• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Tradisi Ruwatan di Desa Catur

2. Tata Cara dan Urutan Pelaksanaan Tradisi Ruwatan

Setelah uborampe (sarana-sarana) pelaksanaan tradisi ruwatan tersedia, berikut ini tata cara pelaksanaan ruwatan anak tunggal:5

a. Sambutan yang disampaikan oleh dalang, yaitu orang yang dipercaya memimpin jalanya upacara ruwatan.

Sebelum prosesi upacara tradisi ruwatan ini dilakukan, di Desa Catur biasanya terlebih dahulu Dalang memberitahukan kepada masyarakat bagi siapa saja yang ingin melihat upacara ruwatan harus sampai selesai. Semua syarat itu ditujukan kepada masyarakat agar masyarakat mendengarkan makna ruwatan yang sebenarnya, yang sesuai dengan syariat Islam, yakni memohon keselamatan dan kelancaran hidup kepada Allah SWT.

b. Pagelaran wayang kulit

Setelah Dalang menyampaikan persyaratan untuk melihat ruwatan, maka Dalang akan memulai pagelaran wayang kulit. Pagelaran wayang kulit itu menceritakan, mengajarkan, dan menjelaskan tentang ilmu-ilmu alam, ketuhanan, dan jati diri manusia. Pertunjukan pagelaran wayang kulit ini dimulai sejak jam 08.00 sampai 12.00 WIB. Alur

5 Wawancara dengan Bapak Joko Wiharjo, Dalang di Desa Pengging Kec Banyudono Kab Boyolali, tanggal 12 Agustus 2017

ceritanya pas waktu dhuhur pukul 12.00 WIB atau ketika posisi matahari lurus berada diatas kepala kita, karena pada jam tersebut Betorokolo akan mencari mangsa yang sudah disediakan oleh Dalang. Ketika tidak menampak bayang-bayang tubuh oleh cahaya matahari tepat pada waktu si Betorokolo memakan mangsanya dan harus diakhiri sebelum atau ketika matahari terbenam pukul 16.00 WIB. Satu lakon yang akan ditunjuk oleh Dalang sebagai awal cerita Betorokolo. Pada pementasan wayang Dalang menjelaskan maksud dan tujuan diadakan ruwatan anak tunggal. Dalam cerita Betorokolo semua lakon diceritakan dari awal lahirnya Betorokolo hingga Batara Guru, Dewi Uma, Batari Durga, Baju Barat, dan Wisnu. Semua lakon tersebut diceritakan oleh Dalang ruwatan sesuai denga lahirnya Betorokolo. Dalam cerita wayang mengajarkan manusia agar tidak menjadi manusia yang serakah.

c. Pemanjatan doa-doa yang dibacakan oleh dalang dengan tujuan untuk meminta kepada Allah agar diberi keselamatan dan kelancaran dalam melaksanakan upacara tersebut.

Pada saat upacara dimulai si anak tunggal menjadi tanggung jawab penuh Dalang sebagaimana anak tunggal sudah menjadi anak angkat Dalang sendiri. Betorokolo tidak berani mengambil anak yang menjadi asuhan dari Ki dalang ruwat. Dalam cerita wayang juga dijelaskan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh si anak tunggal yang diruwat, agar si anak tunggal tersebut tidak tertimpa musibah dan dijauhkan dari segala keburukan atau dengan istilah lain dalam dunia pewayangan disebut betorokolo..

d. Upacara prosesi ruwatan:

1) Anak tunggal yang bersangkutan memberi salam kepada kedua orang tua.

2) Membakar kertas yang di dalamnya tertulis doa-doa atau mantra-mantra (berisi arab raja dan tulisan honocoroko), kemudian abunya dimasukkan ke dalam air.

3) Air yang sudah dimasuki abu tadi dipercikkan diatas kepala anak yang diruwat terbut.

4) Pemotongan rambut anak tunggal oleh Ki Dalang, untuk membuang sengkolo pada anak tunggal. Kedua orang tua si anak tunggal akan memandikannya dengan menggunakan macam-macam bunga setaman dan tujuh sumber air dari sendang. Sendang madirdo merupakan tempat sumber air yang tidak pernah habis airnya. Setiap masyarakat yang meruwat akan mendapatkan air di sendang madirdo, karena diyakini air dari sendang atau telaga ini bisa membawa rejeki bagi keluarga yang meruwat anak tunggal rejekinya selalu mengalir seperti air tidak pernah surut

5) Anak tunggal dimandikan dengan air kembang tujuh rupa. Sebelum dimandikan tubuh anak tersebut akan dipakaikan kain putih/mori, dimana cara pemakaian kain putihnya seperti ikhram. Sebelum memandikan, kedua orang tua tersebut membacakan ayat-ayat suci, doa, dan juga mantra-mantra Jawa terlebih dahulu. Berikut adalah mantra atau doa yang digunakan saat memotong rambut dan memandikan anak tunggal. Doa ruwat ini dibacakan oleh Dalang ruwatan agar senantiasa diampuni segala dosa dan diberikan kemudahan dalam hal apapun.6

a) Doa Ruwat Menolak Keburukan

Ya Allah, tidak datang kebaikan kecuali dari-MU dan tidak yang menolak keburukan kecuali Allah. Dan tiada daya dan upaya kecuali juga dari-MU.

6 Wawancara dengan Bapak Joko Wiharjo, Dalang di Desa Pengging Kec Banyudono Kab Boyolali, tanggal 12 Agustus 2017

b) Doa Ruwat Menolak Bencana

Ya Allah, singkirkanlah segala bencana dariku (3x) c) Doa Mandi Ruwat

Sebelum melakukan mandi, kedua orang tua dan anak tunggal

hendaknya membaca mantram berikut ini: “Sun lelaku

penyucen kanggo ragaku, sukmo lan jiwoku pantes kersane Gusti Kang Maha Esa” (Aku bersuci untuk ragaku, sukma dan jiwaku sesuai kehendak Tuhan Yang Maha Esa).

Doa mandi ruwat ini dibacakan oleh anak yang diruwat dan kedua orang tua anak ruwat. Hal ini dilakukan dengan harapan agar dapat memberikan keberkahan untuk keluarga anak yang diruwat. Setelah mandi anak tunggal tersebut diarak oleh semua warga dan juga orang tuanya untuk dibawa ke pertigaan desa. Hal ini dilakukan membuang sengkolo di pertigaan desa karena tempat berkumpulnya roh-roh gaib. Setelah itu si anak tunggal juga diharuskan untuk memakai pakaian-pakaian baru pengganti yang telah disiapkan oleh Dalang, dengan harapan si anak tunggal tersebut telah memulai lembaran baru dalam hidupnya yang penuh berkah dan kebahagiaan yang selalu menyertainya.7

6) Pengarakan ke pertigaan desa

Setelah acara pemantraman selesai dibacakan, maka anak tunggal dan sajen telah siap untuk diarak menuju di pertigaan desa. Selanjutnya semua sajen dibuang yang diperuntukkan kepada dhanyang, yaitu leluhur yang menguasai suatu tempat tertentu yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Anak tunggal diarak bersama kedua orang tuanya dan masyarakat. Arak-arakan ini dilakukan mulai dari rumah yang diruwat sampai pertigaan desa. Hal ini dilakukan agar semua warga mengetahui bahwa anak tersebut sudah terhindar dari hal-hal yang buruk.

7 Wawancara dengan Bapak Joko Wiharjo, Dalang di Desa Pengging Kec Banyudono Kab Boyolali, tanggal 12 Agustus 2017

e. Penutup

Setelah mengarak anak tunggal dan membuang sajen. Sesaji yang berisi air dari tujuh sumber sendang, kembang setaman, emas dan uang koin yang ditempatkan pada kendil. Sajen tersebut dibuang di pertigan desa tempat diadakan ruwatan anak tunggal. Hal ini dilakukan membuang sajen di pertigaan desa karena tempat berkumpulnya roh-roh gaib. Selesai upacara ngruwat, pring kuningyang berjumlah lima tangkai ditanam pada ke empat ujung rumah disertai tempayan kecil yang berisi kacang hijau, kedelai hitam, ikan asin, kluwak, kemiri, telur ayam dan uang koin. Sesaji berupa logam seperti uang koin dan emas dalam masyarakat Jawa memiliki makna bahwa konsep uang jangan sampai mengagung-agungkan uang dan uang bukanlah segalanya sebaliknya kemakmuran dan kesejahteraan dengan hasil alam yang menjadi arti kesuksesan manusia dimuka bumi ini. Adanya pembuangan sesaji menandakan upacara ruwatan anak tunggal selesai. Selanjutnya upacara ditutup dengan bacaan doa-doa dari ayat suci Al-Quran.8

Dokumen terkait