• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tarekat Qādiriyah Naqsyabandiyah

Dalam dokumen Buku Pendidikan Sufistik.compressed (Halaman 107-118)

FENOMENA KAUM TAREKAT KUDUS: SEJARAH GERAKAN

B. FENOMENA GERAKAN TAREKAT DI KUDUS

1. Tarekat Qādiriyah Naqsyabandiyah

Tarekat Qādiriyah Naqsyabandiyah (TQN) disebut sebagai tarekat temuan tokoh Indonesia asli. Hal ini disebabkan oleh berdirinya Tarekat Qādiriyah Naqsyabandiyah pertama kali di Nusantara adalah oleh �yaikh Ahmad Khatib �ambas (1802-1872).142

Tarekat ini muncul sebagai tarekat gabungan, karena Syaikh Ahmad Khatib Sambas adalah pengikut dua tarekat.143

Selain mengikuti ajaran tarekat Naqsyabandiyah, tarekat ini juga mengikuti jalur Qadiriyah. Dimana tarekat Qodiriyah didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M) yang bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi �halih �ango Dost al-Jaelani. Lahir di Jilan tahun 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M.144

Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin

142 �ri Mulyani ( Sri Mulyani (et.al), Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Yakarta: Prenada Media, 2002, hlm. 253.

143 �yed Naquib al-Attas, Syed Naquib al-Attas, Some Aspect of Sufism as Under-stood and Practised among the Malays, �ingapura: M��I, 1963, hlm.

33.

144 Luthfi Hakim, Luthfi Hakim, Al-Nur al-Burhani, �emarang: Thoha Putra, tth, hlm. 20. Lihat juga Ahmad Jauhari, Jawahiru al-Ma’ani, Pasuruhan: Darussalam, tth, hlm. 12.

92

Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali. Tapi, al-Ghazali tetap belajar sampai mendapat ijazah dari gurunya yang bernama Abu Yusuf al-Hamadany (440-535 H/1048-1140 M) di kota yang sama itu sampai mendapatkan ijazah.

Tarekat Qodiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan �yria yang diikuti oleh jutaan umat yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski sudah berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M.145 Di India misalnya baru berkembang setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku keturunan Abdul Qodir Jaelani. Di Turki oleh Ismail �umi (w 1041 H/1631 M) yang diberi gelar (mursyid kedua). Sedangkan di Makkah, Tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.146

Tarekat Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak pada ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri: “Bahwa murid yang

145 Knut. �. Vikor, Knut. �. Vikor, Sufi and Scolar on the Desert Edge:

Mu-hammad bin Ali and his Brotherhood, London: Hurts � Company,

1995, hlm. 94.

146 Hawasy Abdullah, Hawasy Abdullah, Perkembangan Ilmu Taşawuf dan

93

sudah mencapai derajat gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya.”

�ejarah Tarekat Qodiriyah di Indonesia juga berasal dari Makkah al-Musyarrafah. Tarekat Qodiriyah menyebar ke Indonesia khususnya di seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, �uryalaya Tasikmalaya Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, �ejoso Jombang Jawa Timur dan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.

Syeikh Abdul Karim dari Banten adalah murid kesayangan Syeikh Khatib Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling berjasa dalam penyebaran Tarekat Qodiriyah. Murid-murid �ambas yang berasal dari Jawa dan Madura setelah pulang ke Indonesia menjadi penyebar Tarekat Qodiriyah tersebut.

Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri, yaitu sejak Nabi Muhammad saw diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannust dan khalwat di Gua Hira’ di samping untuk mengasingkan diri dari masyarakat Makkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Tahhanust dan

khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa

94

dunia yang kompleks tersebut.

Proses khalwat nabi yang kemudian disebut tarekat tersebut sekaligus diajarkannya kepada Sayyidina Ali. Dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani, sehingga tarekatnya dinamai Qodiriyah. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Qadiriyah yang merujuk pada Ali dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari Allah �wt.

Dari ketaudanan nabi dan sabahat Ali ra dalam mendekatkan diri kepada Allah swt tersebut, yang kemudian disebut tarekat, maka tarekat Qodiriyah menurut ulama sufi juga memiliki tujuan yang sama. Yaitu untuk mendekat dan mendapat ridho dari Allah swt. Oleh sebab itu dengan tarekat manusia harus mengetahui hal-ikhwal jiwa dan sifat-sifatnya yang baik dan terpuji untuk kemudian diamalkan, maupun yang tercela yang harus ditinggalkannya.

Misalnya dengan mengucapkan kalimat tauhid, dzikir “Laa ilaha Illa Allah” dengan suara nyaring, keras (zahir) yang disebut (nafi istbat) adalah

contoh ucapan dzikir dari �yiekh Abdul Qadir Jaelani dari Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, hingga disebut tarekat Qodiriyah. Selain itu dalam setiap selesai melaksanakan shalat lima waktu (Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya’ dan �ubuh), diwajibkan membaca

95

istighfar tiga kali atau lebih , lalu membaca salawat tiga kali, Laailaha illa Allah 165 (seratus enam puluh lima) kali. �edangkan di luar shalat agar berdzikir semampunya.

Dalam mengucapkan lafadz Laa pada kalimat “Laa Ilaha Illa Allah” kita harus konsentrasi dengan menarik nafas dari perut sampai ke otak. Kemudian disusul dengan bacaan Ilaha dari arah kanan dan diteruskan dengan membaca Illa Allah ke arah kiri dengan penuh konsentrasi, menghayati dan merenungi arti yang sedalam-dalamnya, dan hanya Allah -lah tempat manusia kembali. Sehingga akan menjadikan diri dan jiwanya tentram dan terhindar dari sifat dan perilaku yang tercela.

Untuk mengamalkan tarekat tersebut melalui tahapan-tahan seperti pertama, adanya pertemuan

guru (syeikh) dan murid, murid mengerjakan salat dua rakaat (sunnah muthlaq) lebih dahulu,

diteruskan dengan membaca surat al-Fatihah yang dihadiahkan kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian murid duduk bersila di depan guru dan mengucapkan istighfar, lalu guru mengajarkan lafadz Laailaha Illa Allah, dan guru mengucapkan “infahna binafhihi minka” dan dilanjutkan dengan ayat mubaya’ah (Q� Al-Fath 10). Kemudian guru

mendengarkan kalimat tauhid (Laa Ilaha Illallah) sebanyak tiga kali sampai ucapan sang murid tersebut benar dan itu dianggap selesai. Kemudian

96

guru berwasiat, membaiat sebagai murid, berdoa dan minum.

Kedua, tahap perjalanan. Tahapan kedua ini

memerlukan proses panjang dan bertahun-tahun. Karena murid akan menerima hakikat pengajaran, ia harus selalu berbakti, menjunjung segala perintahnya, menjauhi segala larangannya, berjuang keras melawan hawa nafsunya dan melatih dirinya (mujahadah-riyadhah) hingga memperoleh dari Allah seperti yang diberikan pada para nabi dan wali.

Tarekat Qādiriyah Naqsyabandiyah di Kudus berkembang di Dawe yang dipimpin oleh seorang

mursyid bernama KH. Muhammad �hiddiq.147 Mbah

�hiddiq—demikian beliau disapa—mengenyam pendidikan formal selama lima tahun di Madrasah TBS Kudus. Setelah itu ia melanjutkan ke Pondok Tebuireng Jombang selama lima tahun dan khatam kitab Hikam dua kali. Dengan bekal kitab inilah ia

menekuni tarekat.

Pendidikannya tidak berhenti disitu, tapi ia lanjutkan ke Pondok Pesantren Peterongan Jombang yang dipimpin KH �omli selama dua tahun.

147 �ama halnya dengan silsilah tarekat almarhum KH �ama halnya dengan silsilah tarekat almarhum KH Mustain �omli, Pengasuh Pesantren �ejoso Jombang Jatim, yang menduduki urutan ke-41 dan Khatib �ambas ke-35. Bahwa beliau mendapat talqin dan baiat dari KH Moh Kholil �ejoso Jombang, KH Moh Kholil dari Syeikh Khatib Sambas ibn Abdul Ghaffar yang alim dan arifillah (telah mempunyai ma’rifat kepada Allah) yang berdi-am di Makkah di Kberdi-ampung Suqul Lail.

97

Disana ia memperdalam ilmu tarekat. Sepulangnya dari Jombang, Kyai �hiddiq masih memperdalam tarekat selama 2 tahun di Pondok asuhan KH Muslih Mranggen Demak. Setelah itulah, ia resmi membuka Tarekat Qādiriyah Naqsyabandiyah di Kudus.148

Untuk memperlancar jalannya pengajaran tarekat, KH �hiddiq mendirikan Pondok Pesantren Manbaul Falah pada tahun 1991. Pesantren ini berdiri setelah beliau mendapatkan ijazah dari KH Muslih Mranggen untuk mengajarkan kalimat tahlil: La ilaha illallah dan sekaligus ajaran tarekat. Pondok tersebut berdiri diatas tanah seluas 1.200 m2 dengan dua lantai. Selain itu, disamping pondok juga terdapat lembaga pendidikan setingkat Madrasah Tsanawiyah.

KH. Muhammad �hiddiq dikenal sebagai Kiai yang sangat produktif melahirkan karya tarekat. Diantara karyanya adalah149:

1. Risalah Kasyfu al-Mudlmarat 2. Khataman Khawajikan 3. Risalah Kasyfu al-Syubuhat

4. �isalah al-Haqqah fi Bayani anna Kalimati La Ilaha Illa Allah li al-Fida’ wa al-’Ataqah

148 Wawancara dengan Amin Kurdi, anak KH Muhammad Wawancara dengan Amin Kurdi, anak KH Muhammad �hiddiq yang juga menjadi badal tarekat. 21 Agustus 2005.

149 Karya-karya ini tidak diterbitkan oleh percetakan apa- Karya-karya ini tidak diterbitkan oleh percetakan apa-pun. Karya beliau hanya menjadi koleksi bagi keluarga dan murid-muridnya. Karyanya tergolong sangat sederhana, ditulis oleh beliau langsung dan digandakan dengan foto copy.

98

5. �ízala al-’Iqyan fi �ikri �ilsilati ahl al-’Irfan 6. Nailul Amani (Manaqib)

Kegiatan tarekat TQN di Kudus ini adalah Suluk Tarekat untuk perempuan pada hari Sabtu pagi

hingga siang dan Suluk Tarekat untuk laki-laki pada

hari Ahad pagi hingga siang. Sementara pada bulan Ramadan juga digelar khalwatan bagi murid tarekat yang sudah lulus bai’at.

Dari data yang dimiliki staf administrasi

(khadim), Ismail memperkirakan jumlah santri TQN

Kudus adalah 12.000. Ini tersebar dari mulai Kudus, Pati, Jepara, Demak dan Purwodadi. Murid tarekat TQN banyak didominasi oleh warga Dawe, Gebog dan Bae.150

Dilihat dari pengikutnya, tarekat ini banyak diikuti oleh kalangan sepuh (tua). Ketika hadir di majlis tarekat, mereka mengenakan pakaian yang beragam. Ada yang memakai baju batik, koko, hem dan lain sebagainya. Warna pakaian juga tidak dibuat seragam. Peci yang digunakan juga warna-warni dan dengan aneka ragam model. Artinya bahwa model tarekat ini lebih luwes dan agak bebas (tidak diseragamkan). Hal ini banyak kemungkinan karena TQN banyak diikuti oleh warga pedesaan dan pegunungan.

150 Wawancara dengan Ismail, murid KH Muhammad Wawancara dengan Ismail, murid KH Muhammad �hiddiq yang mengurusi administrasi dan pengajian tarekat. 21 Agustus 2005.

99

Dalam menjalankan kegiatan pengajian tarekat, KH �hiddiq dibantu oleh para guru tarekat, antara lain:

1. K. �hayatun (Lawu Dawe) 2. K. Abdul Jalil (Madu Dawe) 3. K. Abdul Aziz (Lawu Dawe) 4. KH. Nasucha (Piji Dawe) 5. K. Amin Kurdi (Piji Dawe)

Kitab-kitab yang diajarkan adalah: 1. Umdatu al-�alik fi Khoiri al-Masalik 2. Al-Futuhatu al-Robbaniyah

3. Ta’limu al-Muta’allim

4. Manaqib Taju al-Auliya’ wa Burhanu al-Ashfiya’ 5. Tanqihu al-Qaul

6. Minahu al-Saniyyah 7. Iqazu al-Himam 8. Fathu al-Qarib151

�ilsilah tarekat TQN Kudus adalah:152

1. KH. Muhammad �iddiq

2. �yekh M. �omli Tamim al-Jambani 3. Syekh Moh Kholil

4. �yekh Ahmad Hasbullah ibn Muhammad Madura 5. Syekh Abdul Karim Banten

6. Syekh Ahmad Khotib Sambas ibn Abdul Gaffar 7. Syekh Syamsuddin

151 Keterangan dari Amin Kurdi Keterangan dari Amin Kurdi

100

8. Syekh Moh. Murod 9. Syekh Abdul Fattah 10. Syekh Kamaluddin 11. �yekh Usman 12. Syekh Abdurrahim 13. Syekh Abu Bakar 14. Syekh Yahya 15. �yekh Hisyamuddin 16. Syekh Waliyuddin 17. Syekh Nuruddin 18. Syekh �ainuddin 19. Syekh Syarafuddin 20. Syekh Syamsuddin 21. �yekh Moh Hattak 22. �yekh Abdul Aziz

23. �yeikh Abdul Qadir Jilani

24. �yekh Ibu �aid Al-Mubarak Al-Mahzumi 25. �yekh Abu Hasan Ali al-Hakkari

26. Abul Faraj al-Thusi

27. Syekh Abdul Wahid al-Tamimi 28. �yekh Abu Bakar Dulafi al-�yibli

29. �yekh Abul Qasim al-Junaid al-Bagdadi 30. Syekh Sari al-Saqathi

31. Syekh Ma’ruf al-Kurkhi

32. �yekh Abul Hasan Ali ibn Musa al-�idho 33. �yekh Musa al-Kadzim

34. �yekh Ja’far �hodiq

101

36. �yekh Imam �ainul Abidin 37. �ayyidina Husein

38. Sayyidina Ali ibn Abi Thalib 39. Sayyidina Nabi Muhammad saw 40. �ayyiduna Jibril dan

41. Allah Swt

Ajaran KH. Muhammad �hiddiq yang disampaikan pada murid-muridnya difokuskan pada tiga hal; Pertama, rendah diri (tawadlu’), kedua, baik

budi (khusnu al-khulqi) dan ketiga, bersih hati dari semua kotoran hidup (dunia).

Dalam rangka mewujudkan interaksi guru-murid, maka guru mursyid ketika memberi pelarajaran tasawwuf duduk di atas mimbar dan dibantu dengan microphone supaya para murid bisa mendengarkan fatwa guru mursyid. Interaksi guru-murid dalam tarekat ini bersifat intensif, karena guru mursyid langsung bertemu dengan muridnya dalam berbagai forum pengajian dan dzikir. Jadi waktu untuk berinteraksi antara lain: saat bai’at pertama, tajdid al-bai’at (memperbarui bai’at karena naik tingkat), dzikir tarekat Qadiriyah, pengajian tarekat dan jadwal open house mursyid bagi muridnya setiap hari.

KH �hidiq terkenal sangat dekat dengan muridnya dan selalu meluangkan waktu untuk berkultasi. Jadi murid-muridnya juga merasakan bahwa guru mursyid adalah orang tuanya sendiri.

102

Kondisi yang demikian memudahkan bagi kalangan murid untuk memposisikan guru tarekat menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Dari gurunya, para murid tarekat mendapatkan bimbingan hidup agar selalu menjalankan amal shaleh dan bersikap mulia pada siapapun.

Dalam dokumen Buku Pendidikan Sufistik.compressed (Halaman 107-118)