuat memancar dari Guru Shakyamuni Buddha dan yang lainnya dan memasuki Kalian dan seluruh makhluk lainnya, yang muncul dalam bentuk manusia yang
mengelilingi Kalian, memurnikan semua kenegatifan yang terakumulasi sejak waktu yang tak berawal dan membawa semua realisasi dari jalan bertingkat menuju pencerahan. Ketika memvisualisasikan ini, bacakan mantra Guru Shakyamuni Buddha, TADYA THA OM MUNE MUNE MAHAMUNAYE SOHA atau OM MUNE MUNE MAHAMUNAYE SOHA, seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Tidak masalah versi mana yang Kalian bacakan dari dua versi ini, visualisasinya sama. Kemudian dalam hati menetapkan suatu tekad yang kuat dalam pikiran Kalian bahwa melalui pemurnian ini, Kalian dan semua makhluk lainnya menjadi bodhisatwa yang tidak merosot lagi, sehingga membahagiakan Buddha yang tak terbatas.
*****
Dari saya, saya akan berdoa untuk Kalian agar tidak pernah terpisahkan dari guru di seluruh kehidupan yang akan datang, untuk menyempurnakan sang jalan dan mencapai pencerahan secepat mungkin. Saya akan berdoa untuk Kalian agar menyelesaikan seluruh Dharma dan memiliki umur panjang agar hal ini terwujud. Tidak cukup hanya saya yang memiliki umur panjang saja, seperti yang telah Kalian minta. Kalian juga harus mencoba untuk hidup dalam kurun waktu lama. Jadi, saya akan berdoa untuk itu, tapi doa saya saja tidak akan cukup; dari Kalian, Kalian juga harus berupaya.