• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tasawuf Sebagai Alternatif Jawaban

Dalam dokumen Akhlaq Sosial (Halaman 164-167)

TASAWUF SUNNI: TOKOH-TOKOH DAN AJARANNYA

TASAWUF DAN PERANANNYA DALAM KEHIDUPAN KONTEMPORER

C. Tasawuf Sebagai Alternatif Jawaban

Ketika merujuk pada hakikat tasawuf yaitu mendekatkan diri kepada Allah melalui penyucian diri dan amaliyah-amaliyah Islam, maka akan sangat berarti dan berdampak secara signifikan ketika tasawuf dipandang sebagai alternatif jawaban kehidupan kontemporer. Dasar normatifnya, diantaranya beberapa ayat yang memerintahkan untuk menyucikan diri (tazkiyyah al-nafs) di antaranya: “Sungguh, bahagialah orang yang menyucikan jiwanya” (Q.S. Asy-syam [91]:9); “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. Al Fajr: 28-30). Atau ayat yang memerintahkan untuk berserah diri kepada Allah, “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tema menyerahkan diri (kepada) Allah” (QS. Al An’am: 162). Sehingga dari sini kemudian dapat diperdalam bahwa sesungguhnyan fungsi tasawuf dalam hidup adalah menjadikan manusia berkeperibadian yang shalih dan berperilaku baik dan mulia serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang masuk dalam sebuah tharekat atau aliran tasawuf dalam mengisi kesehariannya diharuskan untuk hidup sederhana, jujur, istiqamah dan tawadhu. Semua itu bila dilihat pada diri Rasulullah SAW, yang pada dasarnya sudah menjelma dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi di masa remaja Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai manusia yang digelari al-Amin, Shiddiq, Fathanah, Tabligh, Sabar, Tawakal, Zuhud, dan termasuk berbuat baik terhadap musuh dan lawan yang tak berbahaya atau yang bisa diajak kembali pada jalan yang benar. Perilaklu hidup Rasulullah SAW yang ada dalam sejarah kehidupannya merupakan bentuk praktis dari cara hidup seorang sufi. Jadi, tujuan terpenting dari tasawuf adalah lahirnya akhlak yang baik dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

8 ) Azumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, (Jakarta: Paramadina, 1999), hal. 10

Dalam kehidupan modern, tasawuf menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang telah lepas dari pusat dirinya, sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan tujuan dari hidupnya. Ketidakjelasan atas makna dan tujuan hidup ini membuat penderitaan batin. Maka lewat spiritualitas Islam ladang kering jadi tersirami air sejuk dan memberikan penyegaran serta mengarahkan hidup lebih baik dan jelas arah tujuannya.

Praktek dan nuansa spiritualitas semakin digandrungi oleh masyarakat kontemporer dewasa ini. Sebagai penawar bagi krisis spiritual manusia kontemporer yang sudah terlalu jauh terbawa arus materialistis, sehingga tercapai suatu kehidupan yang seimbang antara dua aspek pentingnya material dan spiritual, dunia dan akhirat. Akhirnya banyak muncul istilah untuk menamakan realitas spirituasl masyarakat modern tersebut, diantaranya kemudian muncul istilah-istilah tasawuf modern, tasawuf kontemporer,dan istilah-istilah bahkan memunculkannya secara teknis (seperti Manajemen qolbu, majelis azd-dzikro, ESQ,dll).

Tasawuf modern atau tasawuf kontemporer adalah penamaan yang pada dasarnya berakar pada gerakan neo-sufisme yang berupaya melakukan praktek-praktek tasawuf dengan tidak mengedepankan individualistik dan ukhrawi yang bersifat eksatis-metafisis dan kandungan mistiko-filosofis saja, tetapi lebih juga menguintrodusir kehidupan sosial dan berpijak pada realitas kehidupan nyata secara dinamis. Tasawuf modern berupaya melakukan penghayatan keagamaan esoteris yang mendalam tetapi tidak dengan serta merta melakukan pengasingan diri (uzlah). Hal ini yang menurut Nurcholis Madjid disebut sebagai neo-sufism,praktek sufi yang lebih menekankan perlunya keterlibatan diri dalam masyarakat secara lebih dari pada sufism terdahulu. Neo Sufism cenderung menghidupkan kembali aktifitas salafi dan menanam kembali sikap positif terhadap kehidupan.9

Pada perkembangan selanjutnya banyak kemudian muncul kelompok-kelompok tertentu dan umat Islam yang mendirikan lembaga-lembaga keislaman yang kental dengan nilai dakwah dan spiritual. Banyak rintisan-rintisan gerakan yang menunjukkan bahwa gerakan tasawuf kembali dirindukan oleh manusia-manusia modern.

9 ) Nurcholis Madjid, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Islam

Pada prinsipnya beberapa ajaran tasawuf modern atau kontemporer yang dikembangkan dalam menjawab problem kehidupan masyarakat modern tidak berbeda dengan yang diajarkan dalam tasawuf model klasik, tetapi dengan pemaknaan dan praktek yang berbeda. Konsep-konsep seperti wara’, zuhud, dan sabar diimplementasikan dengan pemaknaan yang lebih dinamis dan tidak hanya bersifat pasif.10 Implementasi ajaran-ajaran tasawuf modern berefek pada dinamisasi kehidupan seperti dalam berbagai bentuk berikut:

- Bekerja keras sebagai salah satu cara dalam menerjemahkan kehendak Allah atau menjemput takdir-Nya. Bekerja dipandang sebagai upaya untuk mengasah potensi diri atau fitrah yang telah dianugerahkan Allah kepada setiap manusia.

- Memahami amal saleh secara luas, tanpa membatasinya pada amal-amal yang bersifat agamis. Misalnya, bekerja secara profesional, membuka lapangan pekerjaan bagi pengangguran, dan mewujudkan sistem perbankan yang berkeadilan sosial.

- Berusaha mengintegrasikan nilai-nilai tasawuf ke dalam dunia modern seperti ke dalam dunia bisnis, ekonomi, politik, hingga ke dalam teknologi komunikasi.

- Memandang zuhud sebagai prinsip tasawuf yang selaras dengan kewajiban zakat. Bila ajaran zuhud pada jaman dulu melazimkan sufi untuk meninggalkan kehidupan duniawi yang menjerat nafsu, maka pada zaman kini orang kaya dapat berperilaku zuhud dengan cara mengeluarkan zakat dan infak. Ia masih boleh terikat secara fisik dengan dunia tetapi kehidupan ruhaninya selalu terpelihara dari jeratan dan jebakan harta.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azumardi. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam. Jakarta: Paramadina, 1999

Hidayat , Komaruddin dan Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan, Perspektif Filsafat Perennial, Jakarta : Paramadina, 1995.

Jalaluddin Rakhmat. Renungan Renungan Sufistik, Bandung: Mizan, 2000.

Madjid, Nurcholish. Islam Agama Peradaban; Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, 2000.

Pilliang,Yasraf Amir. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan, Yogyakarta : Jalasutra, 2004.

Smith, Huston. Kebenaran yang Terlupakan Kiritik atas Sains dan Modernitas, terj. Inyiak Ridwan Muzir, Yogyakarta : IRCiSoD, 2001.

Dalam dokumen Akhlaq Sosial (Halaman 164-167)