• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

3.3. Target Penanaman Modal

Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program serta usulan kegiatan, maka ditetapkan target PMA dan PMDN periode 2010-2014. Target penanaman modal terdiri dari target persetujuan penanaman modal dan target realisasi penanaman modal. Target realisasi penanaman modal menjadi salah satu indikator penting kinerja BKPM, meskipun meskipun proses realisasi

Target penanaman modal ditetapkan berdasarkan kinerja lima tahun sebelumnya, serta arah dan sasaran pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Selama periode 2005-2009, realisasi kegiatan PMA menunjukan perkembangan signifikan. Dalam periode tersebut, realisasi PMA tumbuh rata-rata 30,4 persen per tahun, jauh lebih baik dari periode 2001-2004 yang tumbuh negatif rata-rata 4 persen per tahun. Hal ini menujukkan bahwa meningkatnya daya tarik perekonomian Indonesia bagi penanam modal asing.

Tantangan ke depan bagi kinerja penanaman modal terfokus pada ketatnya persaingan dalam perebutan dana penanam modal internasional. Meskipun perekonomian dunia diperkirakan membaik, namun dunia diperkirakan belum sepenuhnya pulih dari krisis yang bermula dari kekeringan likuiditas yang melanda perekonomian dunia pada akhir 2007. Pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksi membaik dan diikuti dengan pergerakan lalu lintas barang dan jasa internasional.

Pengaruh perbaikan perekonomian dunia bagi Indonesia melalui dua sisi.

Pertama, pulihnya permintaan dari negara-negara yang terkena krisis akan

meningkatkan kinerja ekspor. Kedua, di sisi lain, perbaikan perekonomian dunia akan mendorong aliran modal keluar (capital outflow) menuju kawasan Eropa Timur dan Amerika Serikat yang relatif lebih menarik.

Beberapa upaya untuk meningkatkan daya tarik perekonomian terus dilakukan antara lain menghapuskan berbagai hambatan bagi kegiatan penanaman modal. Berbagai agenda rinci pemerintah yang merupakan kristalisasi usulan program hasil National Summit yang antara lain diusulkan oleh penanam modal akan segera direalisasikan. Beberapa agenda telah diselesaikan melalui Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II. Dengan membaiknya prospek perekonomian nasional serta dukungan lingkungan eksternal, maka target-target penanaman modal dapat direalisasikan.

Tabel 3.1

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2010-2014 (dalam persen)

2010 2011 2012 2013 2014

Pertumbuhan ekonomi 5,5-5,6 6,0-6,3 6,4-6,9 6,7-7,4 7,0-7,7

Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran (%) Konsumsi Masyarakat 5,2-5,3 5,2-5,3 5,3-5,4 5,3-5,4 5,3-5,4 Pemerintah 10,8-10,9 10,9-11,2 12,9-13,2 10,2-13,5 8,1-9,8 Investasi 7,2-7,3 7,9-11,2 12,9-13,2 10,2-12 11,7-12,1 Ekspor 6,4-6,5 9,7-10,9 11,4-12,0 12,3-13,4 13,5-15,6 Impor 9,2-9,3 12,7-15,2 14,3-15,9 15,0-16,5 16,0-17,4

Pertumbuhan PDB Sisi Produksi

Pertanian 3,3-3,4 3,4-3,5 3,5-3,7 3,6-3,8 3,7-3,9 Industri Pengolahan 4,2-4,3 5,0-5,4 5,7-6,5 6,2-6,8 6,5-7,3 Nonmigas 4,8-4,9 5,6-6,1 6,3-7,0 6,8-7,5 7,1-7,8 Lainnya 6,5-6,7 7,0-7,3 7,3-7,7 7,5-8,4 7,8-8,6 PDB per Kapita (US$) 2555 2883 3170 3445 3811

Riil Harga Konstan 2000(Ribu RP) 9785 10255 10790 11389 12058

Stabilitas Ekonomi

Laju Inflasi, Indeks harga 4,0-6,0 4,0-6,0 4,0-6,0 3,5-5,5 3,5-5,5

Konsumen (%) 9.750-10.250 9.250-9.750 9.250-9.750 9.250-9.850 9.250-9.850

Nilai Tukar nominal (Rp/US$) 6,0-7,5 6,0-7,5 6,0-7,5 5,5-6,5 5,5-6,5

Nerca pembayaran

Pertumbuhan Ekspor Nonmigas (%) 7,0-8,0 11,0-12,0 12,5-13,5 13,5-14,5 14,5-16,5

Pertumbuhan Impor Nonmigas (%) 8,0-9,0 14,0-15,6 16,0-17,5 17,0-18,3 18,0-19,0

Cadangan Devisa (US$ Miliar) 74,7-75,6 82,4-84,1 89,6-92,0 96,1-99,2 101,4-105,5

Keuangan Negara *)

Surplus/Defisit APBN/PDB (%) -1,6 -1,9 -1,6 -1,4 -1,2

Penerimaan Pajak /PDB (%) 12,4 12,6 13 13,6 14,2

Stok Utang Pemerintah / PDB(%) 29 28 27 25 24

Pengangguran dan Kemiskinan

Tingkat Pengangguran (%) 7,6 7,3-7,4 6,7-7,0 6,0-6,6 5,0-6,0

Tingkat Kemiskinan (%) 12,0-13,5 11,5-12,5 10,5-11,5 9,5-10,5 8,0-10,0

Proyeksi Jangka Menengah Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 2010-2014

(Dalam Persen)

Sumber: Bappenas, 2010

RPJMN menetapkan target pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata 6,3-6,8 persen pertahun pada periode 2010-2014. Dengan demikian diharapkan PDB per kapita masyarakat meningkat dari US$ 2.555 pada tahun 2010 menjadi US$ 3.811 atau lebih tinggi dari PDB per kapita Thailand sekarang. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, dibutuhkan pertumbuhan penanaman modal (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) sebesar rata-rata 9,1 – 10,8 persen pertahun. Dengan asumsi inflasi pada kisaran 5 persen, kebutuhan penanaman modal (PMTB) atas harga berlaku meningkat dari Rp 1.896 triliun tahun 2010 menjadi Rp 3.168 triliun tahun 2014.

Tabel 3.2

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral 2010 – 2014 (dalam persen)

2010 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata 2010 - 2014 Pertumbuhan Ekonomi 5,5 - 5,6 6,0 - 6,3 6,4 - 6,9 6,7 - 7,4 7,0 - 7,7 6,3 - 6,8 Sisi Pengeluaran Konsumsi Masyarakat 5,2 - 5,2 5,2 - 5,3 5,3 - 5,4 5,3 - 5,4 5,3 - 5,4 5,3 - 5,4 Konsumsi Pemerintah 10,8 - 10,9 10,9 - 11,2 12,9 - 13,2 10,2 - 13,5 8,1 - 9,8 10,6 - 11,7 Investasi 7,2 - 7,3 7,9 - 10,9 8,4 - 11,5 10,2 - 12,0 11,7 - 12,1 9,1 - 10,8

Ekspor Barang dan Jasa 6,4 - 6,5 9,7 - 10,6 11,4 - 12,0 12,3 - 13,4 13,5 - 15,6 10,7 - 11,6

Impor Barang dan Jasa 9,2 - 9,3 12,7 - 15,2 14,3 - 15,9 15,0 - 16,5 16,0 - 17,4 13,4 - 14,9

Sisi Produksi

Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

3,3 - 3,4 3,4 - 3,5 3,5 - 3,7 3,6 - 3,8 3,7 - 3,9 3,6 - 3,7

Pertambangan dan Penggalian 2,0 - 2,1 2,1 - 2,3 2,3 - 2,4 2,4 - 2,5 2,5 - 2,6 2,2 - 2,4

Industri Pengolahan 4,2 - 4,3 5,0 - 5,4 5,7 - 6,5 6,2 - 6,8 6,5 - 7,3 5,5 - 6,0

Industri Bukan Migas 4,8 - 4,9 5,6 - 6,1 6,3- 7,0 6,8 - 7,5 7,1 - 7,8 6,1 - 6,7

Listrik, Gas & Air 13,4 - 13,5 13,7 - 13,8 13,8 - 13,9 13,9 - 14,0 14,1 - 14,2 13,8 - 13,9

Konstruksi 7,1 - 7,2 8,4 - 8,5 8,8 - 9,3 8,9 - 10,1 9,1 - 11,1 8,4 - 9,2

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,0 - 4,1 4,2 - 4,8 4,4 - 5,2 4,5 - 6,4 4,6 - 6,6 4,3 - 5,4

Pengangkutan dan

Telekomunikasi 14,3 - 14,8 14,5 - 15,2 14,7 - 15,4 14,9 - 15,6 15,1 - 16,1 14,7 - 15,4

Keuangan, Real Estat, dan Jasa

Perusahaan 6,5 - 6,6 6,6 - 6,7 6,8 - 7,0 6,9 - 7,0 7,2 - 7,3 6,8 - 6,9

Jasa-jasa 6,7 - 6,9 6,9 - 7,0 7,0 - 7,1 7,1 - 7,2 7,2 - 7,4 6,9 - 7,1

(dalam persen)

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI 2010 - 2014

Sumber: Bappenas, 2010

Sejalan dengan membaiknya perekonomian, peran kegiatan formal dalam perekonomian akan meningkat baik sumbangan terhadap PDB maupun penciptaan lapangan kerja. Sejalan dengan hal tersebut serta membaiknya pelayanan penanaman modal melalui penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal serta Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Secara Elektronik (SPIPISE), semakin banyak kegiatan penanaman modal yang tercatat. Minat penanaman modal ditargetkan meningkat baik dari level maupun proporsi terhadap PMTB. Minat penanaman modal baik PMDN maupun PMA diharapkan meningkat dari Rp 415 triliun (24,4 persen PMTB) tahun 2009 menjadi Rp 950 triliun (30 persen PMTB) tahun 2014 atau meningkat rata-rata 18 persen pertahun. Minat penanaman modal dalam bentuk rencana PMDN diharapkan meningkat dari Rp 195 triliun tahun 2009 menjadi Rp 386

rencana PMA diharapkan meningkat dari US$ 23,4 miliar tahun 2009 menjadi US$ 60 miliar tahun 2014 atau meningkat rata-rata 21 persen per tahun.

Tabel 3.3

Sasaran Penanaman Modal Renstra 2010 – 2014

2010 2011 2012 2013 2014

Produk Domestik Bruto (PDB) 4% 5,5-5,6% 6,0-6,3% 6,4-6,9% 6,7-7,4% 7,0-7,7% 6,3-6,8 * 5.5% * Kebutuhan Investasi/PMTB harga berlaku (triliun Rp) 1705.5 1,896.6 2,144.5 2,465.0 2,788.0 3,168.0 12,462.1 ** 5,522.9 ** Rencana dan Realisasi PMA dan PMDN

Rencana (Surat Persetujuan) (Rp triliun) 415.3 501.7 579.0 690.2 808.5 950.4 3,529.8 ** 1,927.2 **

% terhadap PMTB 24.4% 26.5% 27.0% 28.0% 29.0% 30.0% 28.3% * 35.9% *

PMDN (Rp triliun) 195.0 199.2 231.1 290.1 329.1 386.4 1,436.0 ** 749.1 ** PMA (Rp triliun) 220.3 302.5 347.9 400.1 479.4 564.0 2,093.9 ** 235.6 ** dalam US$ miliar 23.4 32.18 37.01 42.56 51.00 60.00 222.8 ** 129.9 ** Realisasi (Izin Usaha Tetap)(Rp triliun) 139.5 160.1 203.7 283.5 390.3 506.9 1,481.5 ** 617.2 **

% terhadap PMTB 8.2% 8.4% 9.5% 11.5% 14.0% 16.0% 11.9% * 11.9% *

PMDN (Rp triliun) 37.8 41.6 53.3 76.7 117.7 177.9 467.2 ** 144.4 ** PMA (Rp triliun) 101.7 118.4 150.4 206.8 272.6 329.0 1,077.2 ** 472.8 ** dalam US$ miliar 10.8 12.6 16.0 22.0 29.0 35.0 114.6 ** 50.9 ** Tenaga kerja

PMDN (per Rp 1 trilun= 3150 lapangan kerja) 124,587 159,583 229,450 352,277 532,306 1,398,202 ** ** PMA (per US$ 1 miliar = 20.000 lapangan kerja) 252,000 320,000 440,000 580,000 700,000 2,292,000 ** ** Total lapangan kerja Baru 376,587 479,583 669,450 932,277 1,232,306 3,690,202 ** **

Keterangan: * rata-rata 5 tahun ** kumulatif 5 tahun

- Tahun 2003-2008 Kurs US$. 1 = Rp. 9.000,-- Tahun 20099.000,--2014 Kurs US$. 1 = Rp. 9.400,9.000,--

9.400,-2009

Proyeksi Sasaran Investasi Renstra 2010-2014

(2010-2014) (2004-2009)

Sumber: Pusdatin BKPM

Berbagai langkah untuk menghilangkan hambatan dalam pelaksanaanm kegiatan penanaman modal, semakin kondusifnya kondisi ekonomi makro serta semakin berfungsi dan efisiennya kinerja lembaga keuangan akan meningkatkan realisasi penanaman modal. Proporsi realisasi terhadap rencana penanaman modal diperkirakan berangsur-angsur meningkat dari 33,5 persen pada tahun 2009 menjadi lebih dari 50 persen pada tahun 2014. Demikian pula, sumbangan realisasi penanaman modal baik PMDN maupun PMA diharapkan meningkat dari 8,2 persen PMTB (Rp 140 triliun) pada tahun 2009 menjadi 16 persen PMTB (Rp 507 triliun) pada tahun 2014 atau tumbuh rata-rata hampir 30 persen pertahun.

Realisasi PMDN diharapkan tumbuh rata-rata 37 persen pertahun dari Rp 38 triliun tahun 2009 menjadi Rp 178 triliun tahun 2014. Adapun realisasi PMA diharapkan meningkat rata-rata 27 persen per tahun dari US$ 10,8 miliar menjadi US$ 35,0 miliar tahun 2014.

Realisasi penanaman modal selama 5 tahun tersebut diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja formal langsung bagi sebesar 3,7 juta tenaga kerja.

BAB IV PENUTUP

Peningkatan daya saing seyogyanya menjadi gerakan nasional yang harus dirancang dan diimplementasikan secara sistemik, sistematis, dan sungguh-sungguh. Seluruh komponen bangsa harus menyadari pentingnya daya saing dalam menghadapi situasi dan arus global yang kian mengancam kekuatan-kekuatan perekonomian domestik. Kesadaran dan kesatuan pandangan utamanya diperlukan bagi segenap pemangku kepentingan di pemerintahan, akademisi, maupun praktisi ekonomi, untuk mengambil langkah-langkah konkrit. Koordinasi dan harmonisasi hendaknya tidak lagi menjadi bahan perbincangan dan pertentangan, melainkan menjadi kekuatan semangat yang mampu mengesampingkan kepentingan kelompok, sektoral, maupun kewilayahan. Gagasan ini tampaknya akan menjadi bagian penting dari prioritas pembangunan dalam RPJMN 2010-2014, yang merupakan tahapan kedua menuju arah pencapaian daya saing nasional sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.

Bidang penanaman modal memiliki kepentingan dan prioritas tinggi terhadap daya saing nasional. Ketika banyak pihak mengemukakan pendapatnya tentang ketahanan ekonomi dan pertumbuhan yang berkualitas, jarang dijumpai ide mendasar seputar kerangka kebijakan untuk mencapainya. Bahwa upaya meningkatkan penanaman modal dan industri berorientasi ekspor untuk menopang kualitas pertumbuhan ekonomi harus dijabarkan dalam bentuk-bentuk kebijakan praktis dan elementer. Tentang pelayanan penanaman modal, misalnya. Tarik menarik kepentingan antarinstansi di pusat dan antara pusat dengan daerah masih menjadi pemicu utama simpang siurnya prosedur perizinan penanaman modal. Harus disadari bahwa cita-cita besar berawal dari terpenuhinya hal-hal kecil secara seksama dan konsisten, termasuk menolak penghindaran untuk melakukan hal-hal kecil yang positif bagi sebuah rencana besar. Keunggulan masing-masing negara kini terletak bukan pada kemampuannya melahirkan gagasan dan „karya‟

efisiensi, produktivitas, dan daya saing. Fenomena global paradox yang disampaikan John Naisbitt sejak awal 1990-an menjadi fakta yang tak terhindarkan.

Dalam konteks perencanaan di BKPM, arah pencapaian visi pewujudan daya saing penanaman modal membutuhkan kesatuan pandangan segenap pemangku kepentingan untuk melangkah bersama dan menghindarkan tarikan-tarikan sektoral maupun kewilayahan. Di samping itu, banyak persoalan mendasar dan elementer yang jarang disadari, bahwa betapa banyak negara lain telah jauh melangkah meninggalkan kita dalam upaya menciptakan daya saing penanaman modal. Singapura, Malaysia, Thailand, China; di sana tidak lagi berbicara tentang bagaimana koordinasi antarinstansi dirumuskan, melainkan telah pada substansi, misalnya bagaimana sistem pelayanan, insentif, dan pengendalian penanaman modal dijalankan. Bersamaan dengan itu, peningkatan kualitas SDM-aparatur, tata kelola dan infrastruktur kelembagaan penanaman modal hendaknya menjadi tuntutan kebutuhan orang per orang, bukan tantangan kelembagaan yang seringkali dijalankan sekenanya.

Kita membutuhkan penguatan kelembagaan BKPM, karena hanya dengan cara demikian agenda peningkatan daya saing penanaman modal dapat dilakukan secara efektif. Adanya ketegasan regulasi menjadi motif dan argumen hampir di setiap jajaran pemerintahan; jarang ditemui adanya kesadaran yang bersumber dari tata nilai, moralitas, norma dan standar. Padahal, adanya regulasi sekalipun seringkali ditemui banyak penyimpangan, atau paling tidak salah penafsiran di tingkat pelaksanaan. Karena pertimbangan ini pula, BKPM menyampaikan gagasan untuk memperluas kapasitas kelembagaan untuk mendukung tugas dan fungsi koordinasi kebijakan di bidang penanaman modal. Perluasan otoritas mungkin menjadi konsekuensi yang melekat di dalamnya, yang dapat memancing opini kurang produktif dari berbagai pihak. Namun dengan segenap tekad berbekal pengalaman historis lembaga BKPM berpuluh tahun, gagasan ini semata-mata ditujukan untuk kepentingan nasional.

Dokumen terkait