• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

F. Tata Cara Penelitian

Determinasi tanaman ketapang dilakukan di Laboratorium Biologi

Farmasi, Fakultas Farmasi USD menurut buku Flora of Java (Backer and

Bakhuizen van den Brink, 1965).

2. Pengumpulan bahan

Buah ketapang diperoleh dari fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta pada bulan Mei 2007. Buah yang digunakan adalah buah yang masih

muda. Dikumpulkan pagi hari, pukul enam pagi.

3. Pembuatan ekstrak etanol buah ketapang

Ekstrak etanol disari dengan menggunakan cara perkolasi. Sebanyak 150 g

serbuk buah ketapang yang telah dihaluskan dan diayak dengan menggunakan

ayakan dengan derajat halus 8/24, direndam dalam cairan penyari yaitu etanol

70% (campuran etanol air (7:3)) dan didiamkan selama 24 jam dalam bejana

tertutup. Massa serbuk dan cairan penyari kemudian dimasukkan ke dalam

perkolator. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan tetesan 1 mL tiap menit.

Perkolat yang didapat ditampung, kemudian ampas diberi cairan penyari kembali

sampai perkolat yang keluar sudah jernih. Perkolat yang didapat dipekatkan

dengan vaccum rotaevaporator (rotavapor). Proses dilakukan sampai seluruh

etanol diperkirakan telah menguap. Ekstrak yang didapat, dikumpulkan dan

diuapkan di atas waterbath dengan suhu maksimum 50oC hingga diperoleh

ekstrak kental. Ekstrak kental yang didapat, ditimbang untuk didapatkan

4. Pembuatan fraksi etil asetat buah ketapang

Ekstrak kental yang didapat dilarutkan dalam 100 mL air panas. Larutan

ekstrak didinginkan kemudian dimasukkan dalam corong pisah. Ditambahkan etil

asetat sebanyak 100 mL, kemudian digojog selama 15 menit dan didiamkan 5

menit. Ekstraksi dilakukan selama 9 kali (berdasarkan optimasi). Didapatkan

fraksi air dan fraksi etil asetat. Fraksi etil asetat dipekatkan dengan rotavapor.

Proses dilakukan sampai seluruh etil asetat diperkirakan telah menguap. Fraksi

yang didapat, dikumpulkan dan diuapkan di atas waterbath dengan suhu

maksimum 50oC hingga diperoleh fraksi kental. Fraksi kental yang didapat,

ditimbang untuk mendapatkan rendemen dan disimpan dalam eksikator.

5. Uji kualitatif kandungan flavonoid dengan metode KLT

Disiapkan larutan fraksi etil asetat buah ketapang. Sebanyak 10 µL larutan

tersebut ditotolkan pada lempeng selulosa dengan rutin (konsentrasi 0,05%)

sebagai pembanding. Lempeng KLT tersebut dielusi dengan fase gerak

N-butanol-Asam Asetat-Air (BAA) dengan perbandingan 4:1:5. Setelah dielusi

bercak diamati pada cahaya tampak, UV 365 nm, dan UV 254 nm. Deteksi

dengan uap amonia dan pereaksi semprot FeCl3 dilakukan untuk memperjelas

bercak. Bercak juga diamati pada cahaya tampak, UV 365nm, dan UV 254 nm.

6. Pembuatan buffer fosfat

Buffer fosfat dibuat dengan bantuan pH meter

a. Pembuatan dinatrium hidrogen fosfat 20 mM

Timbang saksama 1,42 g Na2HPO4 dan larutkan dalam akuades hingga

b. Pembuatan kalium dihidrogen fosfat 20mM

Timbang saksama 0,68g KH2PO4 dan larutkan dalam akuades hingga

250,0mL. Larutan KH2PO4 ditambahkan secara bertetes-tetes pada larutan

Na2HPO4 hingga tercapai pH 7,4.

7. Pembuatan pereaksi

a. Larutan FeCl3 1 mM

Sebanyak lebih kurang 13,52 mg FeCl3.6H2O ditimbang saksama dan

dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 10,0 mL. Dari larutan tersebut

diambil sebanyak 2,0 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL

kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan harus selalu

dibuat baru.

b. Larutan EDTA 1 mM

Sebanyak lebih kurang 18,61 mg Na2EDTA.2H2O ditimbang saksama dan

dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 10,0 mL. Dari larutan tersebut

diambil sebanyak 2,0 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL

kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda.

c. Larutan vitamin C 1mM

Sebanyak lebih kurang 17,61 mg vitamin C ditimbang saksama dan

dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 10,0 mL. Dari larutan tersebut

diambil sebanyak 1,0 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL

kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan harus selalu

d. Larutan H2O2 20 mM

Sebanyak 0,045 mL larutan H2O2 30% dimasukkan ke dalam labu ukur

10,0mL dan ditambahkan akuades hingga tanda. Dari larutan tersebut

diambil sebanyak 5,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL

kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda.

e. Larutan TCA 5%

Sebanyak 1,25 g TCA ditimbang saksama dan dilarutkan dalam akuades

hingga 25,0 mL dalam labu ukur.

f. Larutan TBA 1%

Sebanyak 0,25 g TBA ditimbang saksama, dimasukkan ke dalam beaker

glass 100 mL, ditambahkan akuades secukupnya kemudian dipanaskan di

atas hot plate pada suhu 50-55oC hingga larut. Larutan dimasukkan ke

dalam labu ukur 25,0 mL dan ditambah akuades hingga tanda.

g. Pembuatan larutan kuersetin 8,16 mg/mL

Sebanyak 816,0 mg serbuk kuersetin dimasukkan dalam labu takar 100,0mL

dan ditambahkan metanol hingga batas tanda.

h. Pembuatan larutan natrium nitrit 10%.

Sebanyak 10,0g natrium nitrit dilarutkan dengan aquades secukupnya dalam

beaker glass, larutan kemudian dipindahkan dalam labu takar 100,0mL dan

i. Pembuatan larutan aluminium klorida 10%

Sebanyak 5,0 g aluminium klorida dilarutkan dengan aquades secukupnya

dalam beaker glass, larutan kemudian dipindahkan dalam labu takar 50,0mL

dan ditambahkan aquades hingga batas tanda.

j. Pembuatan larutan natrium hidroksida 10%

Sebanyak 10,0 g natrium hidroksida dilarutkan dengan aquades secukupnya

dalam beaker glass, larutan kemudian dipindahkan dalam labu takar

100,0mL dan ditambahkan aquades hingga batas tanda.

8. Optimasi Metode

a. Penentuan waktu operasi

Pada tabung reaksi bertutup dimasukkan sebanyak 600μL larutan Deoksiribosa 2,5mM, 300 μL FeCl3 1mM, 300 μL EDTA 1mM, 300 μL H2O2 20mM, 4500 μL buffer fosfat pH 7,4, dan 300 μL vitamin C 1mM. Vorteks campuran, kemudian inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit.

Setelah itu tambahkan 1 mL TBA 1 % dan 1 mL TCA 5 %, vorteks

campuran, kemudian panaskan dengan waterbath pada suhu 80oC selama 30

menit. Tabung reaksi yang berisi campuran didinginkan di bawah air

mengalir selama 5 menit. Larutan dibaca absorbansinya pada panjang

gelombang maksimum teoritis 532 nm selama 30 menit.

b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Pada tabung reaksi bertutup dimasukkan sebanyak 600 μL larutan Deoksiribosa 2,5mM, 300 μL FeCl3 1mM, 300 μL EDTA 1mM, 300 μL H2O2 20mM, 4500 μL buffer fosfat pH 7,4, dan 300 μL vitamin C 1mM.

Vorteks campuran, kemudian inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit.

Setelah itu tambahkan 1 mL TBA 1 % dan 1 mL TCA 5 %, vorteks

campuran, kemudian panaskan dengan waterbath pada suhu 80oC selama 30

menit. Tabung reaksi yang berisi campuran didinginkan di bawah air

mengalir selama 5 menit. Larutan dibaca absorbansinya dari panjang

gelombang 400-600 nm.

9. Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat buah ketapang

a. Pembuatan larutan kontrol

Pada tabung reaksi bertutup dimasukkan 300 μL FeCl3 1mM, 300 μL EDTA 1mM, 300 μL H2O2 20mM, 4500 μL buffer fosfat pH 7,4, dan 300 μL vitamin C 1mM. Vorteks campuran, kemudian inkubasi pada suhu 37oC

selama 30 menit. Setelah itu tambahkan 1 mL TBA 1 % dan 1 mL TCA 5%,

vorteks campuran, kemudian panaskan dengan waterbath pada suhu 80oC

selama 30 menit. Tabung reaksi yang berisi campuran didinginkan di bawah

air mengalir selama 5 menit.

b. Penentuan aktivitas penangkapan radikal hidroksil

Pada tabung reaksi bertutup dimasukkan sebanyak 600 μL larutan Deoksiribosa 2,5mM dan fraksi etil asetat buah ketapang sebanyak 200, 400,

600, 800, dan 1000 μL, kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan 300 μL FeCl3 1mM, 300 μL EDTA 1mM, 300 μL H2O2 20mM, buffer fosfat pH 7,4 (penambahan buffer fosfat disesuaikan dengan volume fraksi

300μL vitamin C 1mM. Vorteks campuran, kemudian inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit. Setelah itu tambahkan 1 mL TBA 1 % dan 1 mL

TCA 5%, vorteks campuran, kemudian panaskan dengan waterbath pada

suhu 80oC selama 30 menit. Tabung reaksi yang berisi campuran

didinginkan di bawah air mengalir selama 5 menit. Larutan dibaca

absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi.

10. Penentuan kadar flavonoid total

a. Pembuatan kurva baku kuersetin

Dibuat larutan induk kuersetin dengan konsentrasi 8,16 mg/mL dalam

aquades. Sebanyak 100; 200; 300; 400; 500; 600; 750; dan 900 μL larutan induk dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL, ditambahkan 4,0 mL

aquades dan 0,30 mL larutan NaNO2 10%, lalu dibiarkan selama 6 menit.

Kemudian ditambahkan dengan 4,0 mL NaOH 10% dan aquades sampai

volume 10,0 mL. Larutan dibiarkan selama 15 menit dan absorbansinya

dibaca pada panjang gelombang 510 nm.

b. Penentuan kadar flavonoid total dalam fraksi etil asetat

Ditimbang lebih kurang fraksi etil asetat sebanyak 25 mg kemudian

ditambahkan metanol dalam labu ukur sampai 100 mL, sehingga konsentrasi

awal 0,025 g/100 mL. Diambil 250 µL larutan fraksi, ditambahkan metanol

dalam labu ukur 10 mL sampai tanda, sehingga konsentrasinya menjadi

0,00625 g/100 mL = 6,25 mg/100 mL = 6,25 mg%. Larutan kedua yang

digunakan dalam penentuan kadar flavonoid total, yang selanjutnya

Diambil 250 μL sampel dan dimasukkan kedalam labu takar 10,0 mL dan dilanjutkan sebagaimana perlakuan pada pembuatan kurva baku. Kadar

flavonoid total dinyatakan sebagai gram ekuivalen kuersetin dalam setiap

100g berat kering ekstrak (g Ekivalen Kuersetin/100g).

Dokumen terkait