• Tidak ada hasil yang ditemukan

ṬĀRIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYYAH DI WEKAS KAPONAN PAKIS MAGELANG

A. Letak Geografis

Penelitian ini akan melibatkan Jamaah ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah yang terletak di Dusun Wekas Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, yang secara administratif, dusun Wekas merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Magelang. Dengan posisi sekitar 23 km sebelah timur kota Magelang. Wekas sebagai jamaah ahli ṭāriqah qodriyah wan naqsyabandiyah ini berada di sebelah barat gunung Merbabu dengan ketinggian + 1000 di atas permukaan laut dengan suhu antara 170-290 C8.

Apabila hendak berkunjung ke Dusun Wekas apabila melalui arah Magelang menuju kearah timur menyusuri jalan raya Magelang-Salatiga dan berada tepat dijalur utama tersebut berada di KM.23 sehingga akses menuju dusun ini terbilang sangatlah mudah baik melalui kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, disamping jalur ini terbilang jalur ramai karena merupakan jalur akses menuju tempat rekreasi Kopeng daerah Semarang maupun menuju ke tempat rekreasi nuansa pegunungan Ketep Pas yang saat ini sedang trend setelah adanya letusan gunung Merapi 2010 yang lalu. Disamping itu Wekas merupakan salah satu dusun sebagai palang pintu menuju areal pendakian gunung merbabu sehingga daerah ini tidaklah asing.

Dusun Wekas apabila di tilik dari letak geografis dengan gambaran sebagai berikut :

8

24

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Dusun Kenanggan  Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Kragilan  Sebelah Timur : berbatasan dengan Dusun Pogalan B.  Sebelah Barat : berbatasan dengan Dusun Kaponan.

Secara topografi sebagian besar dusun Wekas adalah merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan yang hampir mencapai 300 hal ini karena dusun Wekas merupakan daerah yang berada di lereng gunung merbabu, tipe tanah yang ada adalah cenderung gembur dan cenderung cocok untuk pertanian jenis holtikultura (sayur-mayur).

Wilayah dusun Wekas mempunyai 3 Rt dan 1 Rw. Cukup dekat dengan pusat pemerintahan Desa dan pusat keramaian pasar desa maupun pasar pemda karena hanya berjarak 500 m, dan + 3 km. menuju ibokota kecamatan.

Masjid sebagai sarana kegiatan peribadahan kaum muslim berada di tengah-tengah dusun tepatnya di RT II yang ada di dusun ini. Keberadaan dusun Wekas memang Nampak berada di lereng gunung merbabu yang sekilas nampaknya kurang strategis, namun hal ini justru menciptakan suasana kondusif, tenang dan segar karena masih jauh dari polusi udara ditambah suasana pegunungan yang cenderung dingin ditambah suasana disekitar berupa arel pertanian yang penuh dengan tumbuhan sayur mayor yang menghijau menambah sejuknya suasana daerah ini, ditambah pemandangan yang amat sangat indah bila menghadap timur terlihat gunung merbabu yang menjulang seolah sebagai kaki langit, dan bila memandang kearah barat atau kebawah terlihat suasana daerah perkotaan terlebih bila malam yang cerah terlihat lampu-lampu perkotaan kelihatan dengan jelas menambah indahnya daerah ini.

25

B. Sejarah Keberadaan Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah di Wekas.

Berawal dari perbincangan antara santri Pondok Pesantren ṭāriqah asuhan

Bapak.KH. Achmad Muh. Da‟i AG. Kedokan Ngablak Magelang bernama Bapak. Mujari dengan salah seorang yang bernama Bapak H.Subari dalam sebuah pengajian tentang tasyawuf di dusun Daseh dibawah asuhan KH. Toha Mahasin. Dari

perbincangan yang mengungkapkan akan keberadaan dan kegiatan Jama‟ah ahli

Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah yang berada di dusun Kedokan Desa

Bandungrejo Kecamatan Ngablak Dibawah Asuhan seorang guru mursyidut ṭāriqah KH. Ahmad Muda‟i AG.yang merupakan aliansi atau cabang dari ṭāriqah yang telah tersohor di Jawa Tengah yaitu Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah bimbingan atau asuhan seorang masayih terkenal KH.Achmad Chalwani Nawawi Berjan Purworejo, dari hasil pembicaraannya akhirnya dibawa oleh H. Subari kerumahnya di Dusun Wekas Desa Kaponan untuk dijadikan bahan renungan guna mengikuti kegiatan-kegiatan jama‟ah ahli ṭāriqah di bawah bimbingan masyayih dari Kedokan Ngablak tersebut, dalam sebuah kegiatan di Wekas, yang nota benenya Wekas adalah Dusun yang sebelumnya telah mengembangkan ṭāriqahdari pondok pesantren Payaman yang memiliki metode-metode dzikir atau ṭāriqah yang dikembangkan oleh Syaikh Umar Payaman kala itu.

Kemudian Bapak H. Subari mendatangi pusat kegiatan ṭāriqah di dusun Kedokan Desa Bandungrejo Kecamatan Ngablak pada sebuah kegiatan selasanan dan dilanjutkan dengan mengikuti kegiatan sewelasan yang diadakan setiap hari selasa pada tanggal 10 keatas bulan komariyah.

26

Setelah memantapkan pandangan dan pemikirannya tentang rencana keikut sertaanya mengikuti kegiatan ṭāriqah yang di asuh oleh KH. Ahmad Muda‟i AG.

Kemudian Bapak H. Subari matur untuk ikut baiat ṭāriqah untuk memantapkan niat yang telah bulat matang, seteleh mendapat baiat dari KH.Ahmad Muda‟i AG.

Kemudian oleh beliau diperintahkan untuk memperdalam keilmuannya dibidang tasawuf maupun ṭāriqah dibawah bimbingan K. Suramin Segaten Bandungrejo Ngablak, yang kemudian setiap hari secara rutin menghadiri melatih dan membina tata cara ber ṭāriqah terhadap Bapak H.Subari yang telah didampingi istrinya Hj.Suprapti mengikuti kegiatan tentang ke-ṭāriqah-an. Setelah dirasa cukup dalam memberikan pengajaran K. Suramin kemudian sowan matur kepada KH. Ahmad

Muda‟i AG. Bahwa apa yang diajarkan telah selesai dan mohon diperkenankan agar

Bapak H. Subari dibaiat menjadi badal ( pengganti ) dalam urusan ṭāriqah diwilayah daerah Pakis dan sekitarnya. Usulan itu mendapatkan respon dari Bapak KH.

Achmad Muda‟i dan dari jama‟ah ṭāriqahdidaerah kecamatan Ngablak, karena fungsi nya dapat memperlancar kegiatan ṭāriqah para kaum muslimin disekitar wilayahnya. Dan selanjutnya tahap awal diikuti oleh beberapa orang yang sebelumnya orang itu masih menggunakan metode dzikir yang biasa digunakan oleh kebanyakan kaum muslim, dengan metode dan pemikiran rasional selama beberapa bulan, bahkan yang dirasakan oleh Bapak H. Subari gemblengan itu berjalan sekitar delapan bulan. Setelah beliau merasakan benar konsep kemapanan hidup beragama yang bisa diterima cara nalar tersebut, baru beliau mengiyakan untuk membantu mengembangkan ṭāriqahdengan dzikir didalamnya.

Diantara makna dzikir Lă ilăha illallăh yang menjadi ruh islamaadalah mampu melahirkan tata nilai kehidupan berdasarkan semangat ke-Tuhanan, dimana

27

hal ini juga berarti bahwa tata nilai kehidupan yang hanya bertujuan mencari ridha Allah, hanya untuk Allah dan hanya karena Allah. Tujuan hidup yang demikian tentu akan membawa implikasi-implikasi positif dalam kehidupan sehari-hari, salah satu diantaranya adalah ingat prinsip egaliter manusia di hadapan Allah. Hal ini menciptakan bentuk hubungan antar manusia yang bebas menyatakan pendapat dan kesediaan menerima pendapat orang lain, untuk mencapai kebenaran dan kebaikan. Hal semacam ini tentu akan mengarah kepada hubungan harmonis, saling pengertian dalam sebuah keluarga, tidak menange dhewe (mau menang sendiri) dan senatiasa adil dalam berperilaku kepada anggota keluarga, maupun warga masyarakat sebagai teman-teman hidup yang lain serta sebagai sesama hamba Illahi Rabb sekalian alam (Slamet Muhaimin Abda,1994:14)

Akhirnya seorang bapak yang menjabat sebagai mantan guru sekolah pada Departemen Agama Kabupaten Magelang itu menguatkan tekatnya untuk ikut serta

ndandani (memperbaiki) hati dan moral umat dengan ikut mengupayakan terbentuknya ṭāriqah sebagai salah satu sarana pengejawantahan kalimat tayyibah

dalam segala sendi kehidupan perilaku masyarakat disekelilingnya.

Setelah memantapkan niat dan atas kebulatan tekat yang telah menjadi sebuah niat yang kuat akhirnya Bapak H.Subari sowan kepada KH. Achmad Muda‟i untuk meminta di baiat atau di talqin menjadi seorang anggota jamaah ṭāriqah

.

Setelah beliau di baiat lalu diperintahkan untuk memperdalam dan mempelajari ṭāriqah

secara intensif dan mendalam guna pencapaian makam yang diinginkan, hal ini kemudian dilakukan dengan cara mendatangi seorang alim yang telah dulu mengikuti kegiatan ke- ṭāriqah

yaitu K. Suramin di Dusun Segaten Desa Bandungrejo Kecamatan Ngablak yang kemudian secara tekun Bapak H. Subari yang kemudian

28

telah didampingi istrinya bernama Hj. Suprapti memperdalam dan ngaji babagan ilmu tasyawuf ini dari K. tersebut setiap ahad pagi, dan dalam perjalanannya hamper + 8 bulan beliau Bapak H. Subari dan istri menekuni pembelajaran terhadap K. dan atas ketekunan dan ketelatenannya akhirnya tahap-demi tahap pembenahan hati melalui jalur ṭāriqahkemudian telah dikuasai.

Kemudian sesuai dengan perkembangan waktu akhirnya kegiatan-kegiatan ini kemudian oleh beliau Bapak H.Subari disampaikan dalam beberapa kali pertemuan terhadap umat muslim di tengah masyarakat Dusun Wekas, karena kebetulan Bapak H. Subari adalah juga seorang mubaligh di dusun Wekas sekaligus sebagai imam dan

ketua ta‟mir masjid Al Mukarrom di Dusun Wekas ini, hingga pada akhirnya satu

demi satu banyak masyarakat yang tertarik terhadap kegiatan ini dan minta di antarkan kepada KH. Achmad Muda‟i guna minta untuk dibaiat.

Setelah melewati masa waktu yang cukup lama + 2 tahun akhirnya hampir 30 jamaah telah mengikuti kegiatan ṭāriqah yang kemudian setiap dalam banyak kesempatan juga mendapatkan bimbingan dan masukan-masukan ilmu tentang ke tasawufan ini oleh Bapak H. Subari.

Untuk lebih memusatkan pengembangannya, kemudian Bapak H. Subari mengalami pembinaan dan persiapan-persiapan secara khusus secara organisatoris, selanjutnya jamaah ṭāriqah yang ada di dusun Wekas tadi mengajukan usulan kepada

KH.Ahmad Muda‟i AG.untuk membuka cabang pengembangan jama‟ah ṭāriqah di Dusun Wekas dengan dikoordinir oleh Bapak H.Subari. Setelah dipertimbangkan akan pentingnya perwakilan ṭāriqah dan untuk memudahkan mengkoordinir kegiatan yang sudah bisa berjalan sejak awal 2005, maka disyahkan dan di baiatlah beliau Bapak H. Subari untuk melaksanakan rutinitas kegiatan ṭāriqah diwilayahnya.

29

Dalam perkembangan lebih lanjut guna memudahkan pengurusan dan pengembangan tanpa pemisahan, pemutusan hubungan dan atau pengembangan, maka demi pertimbangan teknis dan dengan restu KH. R.Muh Da‟i yang sekaligus sebagai mursyidut ṭāriqah dan tempat untuk mencari dan mengasah keilmuannya dalam bidang tasyawuf maka setiap hari senin malam selasa diadakan kegiatan rutin tawajuhan khataman, dan setiap hari sabtu malam ahad diadakan pengajian guna meningkatkan pengetahuan baik bidang syariat maupun dalam bidang tasawuf oleh beliau Bp. H, Subari.

Hal ini selaras dari hasil wawancara kami terhadap beliau, berikut beberapa hal terkait hasil wawancara kami

1. Bagaimana sejarah berdirinyaṭāriqah di Wekas ini ?

Mula-mula kami hanya berbincang dengan teman, yang mengungkapkan akan keberadaan dan kegiatan Jama‟ah ahli āriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah yang berada di dusun Kedokan Desa Bandungrejo Kecamatan Ngablak Dibawah Asuhan seorang guru mursyidut āriqah KH. Ahmad Muda‟i AG. yang merupakan cabang dari āriqah yang telah tersohor di Jawa Tengah yaitu āriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah bimbingan atau asuhan seorang masayih terkenal KH.Achmad Chalwani Nawawi Berjan Purworejo, kemudian saya merasa tertarik untuk mengetahui secara dalam, karena kebetulan anak-nak kami adalah alumni pondok pesantren An Nawawi Berjan Purworejo asuhan KH. Chalwani Nawawi.

30

Karena di dusun Wekas dahulu telah berkembang ṭāriqah dari Payaman bimbingan syaikh Umar yang merupakan guru dari para pendahulu di dusun wekas, sehingga kami merasa terpanggil untuk nguri-uri ajaran para pendahulu yang dirasa sangat besar manfaatnya namun akhir-akhir ini hampir tidak dilaksanakan lagi.

3. Kapan Bapak mulai mengikuti kegiatan ini ?

Sejak saya mulai tertarik yaitu setelah berbincang-bincang atau obrolan tadi, kemudian saya mulai mengikuti kegiatan yang diadakan oleh KH. Achmad Da‟i dalam kegiatan sewelasan dan pengajian selasan. Di Dusun Kedokan Desa Bandungrejo Kecamatan Ngablak,Tepatnya pada mei tahun 2007.

4. Berapa lama proses Bapak dalam mengikuti kegiatan ini pada awalnya

Pada awalnya setelah kami di baiat oleh KH. Achmad Da‟i kemudian saya di suruh untuk memperdalam pengetahuan saya dalam bidang ṭāriqah dan tasyawuf kepada K. Suramin yang merupakan orang yang telah lama mengikuti kegiatan ṭāriqah dan juga sudah menjadi badal, sehingga hampir 8 bulan kami tiap pagi memperdalam masalah ṭāriqah ini baik yang secara langsung kami sowan di Dalem beliau di Gaten Bandungrejo Ngablak, atau beliau kebetulan berkenan hadir di rumah kami.

5. Mengapa Bapak tertarik dengan laku thariqoh ini ?

Karena dalam ṭāriqah ini diajarkan betul bagaimana caranya menata hati agar bisa benar-benar terisi oleh kalimah thayyibah dan selalu

31

berusaha untuk berada ditengah masyarakat secara wajar dan setiap waktunya (solat lima waktu) itu tidak pernah ketinggalan karena adanya ikatan dan bacaan atau wirid yang harus dibaca, sehingga hal ini benar-benar bias menjaga setiap kali akan melakukan kesalahan. 6. Kapan Bapak di baiat menjadi badal ?

Hampir 2 tahun setelah kami melakukan kegiatan Tāriqah karena pertimbangan lokasi yang cukup jauh dan untuk memudahkan keberlangsungan rutinitas amalan yang harus dikerjakan oleh para jamaah akhirnya kami di baiat untuk menjadi badal guna mempermudah kegiatan di dusun kami.

7. Bagaimana cara Bapak mengenalkan ṭāriqah ini pada masyarakat?

Kebetulan saya kan seorang imam masjid sekaligus sebagai takmir sehingga setiap ada kesempatan kami sampaikan tentang metode dzikir yang ada ini kepada jamaah masjid di dusun kami, dan alhamdulilah mereka juga sependapat dengan kami.

8. Ada berapa jamaah yang mengikuti kegiatan ṭāriqah ini ?

Ada 31 orang dari yang asli penduduk wekas, dan ada 40 orang dari luar dusun wekas utamanya dari desa Gondangsari.

9. Kegiatan yang dilakukan dalam ṭāriqah ini Bapak lakukan dimana ?

Untuk kegiatan utama (tawajuhan dan khataman) kami laksanakan di masjid pada hari senin malam selasa dan penambahan ilmu atau ngaji setiap hari sabtu malam ahad di mushola kami.

32

C. Latar Belakang

Adanya pemahaman atas realitas umat islam khususnya di lingkungan Kabupaten Magelang yang mengalami kemrosotan moral dan tata nilai kekhusukan beribadah maka perlu adanya upaya perbaikan etika dan moral, lebih-lebih bagi tunas-tunas bangsa yang mempunyai kecenderungan lari dari kemapanan sosial agama lari menuju kepada dunia-dunia yang cenderung glamour, seperti mempunyai kecenderungan untuk suka sebagai pengguna narkoba, pergaulan bebas dan sebagainya. Kebobrokan yang semacam itu tidak lepas dari kurangnya pengawasan dan pembinaan atau pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya, di samping lingkungan masyarakat ikut mempengaruhi bentuk perkembangan anak.

Dalam lingkungan masyarakat jamaah ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah sebagian besar adalah petani disamping meskipun beberapa bagian diantaranya adalah pedagang. Dimana keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani atau pedagang pembagian peran anggota keluarganya (ayah, ibu, anak) tidak ada batasan yang jelas. perhatian dan pembinaan tidak bisa diberikan dalam kualitas dan kuantitas waktu yang pasti.

Ketika kita melihat kemajuan teknologi dan aplikasinya yang tanpa mempertimbangkan nilai dan prediksi perilaku maupun moral kedepan, hal itu bisa mengakibatkan adanya budaya materialistis, individualistis, merosotnya nilai-nilai religius sehingga memunculkan penyakit-penyakit sosial dan penyakit-penyakit hati di segala lapisan umat dari tukang ngarit (pencari rumput) sampai orang-orang berduit, dari para buta aksara sampai mahasiswa dan kaum-kaum intelektual lainya.

Perlunya sebuah kelompok atau lembaga yang peduli terhadap citra islam yang terkesan bergumul dengan kemiskinan, kebodohan dan pada lingkungan yang

33

kumuh, balik kepada islam yang benar-benar sebagai rahmatan lil „alamǐn. Islam merupakan jalan umat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat selagi umat benar-benar berperilaku sebagaimana apa yang diajarkan oleh al-Qur‟an dan al-Hadits dalam segala refleksi kehidupan umat. Disamping hal di atas pembentukan jamaah ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah juga dilatar belakangi oleh kepedulian untuk membantu pemerintah dalam upaya pembinaan atau penataan peribadahan umat islam agar lebih aktif dan giat dalam mengamalkan agamanya.

D. Jamaah yang mengikuti ṭāriqah

Untuk mengikuti atau menjadi anggota dalam ṭāriqah ini, pada dasarnya tidak ada syarat khusus yang harus dipenuhi, namun tentunya adalah seorang muslim yang secara sadar dan menyadari akan kelemahan dirinya dalam hal pendekatan terhadap sang khaliq.

ṭāriqah yang ada di Indonesia baik yang mu‟tabar maupun yang belum atau tidak mu‟tabar sangatlah banyak jumlahnya, sehingga tidaklah mengherankan kalau

kemudian sering kita dengar baik melalui media online maupun buku-buku khasanah ketasawufan yang mencoba untuk menawarkan dan mengajak bergabung terhadap metode atau golongan ṭāriqah yang mereka anut.

ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah adalah salah satu ṭāriqah yang diakui (mu‟tabar) dikalangan warga nahdlotul ulama‟ sebagai salah satu ṭāriqah yang mursid (guru) nya bisa muttasil ( tersambung) hingga Nabi Muhammad SAW.

Sehingga tidak mengherankan dalam perkembangannya ṭāriqah ini bisa diterima dan mendapat respon yang positif di tengah-tengah masyarakat dusun Wekas.

34

Untuk menjadi ikhwan ṭāriqah qaddiriyahh naqsabandiyyah sebagaimana dijelaskan Alys Faruq (Anjengan Pupu)9 bahwasannya orang mengamalkan dzikir La ilaha illallah terlebih dahulu harus mendapatkan talqin dari guru yang mursyid.

Talqin adalah peringatan guru kepada murid yang berisi perintah untuk mengerjakan kebajikan beserta beserta wirid (dzikir) yang telah ditentukan waktu, jumlah dan caranya oleh guru yang mursyid. Selanjutnya anggota baru atau ikhwan baru tersebut

membai‟at dirinya untuk menyatakan kesanggupan sebagai murid yang setia di

hadapan guru guna mengamalkan wirid (dzikrullah) sebagaimana tata cara yang di tentukan beserta kesanggupannya mengamalkan kebijakan.10

Talqin atau baiat merupakan syarat pengamalan ṭāriqah atau dengan kata lain

talqin / baiat adalah prosesi pengambilan sumpah keanggotaan ṭāriqah. Untuk menjadi ikhwan tidak ada batasan khusus baik dari segi umur, jenis kelamin, paham agama maupun tingkat pengetahuan ilmu agama. Secara umum syarat untuk menjadi

ikhwan āriqah adalah mereka muslim dan muslimat yang bersifat sukarela. Kesanggupan menjadi ikhwan merupakan kebutuhan informal religius, kebutuhan hati nurani , sehingga dari itu oleh yayasan tidak dilakukan pencatatan dan syarat administrasi. Jika dilihat dari jenis kelamin dan kelompok umur ikhwanāriqahdalam aktifitas dzikir baik di Dusun Kedokan Ngablak yang di pimpin langsung oleh KHR.

Muh Da‟i AG. yang merupakan pusat kegiatan ṭāriqah untuk wilayah Magelang timur, tidak ada dominasi dari jenis kelamin tertentu dan usia peserta juga sangat bervariasi semuanya atas kesadaran pribadi penuh.

9

Alys Faruq (Anjengan Pupu), adalah seorang mursyid tariqah yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat.

10

35

Adapaun jamaah yang tergabung dalam ṭāriqah ini adalah :

No Nama L / P Alamat Tahun Gabung

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 H. Subari Hj. Suprapti Kasinuk Tikah Rumiyati H.Sutrasno Hj.Sutriyah Muhlasin Mulyono H.Sudiono Hj.Tuminah Umar Mukinah Kalimin Supinah Tini Muslih Muhilal H.Ruslan Hj. Ayemi L P P P L P L L L P L P L P P L L L P Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 02/01 Wekas 02/01 Wekas 02/01 Wekas 02/01 2007 2007 2008 2009 2008 2008 2009 2008 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007

36 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Subadi Surati Danuri Sumidah Sarmo Sri Budi L. Koderi Murtijah Pasemi Suwandi H.Yazid M.Badri L P L P L L L P L L P P Wekas 03/01 Wekas 03/01 Wekas 03/01 Wekas 03/01 Wekas 03/01 Wekas 03/01 Wekas 03/01 Pogalan 04/01 Wekas 02/01 Wekas 01/01 Wekas 01/01 Wekas 03/01 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2010 2009 2009 2009 2009

37

Dokumen terkait